Raja Salman mengirim putera mahkota Arab
Saudi ke pertemuan puncak negara Teluk dan Amerika Serikat yang akan
dipimpin oleh Presiden Barack Obama. (Reuters/Saudi Press
Agency/Handout)
Washington, CB
--
Gedung Putih berusaha keras mengatasi pandangan
bahwa ketidakhadiran raja Arab Saudi dalam pertemuan puncak dengan
negara Teluk, bisa mengecilkan upaya AS meyakinkan wilayah bahwa negara
itu tetap berkomitmen dengan keamanan mereka dari ancaman Iran.
Keputusan
tiba-tiba Raja Salman untuk tidak menghadiri perundingan regional yang
diadakan AS minggu ini memperlihatkan bagaimana para penguasa Teluk,
yang tidak senang dengan sikap tidak peduli AS terhadap perilaku Iran di
dunia Arab, bisa tidak mendukung kesepakatan akhir nuklir Iran.
Sejumlah
pengamat dan diplomat di Timur Tengah dan Washington memandang
keputusan Salman untuk tidak menghadiri pertemuan di tempat
peristirahatan kepresidenan Camp David ini sebagai penolakan diplomatik,
meski para pejabat AS dan Arab Saudi menyangkalnya.
Riyadh
mengumumkan keputusan ini pada Minggu (10/5), hanya dua hari setelah
Gedung Putih mengatakan Raja Arab akan menghadiri pertemuan puncak Dewan
Kerja Sama Teluk, GCC.
Sebagian dari negara teluk memang sejak lama meragukan komitmen Obama
untuk mengkonfrontasi dukungan Iran terhadap milisi Muslim Syiah di
wilayah.
Putera Mahkota Mohammed bin Nayef, yang memiliki
hubungan kuat dengan jajaran politik dan keamanan AS, akan mewakili Arab
Saudi dalam pertemuan 13-14 Mei ini, bersama dengan Wakil Putera
Mahkota Mohammed bin Salman, anak raja yang menjabat sebagai menteri
pertahanan.
Sejak Salman menjadi raja pada Januari, pasangan pejabat ini menjadi penentu sebagian besar aspek kebijakan Arab Saudi.
Hanya Kuwait dan Qatar yang akan diwakili oleh raja mereka sementara negara lain mengirim pejabat eselon yang lebih rendah.
Para
pejabat AS dengan cepat menyangkal pernyataan bahwa keputusan sekutu
Muslim Suni Teluk ini sebagai pertanda ketidakpuasaan terhadap diplomasi
Obama dengan Iran menjelang tenggat waktu kesepakatan nuklir pada akhir
Juni mendatang.
Gedung Putih mengumumkan bahwa Obama telah
berbicara melalui sambungan telepon dengan Salman pada Senin (11/5)
untuk memperlihatkan bahwa hubungan kedua negara masih tetap erat.
Ben
Rhodes, wakil penasehat keamanan dalam negeri AS, mengatakan pemerintah
yakin bahwa presiden akan berunding dengan “orang-orang yang tepat” di
Kamp David.
“Mereka adalah pejabat yang bertanggungjawab untuk
masalah keamanan,” ujarnya kepada wartawan dalam jumpa pers sebelum
pertemuan puncak itu.
Pemerintah Arab Saudi mengatakan salah
satu alasan Raja Salman tidak menghadiri pertemuan itu karena waktunya
bersamaan dengan gencatan senjata kemanusiaan lima hari di Yaman, dimana
koalisi pimpinan Arab Saudi mengebom pemberontak Houthi yang merupakan
sekutu Iran.
Negara terkuat Teluk Arab ini sejak lama mengeluh
bahwa Washington tidak benar-benar mendengarkan kekhawatirannya. Negara
itu berpendapat perhatian pada upaya mencapai kesepakatan dalam program
nuklir milik Tehran telah menarik perhatian AS dari masalah-masalah yang
lebih penting, dan menimbulkan pertanyaan terkait komitmen keamanan
yang lebih luas di wilayah itu.
Upaya Menenangkan SekutuDalam
upaya meyakinkan sekutu-sekutu Teluk, para pejabat Gedung Putih
mengatakan bahwa pertemuan puncak akan mengumumkan integrasi sistem
pertahanan rudal balistik dan meningkatkan latihan militer bersama.
Mereka
mengatakan akan ada pernyataan yang menggarisbawahi komitmen AS dan
negara-negara Teluk, tetapi tidak menjelaskan apakah hal ini akan berupa
jaminan tertulis dari AS seperti yang diminta oleh sejumlah diplomat
Teluk.
Akan tetapi, para pejabat AS mengatakan tidak akan menawarkan traktat pertahanan karena akan ditentang keras Kongres.
Arab Saudi khawatir dengan peran Iran dalam gerakan Musliam Syiah di Timur Tengah seperti di Yaman. (Reuters/Khaled Abdullah)
|
Washington juga akan menawarkan senjata-senjata baru untuk melengkapi
sistem pertahanan rudal yang meliputi wilayah yang lebih luas.
“Para
penganut teori konspirasi terbukti benar. Amerika menciptakan ancaman
bagi kami dan kemudian menawarkan sistem senjata lebih banyak. Hal ini
tidak diterima dengan baik oleh kami,” ujar Sami Alfaraj, penasihat
keamanan untuk GCC.
Riyadh memandang dukungan Iran terhadap
milisi di Lebanon, Suriah, Irak dan Yaman merupakan penyebab
ketidakstabilan terbesar di wilayah, memicu ketegangan sektarian,
mengancam pemerintah yang kuat dan meningkatkan jumlah jihadis Muslim
Sunni.
Arab Saudi khawatir Obama memandang kesepakatan antara negara adidaya dan Tehran merupakan warisan pemerintahannya
Mereka
berpendapat, kesepakatan dengan Iran akan membuat dunia internasional
mencabut sanksi yang diterapkan tanpa langkah pengendalian terhadap
negara itu.
Mendukung GCC yang terdiri dari Arab Saudi, Kuwait,
Qatar, Bahrain, Uni Arab Emirat, dan Oman, merupakan langkah penting
bagi Obama untuk memperlihatkan Kongres bahwa kesepakatan dengn Iran
mendapat dukungan luas di wilayah meski ditentang Israel.
Salman
mengemukakan dukungan berhati-hati bagi satu kerangka kerja kesepakatan
nuklir yang dicapai bulan lalu, namun berkeras bahwa kesepakatan akhir
harus ketat, bisa diverifikasi dan tidak mengancam negara-negara
tetangga Iran.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir pun
menegaskan bahwa anggapan ada penolakan dari Salman “benar-benar
melenceng”, dan dia mengatakan ketidakhadiran raja Arab itu tidak
berhubungan dengan perselisihan apapun antara kedua negara.
Namun, sejumlah pihak di wilayah membeberkan alasan ketidakpuasan Arab Saudi.
“Pengalaman
mereka selama enam tahun pemerintah Obama adalah jaminan, janji,
kata-kata indah. Namun, akhirnya mereka tidak melakukan apapun,” ujar
Mustafa Alani, pengamat keamanan Irak yang memiliki hubungan dengan
dengan kementerian dalam negeri Arab Saudi.
Sejumlah diplimat di
wilayah memandang ketidakhadiran Raja Salman dan sekutu dekatnya Raja
Hamad dari Bahrain ini bisa berdampak negatif.
“Tentu saja
(ketidakhadiran itu) merupakan penolakan. Tetapi menurut saya Obama
tidak akan terganggu dengan ini. Dia menginginkan kesepakatan nuklir.
Ini prioritas utama,” ujar seorang diplomat barat di wilayah.
Credit
CNN Indonesia