CB, Jakarta - Para
pemimpin dunia bersama sejumlah organisasi HAM menyerukan agar pasukan
yang setia kepada Tentara Nasional Libya yang dipimpin jenderal Khalifa
Haftar untuk menghentikan pertempuran dan rencananya menguasai Tripoli,
ibu kota Libya.
Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat, 5 April 2019 telah memerintahkan Haftar untuk menghentikan serangan ke Tripoli karena dikhawatirkan akan menimbulkan perang sipil.
"Anggota Dewan Keamanan menyampaikan kekhawatiran yang mendalam terhadap aktivitas militer dekat Tripoli, yang berisiko pada stabilitas Libya dan prospek mediasi PBB dan penyelesaian politik yang komprehensif pada krisis ini," kata Duta Besar Jerman untuk PBB, Christoph Heusgen kepada wartawan, seperti dikutip dari Deutsche Welle.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melalui akun Twitter mengatakan, dirinya meninggalkan Libya dengan hati berat dan sangat khawatir.
"Saya berharap ada kemungkinan untuk menghindari konfrontasi berdarah di dalam dan di sekitar Tripoli.
Guterres menegaskan, PBB memfasilitasi penyelesaian politik dan apapun yang terjadi, PBB mendukung rakyat Libya.
Guterres berkunjung ke Tripoli pada hari Jumat, 5 April 2019 untuk mempersiapkan pemilu di Libya. Guterres juga berkunjung ke kota Tobruk untuk bertemu ketua parlemen Libya.
Guterres kemudian bertemu Haftar di Benghazi untuk menghindari konfrontasi berdarah di Tripoli.
Menurut utusan PBB Ghassan Salame ke Dewan Keamanan PBB d, Haftar membuat pernyataan jelas kepada Guterres bahwa dirinya tidak bermaksud melanjutkan serangan ke Tripoli.
Para pemimpin G-7 bersuara bulat untuk menyerukan kembali permintaan PBB agar Haftar menghentikan seluruh gerakan militernya karena membuat instabilitas di Libya.
Human Rights Watch menyerukan agar semua pihak untuk tetap tenang dan meminimalkan bahaya terhadap warga sipil.
"Semua pihak yang terlibat dalam pertempuan di ibu kota Libya, harus mengambil semua langkah yang perlu untuk mengurangi bahaya kepada warga sipil dan mematuhi hukum perang," ujar Human Rights Watch.
Dewan Keamanan PBB pada hari Jumat, 5 April 2019 telah memerintahkan Haftar untuk menghentikan serangan ke Tripoli karena dikhawatirkan akan menimbulkan perang sipil.
"Anggota Dewan Keamanan menyampaikan kekhawatiran yang mendalam terhadap aktivitas militer dekat Tripoli, yang berisiko pada stabilitas Libya dan prospek mediasi PBB dan penyelesaian politik yang komprehensif pada krisis ini," kata Duta Besar Jerman untuk PBB, Christoph Heusgen kepada wartawan, seperti dikutip dari Deutsche Welle.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melalui akun Twitter mengatakan, dirinya meninggalkan Libya dengan hati berat dan sangat khawatir.
"Saya berharap ada kemungkinan untuk menghindari konfrontasi berdarah di dalam dan di sekitar Tripoli.
Guterres menegaskan, PBB memfasilitasi penyelesaian politik dan apapun yang terjadi, PBB mendukung rakyat Libya.
Guterres berkunjung ke Tripoli pada hari Jumat, 5 April 2019 untuk mempersiapkan pemilu di Libya. Guterres juga berkunjung ke kota Tobruk untuk bertemu ketua parlemen Libya.
Guterres kemudian bertemu Haftar di Benghazi untuk menghindari konfrontasi berdarah di Tripoli.
Menurut utusan PBB Ghassan Salame ke Dewan Keamanan PBB d, Haftar membuat pernyataan jelas kepada Guterres bahwa dirinya tidak bermaksud melanjutkan serangan ke Tripoli.
Para pemimpin G-7 bersuara bulat untuk menyerukan kembali permintaan PBB agar Haftar menghentikan seluruh gerakan militernya karena membuat instabilitas di Libya.
Human Rights Watch menyerukan agar semua pihak untuk tetap tenang dan meminimalkan bahaya terhadap warga sipil.
"Semua pihak yang terlibat dalam pertempuan di ibu kota Libya, harus mengambil semua langkah yang perlu untuk mengurangi bahaya kepada warga sipil dan mematuhi hukum perang," ujar Human Rights Watch.
Credit tempo.co