Kamis, 18 Agustus 2016
Pentagon Jamin Bom Nuklir Amerika di Turki Aman
NEW YORK - Pihak Pentagon menjamin bom nuklir Amerika Serikat (AS) yang ditempatkan di Pangkalan Udara Incirlik, Turki, aman. Penyataan Pentagon ini muncul setelah mantan Kepala Senjata Gedung Putih mengatakan senjata nuklir AS di Turki tidak aman karena politik di Ankara tak stabil dan senjata nuklir rawan direbut ISIS.
Hubungan antara Washington dan Ankara sendiri masih tegang sejak upaya kudeta pada 15 Juli 2016 lalu, di mana para pejabat Turki menuduh AS terlibat upaya kudeta. Ketegangan juga dipicu keengganan AS untuk mengekstradisi ulama Turki Fethullah Gulen yang dituduh sebagai salah satu dalang upaya kudeta.
”Kami memiliki senjata nuklir dan senjata-senjata nuklir yang aman dan terjamin, dan kami sangat yakin itu,” kata Sekretaris Angkatan Udara Pentagon AS, Deborah Lee James hari Rabu di New York City, seperti dikutip dari Sputniknews, Kamis (18/8/2016).
Deborah James mengulang penegasannya kepada wartawan bahwa ketegangan antara Washington dan Ankara tidak akan mempengaruhi keamanan bom nuklir AS yang ditempatkan di Incirlik.
”Mereka (Turki) jelas adalah sekutu kami. Kami berdiri dengan mereka, mereka merupakan angkatan udara yang efektif, dan Incirlik merupakan lokasi penting bagi perjuangan kita bersama,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Kebijakan Pertahanan dan Pengendalian Senjata pada staf Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih era Presiden Bill Clinton memperingatkan bahwa bom nuklir B-61 yang ditempatkan di Turki tidak aman dan mudah direbut “jihadis”.
”Tidak ada do-overs dalam sejarah, tetapi ada pelajaran,” kata mantan pejabat top Gedung Putih bernama Steve Andreasen itu.
”Bagaimana jika komandan pangkalan di Incirlik Turki telah memerintahkan pasukannya di sekitar perimeter pangkalan untuk mengubah senjata mereka pada tentara AS yang kabarnya menjaga bunker penyimpanan senjata nuklir AS di sana?,” lanjut dia.
Senjata nuklir taktis AS yang ditempatkan di Incirlik, Turki, memiliki kekuatan 100 kali dari bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima saat Perang Dunia II. Senjata berbahaya itu rawan direbut kelompok radikal, mengingat lokasi pangkalan udara Incirlik hanya 60 mil (97 km) dari basis ISIS atau Daesh di perbatasan Suriah-Turki.
”Kami berada dalam untuk bentangan panjang ketidakpastian politik di Turki, diperburuk oleh meningkatnya anti-Amerikanisme,” kata Andreasen. "Setiap senjata nuklir yang disimpan di sana lebih cenderung mempersulit daripada meningkatkan arus politik dalam negeri dalam bermain,” imbuh dia.
Credit Sindonews