WASHINGTON - Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) berencana menguji coba drone selam sebagai upaya Pentagon untuk mempertahankan kehadirannya di Pasifik di saat terlibat ketegangan dengan Rusia dan China.
Rencana uji coba itu sekaligus jadi pembuktian bahwa drone tidak lagi jadi moda yang didominasi Angkatan Udara.
Drone
selam yang akan diuji coba Angkatan Laut AS sebenarnya karya kontraktor
pertahanan Boeing yang pada bulan Maret lalu meluncurkan drone submersible 51 kaki bernama Echo Voyager. Kendaraan ini dirancang khusus untuk misi pengintaian atau mata-mata.
”Echo
Voyager adalah pendekatan baru bagaimana kendaraan bawah laut tanpa
awak akan beroperasi dan digunakan di masa depan,” kata Presiden Boeing
Phantom Works, Darryl Davis, dalam sebuah pernyataan, yang dikutip Sputniknews, Selasa (23/8/2016).
Drone selam AS rencananya akan diuji coba pada musim gugur tahun ini.
”Saat
ketegangan terus meningkat dengan China dan Rusia—kedua militer yang
memiliki Angkatan Laut yang canggih dan sangat besar—ada minat yang
meningkat dalam memanfaatkan teknologi tanpa awak di bidang maritim,”
kata Arthur Holland Michel, co-direktur Pusat untuk Studi Drone di Bard
College, seperti dikutip Stars and Stripes.
Angkatan Laut AS telah mengusulkan dana USD319 juta untuk tahun fiskal mendatang guna mengembangkan drone submersible.
Selain Echo Voyager, Pentagon sedang menyempurnakan Sea Hunter, kapal
selam tak berawak yang dirancang untuk mengidentifikasi dan melacak
kapal musuh.
Tantangan dari pengembang kendaraan selam nirawak ini adalah harus mengatasi rintangan unik di bawah laut.
Echo
Voyager mengandalkan baterai listrik-diesel dan listrik-diesel sistem
hybrid, sehingga dapat tetap terendam di bawah laut selama
berbulan-bulan dan menghindari cuaca buruk.
Credit Sindonews