Korut dilaporkan mengoperasikan setidaknya 13
pangkalan peluru kendali yang disembunyikan di tengah perundingan
perlucutan senjata nuklir dengan AS. (KCNA/via Reuters)
Hal ini terungkap dalam laporan lembaga think tank AS, Center for Strategic and International Studies (CSIS), merujuk pada citra satelit yang mereka himpun.
Kepala Program Korea Utara CSIS, Victor Cha, mengatakan bahwa Kim Jong-un tampaknya "mengelabui" Presiden Donald Trump dengan menghancurkan salah satu pangkalan rudal, tapi masih ada belasan situs lain yang beroperasi.
"Tampaknya pangkalan-pangkalan ini belum dibekukan. Pekerjaan masih berlangsung," ujar Cha sebagaimana dikutip AFP, Senin (12/11).
"Yang dikhawatirkan semua orang adalah Trump akan menerima kesepakatan buruk. Mereka hanya menghancurkan satu situs uji coba dan menutup beberapa hal lain, dengan timbal balik mereka ingin kesepakatan damai."
Berdasarkan laporan CSIS, situs-situs rudal tersebut berlokasi di daerah pinggiran pegunungan di Korut. Menurut CSIS, situs itu dapat digunakan untuk menyimpan rudal berbagai jarak, yang terjauh bisa mencapai wilayah AS.
"Basis rudal yang beroperasi ini bukan fasilitas peluncuran. Rudal bisa diluncurkan dari dalam situs itu dalam keadaan darurat, dengan prosedur operasi tentara Korut memerintahkan semua pelontar rudal disebar ke situs-situs operasi itu," demikian bunyi laporan tersebut.
Salah satu situs yang paling dekat dengan perbatasan Korea Selatan, Sakkanmol, dilaporkan "aktif dan dikelola dengan sangat baik."
CSIS menekankan bahwa belasan situs rudal ini disembunyikan oleh Korut. Lembaga think tank itu menyatakan bahwa pemerintah AS seharusnya mengetahui keberadaan semua situs senjata nuklir dan rudal sebelum mencapai kesepakatan.
Namun, pemerintah Korsel menyatakan bahwa pihaknya dan AS sudah mengetahui keberadaan situ-situs yang dilaporkan CSIS ini dan memantau terus aktivitas di dalamnya.
"Korea Utara memang tidak pernah berjanji menutup basis rudal ini. Mereka tidak pernah menandatangani perjanjian apa pun, atau negosiasi apa pun yang membuat penutupan basis-basis rudal itu menjadi sebuah kewajiban," ujar juru bicara kepresidenan Korsel, Kim Eui-kyeom.
Sejak Korut memperbaiki hubungan dengan Korsel dan AS pada awal tahun ini, denuklirisasi memang selalu menjadi isu utama.
Dalam pertemuan bersejarah pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong-un, dan Presiden AS, Donald Trump, kedua kepala negara sepakat melakukan denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Sejak saat itu, Korut menutup salah satu situs uji coba rudal dan nuklir terbesar mereka, juga sejumlah fasilitas terkait senjata pemusnah massal tersebut.
Meski demikian, detail dari kesepakatan itu sendiri masih belum jelas. Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, sudah beberapa kali datang ke Pyongyang untuk membahas rincian kesepakatan ini.
Namun, pertemuan Pompeo dengan para pejabat Korut sendiri pernah beberapa kali batal karena ketegangan yang kembali meningkat, terutama jika Pyongyang sudah membahas pencabutan sanksi dan latihan militer AS dan Korsel.
Kim Eui-kyeom pun menyayangkan laporan dari CSIS karena justru dapat "menutup dialog" antara Pyongyang dan Washington.
Credit cnnindonesia.com