BEIJING
- Militer China sedang mempersiapkan diri untuk mengobarkan perang
bawah laut melawan Amerika Serikat (AS). Salah satunya menggunakan
serangan drone selam untuk melawan kapal induk Pentagon.
Gagasan itu muncul dalam laporan surat kabar militer China tertanggal 25 Oktober lalu.
"Operasi ofensif dan pertahanan bawah laut merupakan domain pertempuran utama untuk perebutan supremasi laut, dan merupakan sarana utama untuk memenangkan keunggulan dalam operasi maritim," bunyi laporan surat kabar Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.
Laporan itu mengatakan China telah membayangkan masa depan kendaraan bawah laut tak berawak (drone selam) yang melakukan serangan otonom secara diam-diam dan mengandalkan jaringan sensor yang ditanam di seluruh dunia di dasar laut yang dapat dipicu oleh satelit.
Kemampuan perang bawah laut otonom, lanjut laporan itu, adalah bagian dari pasukan militer China yang telah mampu bertahan selama puluhan tahun. Kemampuan itu diklaim akan mengalahkan Amerika Serikat.
Laporan surat kabar PLA memberikan pandangan sekilas ke dalam pemikiran militer China untuk pencegahan dan peperangan bawah laut masa depan.
"Drone selam pintar beroperasi dan menyerang sendiri, dan senjata bawah laut berteknologi tinggi baru meletakkan serangan dengan robot bawah air, senjata 'hantu' cerdas, dan perangkat seperti ikan bionik untuk membentuk sistem operasi berbasis jaringan," bunyi laporan tersebut, yang dikutip South China Morning Post, Sabtu (3/11/2018).
Serangan bawah laut akan dilakukan menggunakan kapal selam robot bertenaga AI (artificial intelligence). "Yang beroperasi tanpa mengandalkan kontrol manusia untuk menilai target secara otomatis, dan mengatur serangan terkoordinasi dalam apa yang disebut laporan militer sebagai 'perang hantu bawah laut'," imbuh laporan tersebut.
Drone selam AI juga dapat digunakan untuk memaksakan blokade target yang diaktifkan sendiri berdasarkan kemampuan identifikasi target senjata otomatis.
Kendaraan selam itu akan menggunakan komunikasi kode yang tidak bisa dipecahkan dan transmisi data yang dikirim oleh komputer kuantum tingkat lanjut.
Gagasan itu muncul dalam laporan surat kabar militer China tertanggal 25 Oktober lalu.
"Operasi ofensif dan pertahanan bawah laut merupakan domain pertempuran utama untuk perebutan supremasi laut, dan merupakan sarana utama untuk memenangkan keunggulan dalam operasi maritim," bunyi laporan surat kabar Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.
Laporan itu mengatakan China telah membayangkan masa depan kendaraan bawah laut tak berawak (drone selam) yang melakukan serangan otonom secara diam-diam dan mengandalkan jaringan sensor yang ditanam di seluruh dunia di dasar laut yang dapat dipicu oleh satelit.
Kemampuan perang bawah laut otonom, lanjut laporan itu, adalah bagian dari pasukan militer China yang telah mampu bertahan selama puluhan tahun. Kemampuan itu diklaim akan mengalahkan Amerika Serikat.
Laporan surat kabar PLA memberikan pandangan sekilas ke dalam pemikiran militer China untuk pencegahan dan peperangan bawah laut masa depan.
"Drone selam pintar beroperasi dan menyerang sendiri, dan senjata bawah laut berteknologi tinggi baru meletakkan serangan dengan robot bawah air, senjata 'hantu' cerdas, dan perangkat seperti ikan bionik untuk membentuk sistem operasi berbasis jaringan," bunyi laporan tersebut, yang dikutip South China Morning Post, Sabtu (3/11/2018).
Serangan bawah laut akan dilakukan menggunakan kapal selam robot bertenaga AI (artificial intelligence). "Yang beroperasi tanpa mengandalkan kontrol manusia untuk menilai target secara otomatis, dan mengatur serangan terkoordinasi dalam apa yang disebut laporan militer sebagai 'perang hantu bawah laut'," imbuh laporan tersebut.
Drone selam AI juga dapat digunakan untuk memaksakan blokade target yang diaktifkan sendiri berdasarkan kemampuan identifikasi target senjata otomatis.
Kendaraan selam itu akan menggunakan komunikasi kode yang tidak bisa dipecahkan dan transmisi data yang dikirim oleh komputer kuantum tingkat lanjut.
China memimpikan penggunaan "jaringan saraf" pada kompleks senjata-senjata untuk berpikir mandiri.
"Sistem senjata semacam itu mampu secara otomatis membagi dan mengumpulkan sekelompok aktor yang terkait dengan jaringan komunikasi cerdas bawah laut, dan juga mampu melakukan operasi bawah laut yang tak berawak, menentukan sendiri, terkoordinasi sendiri untuk memberikan serangan presisi dan menghancurkan lawan terutama kelompok tempur kapal induk atau formasi kapal permukaan lainnya," papar laporan tersebut.
"Sistem senjata semacam itu mampu secara otomatis membagi dan mengumpulkan sekelompok aktor yang terkait dengan jaringan komunikasi cerdas bawah laut, dan juga mampu melakukan operasi bawah laut yang tak berawak, menentukan sendiri, terkoordinasi sendiri untuk memberikan serangan presisi dan menghancurkan lawan terutama kelompok tempur kapal induk atau formasi kapal permukaan lainnya," papar laporan tersebut.
Credit sindonews.com