"Hizbullah siap menghadapi agresi jika terjadi, jika Israel memutuskan untuk melakukan tindakan bodoh," ujar Wakil Pimpinan Hizbullah Sheikh Naim Qassem.
"Kami telah berulang kali menyatakan dan sering bahwa kita, sebagai perlawanan, bekerja untuk memiliki kesiapan permanen dan kita siap menghadapi agresi Israel jika terjadi, dan karena itu kita siap untuk membela diri dengan segala cara yang ada," sambung Qassem.
"Kami bekerja untuk memperkuat front kami, dan siap," tukasnya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (16/3/2018).
Konflik besar terakhir antara Israel dan Lebanon pecah pada tahun 2006. Konfrontasi militer, yang dikenal sebagai Perang Lebanon Kedua di Israel dan Perang Juli di Lebanon, berlangsung 34 hari dan berakhir dengan gencatan senjata yang diperantarai PBB.
Paska perang yang menghancurkan tersebut, PBB, sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, mengirimkan pasukan penjaga perdamaian untuk memastikan bahwa tidak ada lagi konflik di wilayah perbatasan kedua negara.
Credit sindonews.com