Senin, 16 April 2018
Minggu, 15 April 2018
Palestina jadi prioritas utama KTT Liga Arab
Memimpin pertemuan para menteri luar negeri Arab, yang menjadi persiapan menuju KTT, Al-Jubeir menyayangkan pengumuman Washington yang menerima pemindahan ibu kota Israel ke Yerusalem, seperti yang dilaporkan Badan Pers Saudi (SPA), mengutip Saudi Gazette.
Al-Jubeir juga menekankan bahwa terorisme harus ditangani dengan tegas dan sumber pendanaannya harus dikeringkan. Ia menekankan bahwa tidak akan ada stabilitas di kawasan selama Iran melanjutkan intervensi di kawasan itu dengan menghasut perselisihan sektarian dan mendukung milisi Houthi, selain menampung para pemimpin Al-Qaeda.
"Iran dan terorisme adalah dua sisi mata uang yang sama di kawasan itu," katanya, sambil menekankan bahwa milisi Houthi bertanggung jawab penuh atas krisis di Yaman.
Merujuk pada pertemuan tersebut, Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit mengatakan bahwa krisis serius di kawasan itu memfasilitasi campur tangan asing.
Ia mencatat bahwa kemenangan atas ISIS harus dikonsolidasikan dengan menyerukan rekonstruksi daerah yang terkena dampak. Gheit juga mengutuk campur tangan Iran di Bahrain dan negara-negara Arab lainnya.
"Ada konsensus Arab tentang kesatuan wilayah Suriah," katanya, sambil menunjukan bahwa solusi politik adalah cara terbaik untuk menyelesaikan krisis dan juga menekankan perlunya mempertahankan proses Jenewa guna mencapai solusi politik terhadap krisis.
Credit antaranews.com
Parade Militer Digelar Jelang KTT Liga Arab
Parade digelar usai latihan militer bersama pertama bertajuk Perisai Teluk.
Sebelum parade militer yang diisi dengan defile pasukan dan unjuk alat utama sistem persenjataan (alutsista) matra darat dan udara yang dilibatkan dalam program latihan militer yang diikuti 24 negara itu, dilakukan atraksi dan simulasi serangan militer.
Berulang kali terdengar dentuman yang memecah keheningan padang pasir tempat berlangsung simulasi serangan militer yang melibatkan matra darat, laut, dan udara di daerah Madain Samat berjarak sekitar satu setengah jam berkendara dari Dammam itu.
Asap hitam membubung ke angkasa padang pasir yang berada di tepian pantai laut biru tatkala serangan dilakukan pasukan infanteri dari tepian pantai dan kendaraan-kendaraan tempur taktis.
Simulasi serangan militer yang menjadi bagian dari rangkaian acara parade militer Angkatan Bersenjata Arab Saudi dan belasan negara peserta latihan militer "Perisai Teluk" pertama tersebut, menyita perhatian puluhan jurnalis mancanegara.
Gemuruh suara dua jet tempur yang terbang cepat diikuti dengan manuver tiga unit helikopter serbu "Apache" dan dua unit helikopter angkut pasukan mewarnai simulasi serangan terhadap sejumlah bangunan buatan di lokasi acara.
Puluhan jurnalis Arab Saudi dan mancanegara mengabadikan rangkaian acara parade militer yang diawali dengan atraksi kecakapan militer dalam simulasi serangan darat, laut, dan udara tersebut dengan kamera untuk mendukung peliputan media mereka.
Seusai digelar parade yang turut dimeriahkan dengan atraksi udara jet tempur dan terjun payung prajurit negara peserta, Juru Bicara Angkatan Bersenjata Arab Saudi Brigadir Abdullah Hussein Al Sobaei menggelar konferensi pers.
Al Sobaei mengatakan latihan yang diikuti kontingen pasukan dari 24 negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Malaysia dari 27 Maret hingga 7 April 2018 itu dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalitas dan kesiapan tempur matra darat, laut, dan udara.
Dia mengatakan pelajaran dari pengalaman latihan bersama ini tidak hanya terkait dengan kesiapan tempur pasukan multinasional dalam merespons ancaman dan tantangan regional, seperti terorisme, tetapi juga mewujudkan standardisasi keyakinan militer.
Latihan militer bersama pertama "Perisai Teluk" yang dilangsungkan di kawasan sektor komando timur Arab Saudi itu meliputi apa yang disebut latihan simulasi (CPX) dan lapangan (FTX), katanya pula.
Melalui latihan bersama ini, kata Al Sobaei, operasi bersama pasukan koalisi untuk menjawab berbagai ancaman dan tantangan keamanan di kawasan diharapkan dapat dilakukan secara terpadu dan terintegrasi.
"Semua upaya ini akan tercermin dalam peningkatan keamanan untuk negara-negara di kawasan Teluk," katanya.
Credit republika.co.id
Jerman Dorong Gencatan Senjata di Suriah
Pada Sabtu kemarin, Prancis, Inggris, dan AS melakukan serangan udara ke Demaskus.
Jerman, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat akan bertemu di London pada Ahad (15/4) untuk membahas langkah-langkah berikutnya setelah serangan udara diluncurkan terhadap Suriah Sabtu pagi. Maas mengatakan, inisiatif itu juga sedang dibahas oleh dewan NATO.
Jerman akan menggunakan hubungan bilateral untuk memastikan Rusia mengadopsi sikap "konstruktif" pada isu itu. Dengan pertemuan bersama, permasalahan senjata bisa diselesaikan.
Pada Sabtu kemarin, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat melakukan serangan udara ke Homs dan Damaskus. Serangan itu dilakukan untuk menghancurkan beberapa fasilitas militer yang diduga menimbun bahan-bahan kimia.
Credit republika.co.id
Sekjen PBB Minta Tahan Serangan ke Suriah
AS, Prancis, dan Inggris meyakini Suriah bertanggung jawab atas serangan gas beracun.
Amerika Serikat telah melancarkan serangan gabungan ke Suriah bersama Inggris dan Prancis pada Sabtu (14/4). Serangan tersebut dilakukan untuk menghancurkan fasilitas senjata kimia Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Kementerian Pertahanan Inggris bahkan membenarkan, serangan udara yang dilancarkan ke Suriah pada Sabtu (14/4) menargetkan fasilitas militer yang menimbun bahan-bahan kimia. AS, Prancis, dan Inggris meyakini Pemerintah Suriah bertanggung jawab atas terjadinya serangan gas beracun di Douma, Suriah.
Untuk menenangkan suasana, Guterres mengatakan, penyelidik internasional sudah berada di Suriah. Mereka telah siap untuk mengunjungi tempat serangan senjata kimia mematikan yang diduga di Douma yang mendorong tindakan militer oleh Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris.
Credit republika.co.id
Arab Saudi dukung AS serang Suriah
Arab
Saudi sepenuhnya mendukung serangan yang diluncurkan Amerika Serikat,
Prancis dan Inggris di Suriah karena itu mencerminkan respons atas
kejahatan rezim
"Arab Saudi sepenuhnya mendukung serangan yang diluncurkan Amerika Serikat, Prancis dan Inggris di Suriah karena itu mencerminkan respons atas kejahatan rezim," menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, dilansir dari AFP.
Pernyataan yang dimuat di kantor berita Saudi Press Agency ini menyatakan serangan dipicu oleh "penggunaan senjata kimia rezim Suriah terhadap warga sipil yang tidak berdosa, termasuk perempuan dan anak-anak".
Arab Saudi dan negara-negara teluk lainnya menjadi pendukung utama kelompok oposisi Suriah melawan Presiden Bashar al-Assad.
Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris mengatakan mereka melancarkan serangan pada Sabtu sebagai tanggapan atas dugaan serangan kimia di Kota Douma di dekat Damaskus sepekan lalu.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Paris memiliki “bukti” rezim Suriah menggunakan senjata kimia, namun, klaim itu dibantah pemerintah Damaskus.
Credit antaranews.com
UAE sampaikan keprihatinan mendalam atas Suriah
Kementerian Urusan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional UAE di Abu Dhabi juga "dengan keras mengutuk" penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil, kata kantor berita UAE, WAM.
Satu pernyataan resmi menambahkan UAE mendukung semua tindakan internasional dengan tujuan menghapuskan dan menghancurkan senjata yang dilarang secara internasional tersebut.
UAE juga menekankan perlunya mencegah senjata itu jatuh ke tangan "organisasi teroris internasional di daerah konflik".
UAE, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi, menegaskan dukungannya bagi operasi militer terhadap senjata terlarang tersebut dan instalasinya di Suriah.
Pernyataan itu menambahkan UAE percaya penyelesaian politik adalah dasar bagi penanganan krisis Suriah. Negara Arab tersebut juga menyerukan semua pihak untuk bertindak sejalan dengan resolusi terkait keabsahan internasional.
Pernyataan itu mengatakan UAE mengharapkan berakhirnya krisis Suriah dengan segala resiko yang ditimbulkannya bagi persatuan negeri tersebut dan kehilangan nyawa manusia yang meningkat. Pada saat yang sama, pernyataan itu menegaskan bahwa diaktifkannya peran Arab dalam upaya politik diperlukan untuk menemukan penyelesaian politik.
Secara terpisah, Kementerian Urusan Luar Negeri Estonia pada Sabtu kembali menegaskan dukungan Estonia bagi upaya pimpinan PBB untuk mewujudkan penyeleisaian politik yang langgeng bagi konflik Suriah.
"Estonia dengan keras mengutuk penggunaan senjata kimia oleh rejim Suriah, yang paling akhir di Douma pada 7 April 2018 dan menyerukan semua yang bertanggung-jawab diseret ke pengadilan," katanya.
Pemerintah Suriah telah membantah tuduhan itu dan menyebut laporan tersebut adalah berita palsu yang digunakan oleh Barat untuk membenarkan serangannya ke Suriah.
Credit antaranews.com
Kembali Gunakan Gas Beracun, AS Ancam Bombardir Suriah Lagi
“Kami yakin bahwa kami telah melumpuhkan program senjata kimia Suriah. Kami siap untuk mempertahankan tekanan ini, jika rezim Suriah cukup bodoh untuk menguji keinginan kami,” katanya.
"Jika rezim Suriah menggunakan gas racun ini lagi, Amerika Serikat dalam posisi 'lock and loaded'," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Minggu (15/4/2018).
AS, Inggris, dan Prancis meluncurkan serangan udara terhadap Suriah pada Sabtu (14/4/2018) pagi sebagai tanggapan atas dugaan serangan kimia di Douma pada akhir pekan lalu. Sekitar 110 rudal menghantam sasaran di ibu kota Suriah, Damaskus dan wilayah lainnya.
Meski begitu banyak rudal ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara buatan Soviet. Sistem pertahanan udara S-125, sistem pertahanan udara S-200, Buk dan Kvadrat digunakan dalam menangkis serangan rudal yang diluncurkan AS dan sekutunya.
Credit sindonews.com
Putin: Serangan Rudal Terhadap Suriah Tindakan Agresi
Menyebut serangan udara itu sebagai tindakan agresi, pemimpin Rusia mengatakan serangan itu merusak seluruh sistem hubungan internasional dan akan memperburuk bencana kemanusiaan di Suriah. Begitu bunyi pernyataan yang diposting ke situs web Kremlin.
Putin juga menegaskan kembali pandangan Rusia bahwa dugaan serangan kimia di kota Douma, Suriah, yang memicu serangan tersebut palsu seperti dikutip dari USA Today, Sabtu (14/4/2018).
Presiden Trump mengumumkan bahwa serangkaian serangan diluncurkan oleh AS, Perancis dan Inggris pada fasilitas senjata kimia Assad di Suriah. Trump mengatakan serangan itu akan dipertahankan guna memastikan bahwa Suriah tidak menggunakan senjata kimia untuk menyerang warga sipil.
Setelah Pentagon mengatakan serangan itu berakhir, duta besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov, mengeluarkan pernyataan di Twitter menuduh sekutu telah merancang skenario sebelumnya untuk melawan Rusia dan Suriah.
Ia pun memperingatkan bahwa serangan tersebut akan membawa konsekuensi yang belum ditentukan.
"Sekali lagi, kami sedang diancam. Kami memperingatkan bahwa tindakan seperti itu tidak akan dibiarkan tanpa konsekuensi," kata Antonov.
"Semua tanggung jawab untuk mereka ada di Washington, London, dan Paris," imbuhnya.
"Menghina presiden Rusia tidak dapat diterima dan tidak dapat ditoleransi. AS - pemilik gudang senjata kimia terbesar - tidak memiliki hak moral untuk menyalahkan negara lain," tukasnya.
Presiden Suriah Bashar al-Assad pun bereaksi atas serangan militer AS. "Jiwa yang baik tidak akan dipermalukan," kata Assad di akun Twitter resminya.
Credit sindonews.com
Suriah Dibombardir, Misi Pencari Fakta OPCW Jalan Terus
"Misi pencarian fakta OPCW akan melanjutkan penyebarannya ke Republik Arab Suriah untuk membuat fakta seputar dugaan penggunaan senjata kimia di Douma," kata badan itu dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters, Minggu (15/4/2018).
Amerika Serikat (AS), Inggris dan Prancis menembakkan lebih dari 100 rudal di Suriah pada Sabtu pagi dalam intervensi militer Barat pertama yang dikoordinasikan terhadap pemerintah Damaskus. Mereka mengatakan serangan itu adalah hukuman karena membunuh puluhan orang, banyak dari mereka wanita dan anak-anak, dengan senjata beracun yang dilarang.
Damaskus dan sekutunya, Rusia, mengecam tindakan Barat, khususnya karena menolak menunggu hingga hasil misi pencari fakta yang dikirim oleh OPCW setelah insiden 7 April.
Petugas penyelamat mengatakan sejumlah orang tewas dalam insiden itu. Washington mengatakan telah menegaskan bahwa gas klorin digunakan, dan memiliki kecurigaan yang belum dikonfirmasi bahwa zat saraf juga kemungkinan telah digunakan. Damaskus dan Moskow menolak tuduhan atas serangan semacam itu.
Jika keamanan memungkinkan, tim dari Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW) akan disebar secara singkat ke situs lokasi serangan.
"Tim akan bekerja dengan Departemen Keselamatan dan Keamanan PBB memastikan keselamatan tim," bunyi pernyataan itu.
Suriah sendiri setuju untuk menyerahkan persenjataan senjata kimianya pada tahun 2013 dan menyerahkannya ke inspeksi OPCW. Ini dimaksudkan untuk menghancurkan semua persediaan gas sarafnya. Dalam kasus klorin, zat itu diizinkan dimiliki untuk digunakan bagi kepentingan sipil, tetapi tidak menggunakannya sebagai senjata.
OPCW akan menentukan apakah senjata kimia digunakan dalam serangan pada 7 Maret lalu, tetapi tidak akan menyalahkan pihak manapun.
Meskipun ada perjanjian AS-Rusia untuk menghapus sepenuhnya program senjata kimia Suriah setelah ratusan orang terpapar gas sarin di Ghouta pada 21 Agustus 2013, OPCW tidak dapat memverifikasi bahwa semua fasilitas manufaktur, penyimpanan dan penelitian telah dihancurkan.
Di antara situs yang dilaporkan terkena serangan pada Jumat malam adalah Pusat Studi dan Penelitian Ilmiah, fasilitas yang telah memainkan peran kunci dalam program senjata kimia Suriah sejak tahun 1970-an.
Penyidik OPCW telah mengajukan pertanyaan tentang SSRC sejak 2013, ketika Damascus bergabung dengan Konvensi Senjata Kimia tahun 1997 dan setuju untuk menyingkirkan cadangannya untuk mencegah ancaman serangan di bawah Presiden Barack Obama.
Suriah tidak dapat menjelaskan beberapa temuan oleh para penyidik, termasuk lokasi penelitian dan pengembangan yang tidak diumumkan, keberadaan bahan kimia terlarang dan bom yang hilang, sumber mengatakan kepada Reuters.
Credit sindonews.com
Rusia Pertimbangkan Pasok Rudal untuk Suriah
Ilustrasi peluru kendali. (REUTERS/KCNA)
"Setelah terjadinya serangan udara yang dilakukan Amerika, Perancis dan Inggris ke Suriah, Rusia mungkin mempertimbangkan memasok peluru kendali ke Suriah," ujar Kepala Staf Operasi Rusia di Suriah, Sergei Rudskoi, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Rudskoi juga mengungkapkan bahwa beberapa tahun lalu Rusia sempat menolak untuk memasok rudal itu karena adanya tekanan dari beberapa negara mitra, tapi serangan gabungan yang diklaim mencapai 110 rudal itu membuat Rusia mempertimbangkan kembali sikap mereka.
|
Rudskoi mengatakan serangan Amerika pada Suriah bertujuan untuk mengacaukan situasi di daerah itu, tapi dia memprediksi saat ini Damaskus dan kota-kota lain dalam situasi tenang.
"Situsi di Damaskus dan kota-kota lain sudah aman sekarang," tuturnya.
|
Respons terhadap serangan gabungan itu juga datang dari Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengutuk serta menyerukan PBB bertindak dengan menggelar pertemuan darurat Dewan Keamanan.
"Tindakan yang dilakukan Amerika adalah bencana kemanusiaan dan menyebabkan rasa sakit bagi warga sipil serta merusak hubungan internasional," kata Putin.
Pada Sabtu dini hari, serangan gabungan lewat udara menyasar sejumlah fasilitas produksi kimia rezim Bashar al-Assad dan dilakukan hanya beberapa saat setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan melancarkan serangan.
Militer AS menggunakan rudal Tomahawk yang berdaya jelajah ribuan kilometer pada agresi tersebut, sementara Perancis meluncurkan pesawat jet tempur Mirage 2000 dan Rafale, bersama dengan empat kapal perang pergata.
Inggris mengeluarkan empat jet tempur Royal Air Force dari pangkalan militer mereka di Siprus dan meluncurkan rudal Storm Shadow.
Pihak AS menyatakan serangan gabungan itu merupakan pesan tegas kepada Suriah bahwa AS menentang penggunaan senjata kimia.
Credit cnnindonesia.com
China tolak penggunaan kekuatan di Suriah
“Kami terus menentang penggunaan kekuatan dalam hubungan internasional, dan menganjurkan untuk menghormati kedaulatan, kemerdekaan dan integritas teritorial semua negara,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Hua Chunying melalui keterangan tertulis yang dimuat di situsnya, dilansir dari AFP, Sabtu (14/4).
Hua berpendapat tindakan militer sepihak, tanpa persetujuan Dewan Keamanan PBB akan “mempersulit tercapainya resolusi untuk masalah Suriah”.
“China meyakini bahwa solusi politik adalah satu-satunya solusi yang realistis untuk masalah Suriah,” kata dia.
“China mengimbau semua pihak terkait untuk kembali kerangka hukum internasional dan menyelesaikan masalah melalui dialog dan konsultasi”.
China merupakan salah satu dari lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
Beijing terus mengatakan krisis Suriah membutuhkan solusi politik,tetapi mereka berkali-kali mem-veto langkah Dewan Keamanan yang bertujuan mengatasi konflik tersebut, termasuk penyelidikan kejahatan perang di negara itu.
Credit antaranews.com
Suriah Diserang, Khamenei Sebut Trump Penjahat Kriminal
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali
Khamenei, menyebut Donald Trump, Emmanuel Macron, dan Theresa May
sebagai pelaku kriminal karena menyerang Suriah. (Reuters/leader.ir)
"Serangan ke Suriah pada pagi ini adalah kejahatan. Presiden Amerika, Presiden Perancis, dan Perdana Menteri Inggris adalah kriminal," ujar Khamenei, sebagaimana dikutip Reuters.
Khamenei pun mengatakan bahwa AS tak akan mendapatkan keuntungan apa pun dari serangan ini.
"Mereka tidak akan mendapat keuntungan, seperti saat mereka ke Irak, Suriah, dan Afghanistan di masa lalu, melakukan kejahatan dan tak mendapat keuntungan," kata Khamenei.
|
"Rakyat Suriah akan menjawab serngan ini dan warga dunia harus mengecam agresi ini," ucap Dehghan.
Wakil kepala angkatan bersenjata Iran, Yadollah Javani, bahkan mengatakan bahwa AS harus bertanggung jawab jika serangan ini memicu konflik yang lebih besar.
"Dengan serangan ini, situasi akan menjadi lebih kompleks dan semuanya karena AS, yang akan bertanggung jawab atas dampak dari peristiwa kawasan selanjutnya yang tentu tak akan sesuai dengan kepentingan mereka," tutur Javani.
|
Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan bahwa negaranya juga menentang penggunaan senjata kimia, tapi tak terima jika isu itu dijadikan alasan untuk menggempur negara lain.
Selama ini, Iran dikenal sebagai sekutu terdekat Suriah, selain Rusia, yang selalu mendukung rezim Bashar al-Assad.
Mantan Duta Besar Iran untuk Suriah yang kini menjadi analis politik, Hossein Sheikholeslam, mengatakan bahwa serangan ini justru akan mempersatukan bangsa Suriah.
"Serangan ini akan menstabilkan pemerintah Suriah dan mempersatukan berbagai suku di Suriah karena warga mulai sadar kehormatan mereka dan kepentingan mempertahankan kemerdekaan, integritas wilayah, dan pemerintahan negara mereka," katanya.
Credit cnnindonesia.com
Puji Serangan AS, Netanyahu Peringatkan Keberadaan Iran di Suriah
AS, Inggris, dan Prancis menyerang Suriah dengan serangan udara sebagai tanggapan atas dugaan serangan gas beracun yang menewaskan puluhan orang pekan lalu. Presiden AS Donald Trump mengatakan dia siap untuk mempertahankan respon sampai pemerintah Assad menghentikan penggunaan senjata kimia.
"Awal pagi ini, di bawah kepemimpinan Amerika, Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris menunjukkan bahwa komitmen mereka tidak terbatas pada pernyataan prinsip," kata Netanyahu dalam pernyataan tertulis seperti dilansir dari Reuters, Minggu (15/4/2018).
Netanyahu mengatakan Presiden Suriah Bashar al-Assad harus memahami bahwa penyediaan basis terdepan untuk Iran dan proksinya membahayakan Suriah.
Seorang pejabat Israel mengatakan Israel diberitahu tentang serangan hanya beberapa jam sebelum serangan. Ditanya berapa banyak peringatan yang Israel terima, pejabat itu mengatakan kepada Reuters: "Antara 12 dan 24 jam, saya kira."
Ditanya apakah Israel membantu memilih target, pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan: "Tidak sepengetahuan saya."
Juru bicara kedutaan AS menegaskan kepada Reuters bahwa Israel telah diberitahu sebelum serangan, tetapi dia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Keterlibatan Iran di Suriah untuk mendukung Assad telah mengkhawatirkan Israel, yang mengatakan akan melawan ancaman apa pun. Gerakan Syiah yang didukung Iran, Hezbollah, yang memiliki persenjataan rudal ekstensif, terakhir berperang dengan Israel pada 2006 lalu.
Suriah, Iran dan Rusia mengatakan Israel berada di belakang serangan udara di pangkalan udara Suriah pada hari Senin yang menewaskan tujuh personel militer Iran, sesuatu yang Israel tidak membenarkan atau membantah.
Pada hari Rabu, Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara kepada Netanyahu dan mendesaknya untuk tidak melakukan apa pun yang bisa mengacaukan Suriah, menurut pernyataan Kremlin.
Netanyahu membalas dengan mengatakan Israel tidak akan mengizinkan Iran membangun dirinya di Suriah, menurut kantornya.
Israel telah melakukan serangan udara di Suriah secara teratur, menargetkan pengiriman senjata yang diduga ke Libanon Hizbullah.
Credit sindonews.com
Ribuan orang Yunani berpawai menentang serangan AS di Suriah
Sambil meneriakkan slogan yang menentang "pembunuhan bangsa", sebanyak 6.000 anggota Partai Komunis Yunani (KKE), menurut perkiraan polisi, berkumpul di luar gedung Parlemen dan berpawai ke Kedutaan Besar AS di Athena.
Sekretaris Jenderal KKE Dimitris Koutsoumbas, yang memberi sambutan dalam pertemuan terbuka protes tersebut, menyeru Pemerintah Yunani agar menjauhkan diri dari konflik itu, menutup pangkalan asing dan keluar dari NATO.
Protes serupa guna menentang agresi imperialis diselenggarakan oleh kelompok Sayap Kiri di Ibu Kota Yunani, Athena, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi. Protes tersebut berlangsung dengan damai.
"Saya tak bisa memberitahu apa yang bisa diperoleh rakyat hanya dari pertemuan tebruka hari ini, tapi biasanya rakyat yang berbicara tentu saja bermanfaat, jika makin banyak warga bangkit dan memprotes," kata Thodoris Anastassopoulos, salah seorang demonstan anti-perang, kepada Xinhua.
Nikos Vourdoumbas, seorang guru, termasuk di antara kerumunan orang yang melancarkan protes di luar Kedutaan Besar AS di Athena.
"Sangat jelas bahwa pernyataan yang mereka keluarkan berkaitan dengan senjata kimia adalah dalih. Alasan sesungguhnya buat serangan udara ialah menguasai sumber energi wilayah tersebut. Kami mengutuk serangan itu," kata Vourdoumbas kepada Xinhua.
Di dalam satu pernyataan pers pada Sabtu pagi, Kementerian Luar Negeri Yunani mendesak masyarakat internasional agar "tetap memusatkan perhatian pada menemukan penyelesaian politik dan berkelanjutan di Suriah; penyelesaian yang akan mengakhiri perang dan memulihkan kedamaian di negeri tersebut dan wilayah itu".
"Diplomasi harus kembali ke tengah pentas, dan upaya dalam kerangka kerja PBB harus dilanjutkan," kata Kementerian Luar Negeri Yunani.
Credit antaranews.com
Turki dan Australia Sambut Serangan AS pada Suriah
Ilustrasi serangan gabungan Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis ke Damaskus, Suriah. (REUTERS/Yiannis Kourtoglou)
"Kami melihat operasi yang dilancarkan pada pemerintah Suriah oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis...sebagai respons yang tepat," demikian ujar Kementerian Luar Negeri Turki, seperti dikutip dari Reuters.
Hal senada juga disampaikan Menteri Pertahanan Australia Marise Payne.
"Australia mendukung serangan-serangan ini, yang menunjukkan respons yang proporsional, terkalibrasi, dan tepat sasaran. Serangan ini adalah pesan tegas pada rezim Assad dan pendukungnya, Rusia dan Iran, bahwa penggunaan senjata kimia tidak boleh ditoleransi," demikian bunyi pernyataan resmi Payne, seperti dikutip dari CNN Internasional.
"Penggunaan senjata kimia, oleh siapapun, di mana pun, pada kondisi apapun, adalah ilegal dan tidak bisa dibenarkan. Rezim Assad tidak boleh memiliki kekebalan dan diizinkan menjalankan kejahatan tersebut."
Payne juga meminta Dewan Keamanan PBB untuk menyetujui penyelidikan independen atas isu penggunaan senjata kimia tersebut.
|
Pada Sabtu (14/3) dini hari, serangan rudal gabungan AS, Inggris, dan Perancis menghantam pengkalan militer dan pusat riset kimia di Damaskus.
Serangan lewat udara itu menyasar sejumlah fasilitas produksi kimia rezim Bashar al-Assad dan dilakukan hanya beberapa saat setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan melancarkan serangan.
AS menyatakan hanya sebuah pesan tegas kepada Suriah bahwa AS menentang penggunaan senjata kimia.
Tiga orang terluka karena serangan tersebut.
Credit cnnindonesia.com
Serang Suriah, PM Inggris Belum Dapat Restu Parlemen
PM Inggris Theresa May mengambil keputusan untuk menyerang Suriah tanpa persetujuan Parlemen Inggris. (REUTERS/Jack Taylor/Pool)
May menyatakan dirinya perlu mengambil keputusan secara cepat dan bahwa aksi militer Inggris bersesuaian dengan kepentingan nasional.
May menyatakan Inggris dan dunia Barat punya kewajiban untuk menghalangi Assad dan pemerintah lainnya menggunakan senjata kimia, seperti yang terjadi Sabtu pekan lalu di Douma yang menewaskan 75 orang.
"Sementara aksi ini memang secara khusus dilancarkan untuk menghalangi rezim Suriah, serangan juga akan jadi sinyal kepada pihak lain yang meyakini mereka punya kekebalan menggunakan senjata kimia," ujar May.
"Kami tak bisa mengizinkan dilazimkannya penggunaan senjata kimia, baik itu di Suriah, di jalanan Inggris, atau tempat lain di dunia."
|
May juga menegaskan bahwa Inggris dan sekutunya telah menggunakan seluruh cara diplomatis untuk menghentikan penggunaan senjata kimia, tapi berulang kali mendapat hambatan.
May kemudian merujuk pada Rusia yang menggunakan hak vetonya pada sidang Dewan Keamanan PBB pekan ini atas usulan digelarnya penyelidikan independen serangan Douma.
"Jadi, tidak ada alternatif praktis lainnya ketimbang menggunakan kekuatan militer untuk menghalangi penggunaan senjata kimia oleh rezim Suriah," kata May.
Dalam serangan itu, Inggris menggunakan empat jet tempur Royal Air Force dari pangkalan militer di Siprus dan meluncurkan rudal Storm Shadow.
Serangan gabungan Amerika Serikat, Perancis, Inggris digelar pada Sabtu (14/3) dini hari. (SYRIA TV via Reuters TV)
|
"Fasilitas yang menjadi target serangan berjarak cukup jauh dari konsentrasi massa sipil yang diketahui, sehingga bisa lebih jauh lagi mengurangi risiko," ujar pernyataan resmi Kementerian Pertahanan Inggris.
|
Banyak politisi di Inggris, termasuk dari Partai Konservatif, telah meminta anggota Parlemen dipanggil dari masa liburnya untuk memberikan persetujuan atas serangan militer.
"Sebagai perdana menteri, ini pertama kalinya saya harus mengambil keputusan untuk menempatkan pasukan bersenjata kami pada sebuah pertempuran -- dan ini bukan keputusan yang saya ambil dengan mudah," kata May.
Mantan PM Inggris, David Cameron, pernah kalah di dalam pemungutan suara di parlemen ketika akan mengambil keputusan menyerang Assad pada 2013 silam. Ketika itu 30 anggota dari Partai Konservatif menentang dan banyak penduduk Inggris meyakini bahwa terlibat dalam konflik tersebut tidak akan membawa stabilitas pada Timur Tengah.
Jajak pendapat daring yang diluncurkan YouGov pekan ini mengindikasikan hanya seperlima dari para pemilih yang meyakini Inggris harus meluncurkan serangan
Pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn, yang juga dikenal memiliki sikap anti-perang, menyatakan Inggris seharusnya terus menekan PBB untuk menggelar penyelidikan independen ketimbang menunggu instruksi Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Credit cnnindonesia.com
Dubes Inggris sebut serangan ke Suriah "tepat dan sah"
"Inggris meyakini bahwa tepat dan sah untuk mengambil tindakan militer bersama dengan sekutu terdekat kami guna meringankan penderitaan kemanusiaan lebih lanjut," kata Karen Pierce kepada wartawan menjelang pertemuan Dewan Keamanan.
Serangan yang dilancarkan Amerika Serikat, Inggris dan Prancis bertujuan untuk "mengurangi kemampuan rezim Suriah dan mencegah penggunaan senjata kimia," imbuhnya.
Serangan udara yang dilancarkan ketiga sekutu itu, Sabtu, menghantam tiga target yang menurut para pejabat negara Barat terkait dengan pengembangan senjata kimia di wilayah Damaskus dan Homs, demikian AFP.
Credit antaranews.com
Dewan Keamanan PBB tak berhasil mengutuk serangan AS ke Suriah
Tiga dari 15 anggota Dewan Keamanan, yaitu Rusia, Bolivia dan China menyatakan mendukung resolusi itu.
Empat negara, yakni Guinea Ekuatorial, Ethiopia, Kazakhstan dan Peru menyatakan abstain.
Delapan negara anggota sisanya menyatakan menolak rancangan resolusi tersebut.
Untuk dapat disahkan, resolusi membutuhkan sedikitnya sembilan suara dukungan serta tidak terkena penolakan oleh satu pun dari kelima anggota tetap Dewan Keamanan, yang terdiri dari Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat.
Rancangan resolusi itu berisi hanya lima paragraf dan menyatakan kutukan terhadap "agresi terhadap Republik Arab Suriah dan sekutu-sekutunya dalam pelanggaran terhadap hukum internasional dan Piagam PBB".
Rancangan juga mendesak Amerika Serikat beserta sekutu-sekutunya agar segera mengakhiri serangan militer terhadap Suriah dan agar menahan diri untuk tidak lagi menggunakan kekuatan militer di masa depan.
Setelah proses pemungutan suara, duta besar Rusia untuk Amerika Serikat Vassily Nebenzia mengatakan, "Ini adalah hari yang menyedihkan bagi dunia, bagi Perserikatan Bangsa-bangsa, dan bagi Piagam (PBB), yang secara terang-terangan dilanggar."
Ia menekankan tuntutan negaranya agar jangan ada lagi serangan militer dilakukan terhadap Suriah.
Duta besar Inggris Karen Pierce mengatakan usai pemungutan suara bahwa serangan militer gabungan terhadap Suriah itu dilakukan berdasarkan hukum menyangkut campur tangan kemanusiaan, yang "secara penuh memenuhi prinsip-prinsip dan tujuan Piagam PBB."
Amerika Serikat, Prancis dan Inggris pada Jumat melancarkan serangan peluru kendali ke Suriah setelah munculnya laporan soal dugaan penggunaan senjata kimia di Douma di dekat ibu kota negara Suriah, Damaskus, pada 7 April, demikian Xinhua.
Credit antaranews.com
Banyak Rudal AS Cs Ditangkis 4 Sistem Pertahanan Suriah
Serangan washington dan sekutunya hari ini (14/4/2018) terjadi sebelum Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) bekerja menyelidiki dugaan serangan kimia di Douma, Suriah. Serbuan tersebut membuyarkan OPCW untuk memperoleh data independen terkait kasus senjata kimia di Douma.
"Sistem pertahanan udara Suriah telah melakukan pertempuran anti-udara," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan.
Suriah, lanjut pernyataan itu, menangkis serangan Barat melalui kompleks pertahanan udara yang dibuat di Uni Soviet lebih dari 30 tahun yang lalu.
"Sistem pertahanan udara S-125, sistem pertahanan udara S-200, Buk dan Kvadrat digunakan dalam menangkis serangan rudal," kata kementerian tersebut, seperti dikutip Russia Today.
Di pangkalan udara Dumeir, sistem pertahanan udara Suriah menangkis sekitar 12 rudal jelajah AS dan sekutunya.
Sebelumnya, seorang pejabat pertahanan AS mengatakan sekitar 100 rudal jelajah Tomahawk digunakan AS dan sekutunya untuk menyerang beberapa target di Suriah. AS sendiri juga mengaktifkan pesawat pembom B-1.
Sedangkan media pemerintah Suriah melaporkan lebih dari 20 rudal jelajah musuh ditembak jatuh di sekitar Damaskus dengan sistem pertahanan udara pasukan Presiden Bashar al-Assad.
"Tidak ada rudal jelajah AS dan sekutu-sekutunya yang menembus zona pertahanan udara Suriah yang jadi tanggung jawab Rusia, yang meliputi zona Tartus (fasilitas angkatan laut) dan Khmeimim (pangkalan udara yang terletak di provinsi Latakia)," imbuh Kementerian Pertahanan Rusia.
Kedua zona yang dilindungi militer Moskow itu diamankan oleh sistem anti-rudal S-400, S-300, serta sistem rudal air-to-air Pantsir-S1.
Credit sindonews.com
Langganan:
Postingan (Atom)