KSAU Marsekal Yuyu Sutisna mengecek pasukan saat upacara HUT ke 72
TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur (Galih/Antara)
JAKARTA - Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU)
Marsekal Yuyu Sutisna mengatakan, TNI AU merencanakan terus membangun
kekuatan udara pada rencana strategis (Renstra) IV pertahanan 2020-2024.
"Kita akan mengganti pesawat Hawk 100/200 dengan pesawat tempur
yang lebih modern, pengadaan pesawat tanker dan pesawat Awacs, serta
melanjutkan pengadaan radar GCI dan membangun Network Centric Warfare,"
kata KSAU dalam amanatnya pada Peringatan HUT Ke-72 TNI AU di Lanud
Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (9/4/2018).
Saat ini, TNI AU berada pada dua tahun diakhir Renstra III
(2015-2019) dan kebijakan MEF Tahap II, TNI AU terus berusaha mewujudkan
terpenuhinya pengadaan alutsista, seperti pesawat tempur pengganti F-5
dengan pesawat tempur generasi 4,5, pesawat angkut berat, pesawat
multipurpose amphibious, pesawat helikopter angkut berat, pesawat tanpa
awak (UAV), radar GCI, senjata udara dan rudal penangkis serangan udara
serta fasilitas sarana dan prasarana lainnya.
"Dengan demikian, di penghujung Renstra IV, TNI AU akan mampu
memantapkan jatidiri sebagai tentara profesional dengan peralatan dan
alutsista modern, untuk siap dihadirkan dimana saja dan kapan saja,"
kata Yuyu.
Menurut KSAU, membangun kekuatan udara tidak bisa dilakukan dalam
waktu sekejap dan tidak mungkin menunggu sampai musuh datang menyerang
atau mengeksplorasi potensi yang ada di wilayah dirgantara Indonesia.
Mantan Pangkoopsau I ini menjelaskan perlu sebuah konsep
strategis dengan elemen yang terkait dengan tujuan, kepentingan dan
sasaran kebijakan, komitmen dan program yang realisti serta
berkesinambungan.
"Kebijakan minimum essential force (MEF) merupakan jawaban yang tepat dan terus dilaksanakan," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, KSAU mengutip pernyataan Presiden Soekarno
pada peringatan lima tahun AURI, 9 April 1951. Soekarno mengatakan,
"Jika Angkatan Perang kita hendak berdiri setaraf, setinggi, sederajat
dengan angkatan perang dunia internasional, kita harus mempunyai
Angkatan Udara yang sebaik-baiknya".
"Pernyataan Presiden pertama tersebut, menggambarkan keberadaan
Angkatan Udara dalam angkatan bersenjata yang bertugas menjaga
kedaulatan negara, memiliki makna strategis dan penting dalam "effect
ditterent" di bidang pertahanan sebuah negara," kata Yuyu.
Ia menambahkan, perkembangan lingkungan strategis dan pesatnya
ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan, memicu bentuk ancaman
baru dan menyebabkan tantangan yang dihadapi TNI AU kedepan makin berat.
Oleh karena itu, kata Yuyu, seluruh personel TNI AU dalam
melaksanakan tugas agar membuat perencanaan yang baik, saling bersinergi
dan bekerja sama dengan segenap komponen bangsa dan rakyat untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
"Tunjukkan bahwa personel TNI AU adalah insan dirgantara yang
mengerti dan memahami akan tugas dan tanggung jawabnya dalam menjaga
pertahanan negara di udara," ucapnya.
Credit
okezone.com