Selasa, 13 Februari 2018

Ombudsman Militer: Jangan Ada Lagi Misi Luar Negeri untuk Marinir Jerman


Ombudsman Militer: Jangan Ada Lagi Misi Luar Negeri untuk Marinir Jerman
Ombudsman Militer: Jangan Ada Lagi Misi Luar Negeri untuk Marinir Jerman. picture-alliance/dpa/I. Wagner


Jerman harus menimbang baik-baik sebelum menyetujui misi maritim baru dengan NATO, Uni Eropa atau Perserikatan Bangsa-Bangsa, kata Ombudsman militer di parlemen, Hans-Peter Bartels.

Dalam wawancara yang diterbitkan di tabloid Minggu Bild am Sonntag, Bartels menyalahkan birokrasi dan salah urus karena kurangnya fregat yang ada.

"Angkatan laut akan segera kehabisan kapal operasional," kata anggota SPD Hans-Peter Bartels.

Suku cadang kurang

Bartels mengatakan, kurangnya suku cadang untuk kapal angkatan laut Jerman kemungkinan akan menyebabkan masa perbaikan kapal di galangan jadi lebih lama.

"Ada terlalu banyak tanggung jawab administratif, staf kurang, dan kadang-kadang perusahaan reparasi memang ingin menahan (kapal) selama mungkin," dia mengingatkan.

Bild am Sonntag melaporkan bahwa satu dari tiga kapal terbesar di angkatan laut Jerman, kapal bantuan tempur "EGV Berlin," bersama dengan kapal pasokan "EGV Bonn," tidak dapat diooperasikan untuk waktu lebih lama dari perkiraan semula.

Menurut laporan internal angkatan laut, perbaikan kedua kapal di sebuah galangan kapal di Hamburg bisa makan waktu sampai 18 bulan. Perbaikan kapal yang dimulai tahun lalu itu saat ini sedang tertunda karena kekurangan suku cadang.

Fregat baru belum datang

Bartels mengatakan, sebenarnya perbaikan kedua kapal angkatan laut yang sudah tua itu berjalan sesuai rencana. Yang jadi masalah bagi marinir adalah banyaknya kapal tua yang seharusnya sudah pensiun, tapi kedatangan kapal pengganti masih tertunda.

"Enam dari 15 kapal tanker yang lama sudah berhenti beroperasi, namun belum satu pun kapal frigat F125 yang baru selesai dan diserahkan ke angkatan laut," katanya.

Angkatan Laut Jerman saat i i terlibat dalam beberapa misi internasional, antara lain di Laut Tengah, Afrika utara dan sejak Mei 2015 di Eropa sebagai bagian dari operasi "Sophia". Misi ini akan berjalan sampai akhir 2018. Selain itu, kapal Jerman juga dilibatkan dalam misi NATO di Laut Aegea.

Dengan armada yang terdiri dari hampir 100 kapal, angkatan laut Jerman memainkan peran kunci dalam misi-misi NATO dan PBB di berbagai bagian dunia.



Credit  sindonews.com






Rusia Tes Tembak Rudal Pertahanan Udara Baru


Rusia Tes Tembak Rudal Pertahanan Udara Baru
Rusia menguji tembak rudal pertahanan udara yang baru di wilayah Kazakhstan, Senin (12/2/2018). Foto/Ilustrasi TASS


MOSKOW - Militer Rusia berhasil menguji tembak rudal pertahanan udara yang baru di-upgrade, pada hari Senin (12/2/2018). Tes tembak senjata Moskow ini dilakukan di sebuah lokasi di Kazkhstan.

Laporan uji coba peluru kendali (rudal) ini pertama kali dilansir surat kabar Krasnaya Zvezda mengutip wakil komandan Angkatan Dirgantara Rusia Andrei Prikhodko.

”Kami telah berhasil melakukan uji coba rudal pertahanan udara tingkat tinggi yang baru di-upgrade,” kata Prikhodko.

”Karakteristik taktis dan teknis rudal mengenai rentang, presisi dan masa pakai operasional jauh lebih tinggi dibandingkan dengan senjata masa kini,” ujar Prikhodko.

Rudal pertahanan udara yang baru di-upgrade ini diklaim mampu menghalau serangan tunggal dan ganda, termasuk dengan serangan yang menggunakan rudal balistik antarbenua generasi baru.

Menurut Prikhodko, rudal pertahanan udara modern yang diuji coba berhasil menghantam target yang ditentukan di Sary Shagan dari lokasi penembakan di Kazakhstan.

Semua bagian dari rudal pertahanan ini buatan manufaktur Rusia sendiri.

Kendati demikian, Prikhodko tidak menjelaskan nama atau jenis rudal pertahanan udara yang diuji tembak hari ini, termasuk spesifikasinya.




Credit  sindonews.com





Iran Pamer Rudal, Rouhani Ledek AS


Iran Pamer Rudal, Rouhani Ledek AS
Presiden Iran Hassan Rouhani melededek AS dan Israel yang dia sebut gagal memecah Suriah dan Irak. Foto/REUTERS/Keith Bedford


TEHERAN - Iran memamerkan rudalnya dalam peringatan Revolusi Islam Iran 1979 pada hari Minggu. Dalam pidatonya di depan rakyat, Presiden Hassan Rouhani meledek Amerika Serikat (AS) dengan menyebut taktik untuk memecah Irak dan Suriah gagal.

Ratusan ribu warga Iran berkumpul dalam peringatan Revolusi Islam Iran 1979 Azadi (Freedom) Square, Teheran.

Rouhani yang ikut hadir dalam peringatan itu menyinggung serangan udara Israel di Suriah pada hari Sabtu yang diklaim ditujukan untuk merusak pertahanan udara Suriah dan menargetkan Iran.

“Mereka (AS dan Israel) ingin menciptakan ketegangan di wilayah ini. Mereka ingin memecah Irak, Suriah. Mereka ingin menciptakan kekacauan jangka panjang di Lebanon, tapi ... tapi dengan bantuan kami kebijakan mereka gagal,” kata Rouhani, seperti dikutip Reuters, Senin (12/2/2018).

Iran mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam perang sipil. Teheran juga mendukung milisi Syiah di Irak, Hizbullah Lebanon dan juga dianggap mendukung pemberontak Houthi di Yaman.

Presiden AS Donald Trump, yang melihat Iran sebagai ancaman yang meningkat terhadap stabilitas regional di Timur Tengah, telah berjanji untuk bekerja sama dengan Israel dan rival Iran lainnya, Arab Saudi, untuk mengekang upaya Teheran untuk memperluas pengaruhnya di wilayah Timur Tengah.

Israel telah memperingatkan tentang meningkatnya keterlibatan Iran di sepanjang perbatasannya dengan Suriah dan Lebanon.

Serangan udara Israel pada hari Sabtu yang diklaim berhasil menekan pertahanan udara Suriah dan menargetkan pasukan Iran di negara Assad itu merupakan konfrontasi paling serius antara Israel dan kedua negara tersebut.

Tentara Suriah mengklaim telah menembak jatuh jet tempur F-16 Israel setelah Israel menembaki sebuah pesawat tak berawak Iran yang dituduh telah memasuki wilayah udara Israel.

Iran telah menolak klaim Israel tersebut, dengan mengatakan bahwa kehadiran militernya di Suriah hanya sebuah penasihat.

Dalam sebuah demonstrasi yang ditujukan pada Barat yang ingin mengekang program rudal balistik Iran, Teheran memamerkan rudal balistik Ghadr yang memiliki jangakauan 2.000 km (1.240 mil). Rudal itu dipamerkan di jalan utama Vali-ye Asr di Teheran.

Iran mengatakan bahwa program rudalnya hanya bersifat defensif dan tidak dapat dinegosiasikan seperti yang diminta oleh AS dan Eropa.

Stasiun televisi negara Iran melaporkan puluhan juta orang bersatu untuk mendukung revolusi di seluruh negara berpenduduk 81 juta dalam menghadapi krisis domestik terburuk dalam hampir satu dekade terakhir. 

Iran belum lama ini diguncang demonstrasi besar-besaran, di mana ribuan pemuda dan pekerja Iran marah atas korupsi, pengangguran, dan kesenjangan yang melebar. Garda  Revolusi Iran turun tangan untuk mengatasi protes besar tersebut.

Pihak berwenang Iran mengatakan 25 orang tewas dan lebih dari 3.000 orang ditangkap dalam demo rusuh. Menurut Kementerian Dalam Negeri Iran, sebagian besar dari mereka yang ditangkap telah dibebaskan, namun sekitar 300 orang diancam hukuman penjara.

”Amerika ingin mencampuri urusan negara kita. Tapi mereka gagal karena kesadaran dan persatuan bangsa kita,” kata Rouhani, menggemakan klaim Iran bahwa demonstrasi tersebut diatur luar negeri.



Credit  sindonews.com



Hizbullah Diklaim Miliki 70.000 Rudal di Suriah, Siap Ditembakkan ke Israel


Hizbullah Diklaim Miliki 70.000 Rudal di Suriah, Siap Ditembakkan ke Israel
Hizbullah Lebanon diklaim memiliki 70.000 rudal jarak jauh asal Iran yang ditempatkan di Suriah. Rudal sebanyak itu siap ditembakkan ke Israel. Foto/MEMRI/Addiyar.com


Sebuah artikel dari media pro-Hizbullah Lebanon mengklaim kelompok milisi itu sudah memiliki sekitar 70.000 peluru kendali (rudal) jarak jauh asal Iran yang ditumpuk di Suriah. Puluhan ribu rudal itu siap ditembakkan ke Israel.

Situs Dahiya dalam artikelnya bertanggal 9 Februari 2018 mengklaim bahwa Presiden Suriah Bashar Al-Assad baru-baru ini menolak permintaan Israel—yang disampaikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin—untuk menghapus sekitar 70.000 rudal yang siap digunakan Hizbullah di seluruh wilayah Suriah.

Suriah dan Hizbullah Lebanon, menurut laporan itu, akan bergabung untuk melawan Israel. Selain itu, aktivitas intens sedang dilakukan untuk membawa lebih banyak rudal Iran ke Suriah melalui Irak, sehingga dalam waktu satu tahun Hizbullah akan memiliki 500.000 rudal di Suriah. Jumlah itu belum termasuk yang telah dikerahkan di Lebanon.

Laporan itu diterbitkan setelah serangan udara Israel di Suriah pada 7 Februari 2018 sebagai respons atas penyusupan pesawat nirawak (UAV) Iran dari Suriah ke wilayah Israel. Serangan udara Tel Aviv itu direspons militer Suriah dengan rentetan tembakan rudal anti-pesawat yang menjatuhkan salah satu jet tempur F-16 Israel.

SINDOnews.com pada Selasa (13/2/2018) melansir kutipan artikel soal klaim 70.000 rudal Hizbullah di Suriah yang siap ditembakkan ke Israel. Kutipan artikel itu aslinya berbahasa Arab dan telah diterjemahkan Middle East Media Research Institute (MEMRI). Berikut kutipan selengkapnya;

“Selama) kunjungan perdana menteri entitas musuh Israel, Benjamin Netanyahu ke Moskow, dia secara resmi meminta Rusia untuk campur tangan terhadap pimpinan Suriah untuk menghapus sekitar 70.000 rudal yang telah ditempatkan Hizbullah di tanah Suriah dengan persetujuan dari komando militer Suriah dan khususnya Presiden Suriah Bashar Al-Assad.”

“(Rudal-rudal ini) dimaksudkan untuk ditembakkan ke wilayah Palestina yang diduduki (Israel) dari wilayah Suriah. Mereka secara signifikan mempersulit (aktivitas) angkatan udara musuh Israel, (karena itu) harus membombardir rudal dan basis Hizbullah di Lebanon selain basis-basis yang tersebar di seluruh Suriah, yang terdapat 70.000 rudal jarak jauh Iran yang ditujukan untuk musuh Israel.”

“Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan permintaan musuh Israel kepada Presiden Suriah Dr. Bashar Al-Assad, dan yang terakhir mengumumkan bahwa Suriah menolak untuk menghapus rudal Hizbullah meskipun ada peringatan Israel (bahwa jika senjata-senjata itu tidak dilenyapkan), hal itu akan menghancurkan Damaskus dan membombardir tentara Suriah sampai berkeping-keping. Assad (bahkan) mengumumkan bahwa kali ini tentara Arab Suriah dan Hizbullah akan melakukan kampanye rudal gabungan melawan Israel, di mana Suriah akan menembakkan rudal Scud jarak jauh, di mana Suriah memiliki 1.600 unit.”

”Musuh sekarang dikelilingi 450 kilometer dari perbatasannya oleh rudal Hizbullah dan para ahli Iran (siap) untuk menembakkan rudal-rudal ini ke wilayah Palestina yang diduduki (Israel) dari setiap wilayah Lebanon dan terutama dari setiap wilayah Suriah. Hizbullah ingin memperluas persenjataan rudalnya di Suriah, sehingga jika perang berlangsung dalam waktu lama, maka akan ada cadangan besar rudal jarak jauh Iran. Oleh karena itu, aktivitas intens sedang berlangsung sepanjang rute Iran-Irak-Suriah untuk mengangkut rudal Iran (ke Suriah). Iran memiliki lebih dari dua juta rudal jarak jauh, dan bertindak untuk menyediakan Hizbullah dengan gudang rudal jarak jauh untuk ditempatkan di seluruh Suriah. Rudal tersebut memiliki jarak tempuh 1.100 km dan dapat menjangkau Palestina yang diduduki (Israel) dari setiap titik di Suriah. Jika musuh Israel tetap menganggur dan tidak berperang selama setahun, Hizbullah akan mengerahkan setengah juta rudal ke tanah Suriah, selain rudalnya yang sudah ada di Lebanon, tapi yang terutama di seluruh Suriah, sehingga pesawat Israel akan Sulit untuk menargetkan basis Hizbullah di sana.”

”Presiden Suriah Dr. Bashar Al-Assad telah mengizinkan tentara Arab Suriah untuk memperluas setiap bantuan yang diperlukan kepada Hizbullah, yang secara diam-diam menggali fasilitas rudal bawah tanah untuk menginstal rudal dan peluncur rudal otomatis. Silo akan dilengkapi dengan pintu besar yang naik sampai ketinggian tiga meter untuk memungkinkan peluncuran rudal, kemudian segera menutup dan mengelabui dengan bersatu bersama tanah, sehingga pesawat Israel tidak dapat menemukan (silo).”

”Tampaknya Israel merasa benar-benar terancam oleh senjata rudal Hizbullah yang berkembang di Suriah, terutama karena Suriah sangat besar, dan oleh karena itu, ini memberikan peringatan yang jelas bahwa rudal Hizbullah harus dilepaskan, dan bahwa pengiriman rudal lagi dari Iran ke Hizbullah harus dicegah, jika tidak maka akan memulai perang melawan Hizbullah di Lebanon dan Suriah.”

Pemerintah maupun militer Israel belum berkomentar atas laporan tersebut. Namun, fakta bahwa Nentanyahu memang pernah menemui Presiden Vladimir Putin di Moskow untuk memintanya campur tangan mengendalikan Suriah, Iran dan Hizbullah sebelum Israel bertindak lebih jauh. 




Credit  sindonews.com







Pemimpin ISIS Al-Baghdadi Diduga Cedera dalam Serangan Mei


Pemimpin ISIS Al-Baghdadi Diduga Cedera dalam Serangan Mei
Pemimpin ISIS Abu Bakr Al-Baghdadi diduga luka-luka dalam serangan Mei lalu. (REUTERS/Social Media Website via Reuters TV)


Jakarta, CB -- Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi diduga menderita luka-luka dalam serangan udara Mei tahun lalu dan harus melepaskan kendali kelompok teror itu selama lima bulan akibat cederanya.

Hal tersebut diutarakan beberapa pejabat Amerika Serikat secara eksklusif kepada CNN, Senin (12/2).

Badan intelijen AS yakin bahwa orang yang paling dicari di seluruh dunia itu berada dekat Raqqa, Suriah saat dihantam rudal, Mei lalu.


Menurut pejabat AS, penilaian itu berdasarkan laporan dari sejumlah tahanan ISIS dan para pengungsi di Suriah Utara, beberapa bulan setelah serangan tersebut.

Luka-luka Baghdadi tidak sampai mengancam jiwanya. Namun karena cedera tersebut, dia tidak dapat memimpin operasi harian ISIS.

Pada saat itu, ISIS hampir kehilangan kendali atas Mosul, Irak. Ibu kota yang diklaim ISIS, Raqqa juga hampir terkepung Amerika Serikat.

Belum jelas, apakah Baghdadi dihantam serangan atau hanya terkena dampak serangan. Tidak pasti pula siapa yang menembakkan rudal. Pejabat AS tidak tahu tanggal pasti serangan, sehingga tidak jelas apakah pesawat koalisi yang terlibat, ataukah serangan rudal Rusia-lah yang melukai Baghdadi.



"Saat itu ada serangan terisolasi Rusia di Raqqa, tapi tidak ada kerangka waktu, jadi kita tidak tahu apakah itu serangan kita," kata pejabat AS seperti dilaporkan CNN.

Diyakini bahwa serangan yang melukai Baghdadi terjadi dekat dengan tanggal yang disampaikan militer Rusia pada Juni, saat mereka mengklaim telah membunuh atau melukai pemimpin ISIS itu.

Saat itu, Menteri Pertahanan Rusia menyatakan mereka tengah menyelidiki laporan bahwa Baghdadi tewas dalam serangan 28 Mei di pinggiran Raqqa. Wilayah kekuasaan utama kelompok itu diambil alih AS pada Oktober.

Kalangan pengamat memperingatkan bahwa laporan kematian Baghdadi bakal ditanggapi secara skeptis mengingat beberapa kabar kematian sebelumnya yang ternyata palsu.

Baghdadi hanya tampil sekali di muka publik, yakni pada Juli 2014 di Mesjid Al Nuri, Mosul. Sejak itu ISIS merilis sejumlah pesan audio yang diklaim sebagai suara Baghdadi. Baru-baru ini September tahun lalu, yang dipandang sebagai upaya meredam klaim kematiannya oleh Rusia.

Kampanye serangan yang didukung AS kini fokus di daerah kantong-kantong wilayah yang dikendalikan ISIS, yang membentang di sepanjang perbatasan Irak-Suriah. Yang dikenal sebagai wilayah Jazeera.

Berbagai laporan menyebut bahwa di wilayah itu tampaknya Baghdadi berada, meski luas dan berpenduduk jarang.



Credit  cnnindonesia.com



Kecelakaan Pesawat di Rusia, 71 Orang Dipastikan Tewas


Kecelakaan Pesawat di Rusia, 71 Orang Dipastikan Tewas
pesawat Antonov An-148 itu jatuh di distrik Ramensky sekitar pukul 14.48, tak lama setelah lepas landas dari bandara di Domodedovo. (Reuters/Mikhail Grigoryev)


Jakarta, CB -- Sebanyak 71 orang dipastikan tewas dalam kecelakaan pesawat yang baru saja lepas landas dari bandara dekat Moskow, Rusia, pada Minggu (11/2).

"Enam puluh lima penumpang dan enam awak pesawat ada di dalam pesawat. Semuanya tewas," demikian pernyataan resmi badan penyelidik transportasi Rusia, sebagaimana dikutip Reuters.

Penyelidik menyatakan, pesawat Antonov An-148 itu jatuh di distrik Ramensky sekitar pukul 14.48, tak lama setelah lepas landas dari bandara di Domodedovo.


Penerbangan domestik yang dioperasikan oleh Saratov Airlines itu dijadwalkan terbang menuju Orsk, kota di daerah pegunungan Ural.


Kementerian Gawat Darurat Rusia pun langsung mengerahkan lebih dari 400 personel dan 70 kendaraan menuju lokasi yang diselimuti salju tersebut.

Begitu sulit akses menuju lokasi kejadian, para personel keamanan harus memarkir kendaraan mereka dan berjalan kaki menuju tempat puing pesawat.


Sementara itu, kendaraan pemecah es dan pesawat nirawak dikerahkan untuk memindai lokasi kejadian.

Menteri Transportasi Rusia, Maksim Sokolov, mengatakan bahwa mereka membutuhkan ahli genetik untuk membantu proses identifikasi korban. Menurutnya, tahap ini akan memakan waktu dua hingga tiga bulan.

Sementara itu, Komite Investigasi Rusia masih menyelidiki sejumlah kemungkinan penyebab kecelakaan, termasuk kondisi cuaca karena negara itu memang sedang dilanda badai salju besar selama beberapa pekan belakangan.

Kecelakaan Pesawat di Rusia, 71 Orang Dipastikan Tewas
Begitu sulit akses menuju lokasi kejadian, para personel keamanan harus memarkir kendaraan mereka dan berjalan kaki menuju tempat puing pesawat. (Reuters/Stringer)
Selain itu, komite tersebut juga akan memeriksa faktor kesalahan manusia atau kerusakan teknis, tapi mereka tak mempertimbangkan kemungkinan terorisme.

Akibat kecelakaan ini, Presiden Rusia, Vladimir Putin, membatalkan perjalanannya ke Sochi untuk bertemu pemimpin Palestina, Mahmoud Abbas. Pertemuan itu akhirnya digelar di Moskow.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa Putin menyampaikan "belasungkawa mendalam bagi mereka yang kehilangan kerabatnya dalam kecelakaan tersebut."


Credit  cnnindonesia.com








Trump tunjuk panglima Komando Pasifik jadi duta besar untuk Australia


Trump tunjuk panglima Komando Pasifik jadi duta besar untuk Australia
Laksamana Harry B Harris Jr. Dia merupakan pilot pesawat intai maritim PC-3 Orion Angkatan Laut Amerika Serikat, dan pernah menjadi panglima Armada Keenam Angkatan Laut Amerika Serikat. Perwira tinggi Angkatan Laut Amerika Serikat keturunan Jepang kelahiran 1956 ini pernah beberapa kali datang ke Indonesia. (wikipedia.org)

... dikenal karena pandangannya yang agresif mengenai klaim China Laut Cina Selatan, dan pendukung kuat dari apa yang disebut sebagai kebebasan operasi navigasi di mana kapal dan pesawat Amerika Serikat menentang klaim maritim negara-negara lain...



Washington (CB) - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Jumat menunjuk Panglima Komando Pasifik, Laksamana Harry Harris, sebagai duta besar Amerika Serikat untuk Australia, demikian info dari Gedung Putih dalam pernyataan.

Wilayah tanggung jawab Harris di Komando Pasifik itu sangat luas, membawahkan hampir separuh Bumi, termasuk di dalamnya Armada Pasifik Angkatan Laut Amerika Serikat, dan tujuh kekuatan militer lain Amerika Serikat.

Harris dikenal atas pandangan kritisnya terhadap ekspansi militer China.

Perwira tinggi Angkatan Laut Amerika Serikat itu telah bertugas di militer selama 39 tahun dan berada dalam masa ketujuh kepemimpinannya sebagai panglima Komando Pasifik Amerika Serikat, menurut keterangan yang disampaikan Gedung Putih.

Selama masa jabatan Harris sebagai panglima Komando Pasifik Amerika Serikat di Pasifik, ketegangan mengenai program peluru kendali dan senjata nuklir Korea Utara meningkat kala pemerintahan Trump dan Pyongyang saling bertukar ancaman.

Harris, yang mendapatkan jabatan sebagai panglima di Pasifik atas penunjukan oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, mendukung diplomasi dalam melawan ancaman rudal Korea Utara.

Harris juga dikenal karena pandangannya yang agresif mengenai klaim China  Laut Cina Selatan, dan pendukung kuat dari apa yang disebut sebagai kebebasan operasi navigasi di mana kapal dan pesawat Amerika Serikat menentang klaim maritim negara-negara lain.

Harris membuat geram China dengan menjuluki pembangunan pulau-pulau buatan dan pembangunan pangkalan militer di Laut Cina Selatan sebagai "tembok pasir yang hebat."

Dua tabrakan mematikan yang melibatkan kapal perang Amerika Serikat di Pasifik juga terjadi pada masa jabatannya sebagai panglima Komando Pasifik. Panglima Armada Pasifik Angkatan Laut Amerika Serikat, Laksamana Scott Swift, yang telah berkali-kali datang ke Indonesia mengundurkan diri tidak lama setelah itu.

Insiden itu terjadi dan 10 pelaut yang berada di kapal perusak rudal USS John S McCain tewas saat bertabrakan dengan kapal tanker di dekat Singapura pada 21 Agustus. 

Sementara kapal lain yang masih dalam jajaran kelas yang sama, yaitu USS Fitzgerald, hampir tenggelam di lepas pantai Jepang pada 17 Juni setelah bertabrakan dengan kapal kontainer. Tujuh personel dari kapal perang itu tewas.

Dua pejabat Amerika Serikat yang enggan dipublikasikan identitasnya, mengatakan bahwa kemungkinan pengganti Harris adalah Laksamana Philip Davidson, komandan Komando Angkatan Udara Amerika Serikat.

Pejabat itu tidak mengomentari kapan sebuah pengumuman resmi pergantian tersebut akan dibuat atau harus disetujui Senat Amerika Serikat.







Credit  antaranews.com


AS rencanakan dukungan besar militer buat Israel


AS rencanakan dukungan besar militer buat Israel
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara dalam sebuah kampanye di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat, Selasa (22/8/2017). (REUTERS/Joshua Roberts)



Washington (CB) - Departemen Luar Negeri AS mengumumkan akan menyediakan dana sebesar 3,3 miliar dolar AS dalam Pendanaan Militer Asing buat Israel pada usulan anggarannya untuk Tahun Fiskal (FY) 2019.

Presiden AS Donald Trump telah meminta 39,3 miliar dolar AS buat anggaran Departemen Luar Negeri AS dan Badan AS bagi Pembangunan Internasional (USAID) pada FY 2019.

Menurut lembar fakta yang diserahkan oleh Departemen Luar Negeri pada Senin (12/2), lembaga itu akan mengalokasikan 3,3 miliar dolar AS dalam Pendanaan Militer Asing buat Israel.

"Pemerintah juga memprioritaskan pendanaan buat instalasi Kedutaan Besar AS di Jerusalem, yang akan dimulai segera setelah rancangan dan rencana pembangunan diselesaikan," kata dokumen tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.

Amerika Serikat juga akan menyediakan 1,3 miliar dolar AS dalam bantuan keamanan dan ekonomi buat Jordania, dan 5,7 miliar dolar AS untuk mengalahkan IS serta orgasasi fanatik ekstrem di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Selain itu, 1,1 miliar dolar AS akan disalurkan untuk mendukung upaya mengurangi imigrasi gelap dari Amerika Latin.

Permintaan anggaran tersebut mendukung visi Presiden Donald Trump "Amerika Dulu" dengan komitmen pada empat prioritas utama nasional. Keempat prioritas itu ialah melindungi keamanan AS di dalam dan luar negeri, memperbarui keuntungan kompetitifnya bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan penciptaan lapangan kerja, mendorong kepemimpinannya melalui keterlibatan seimbang dan menjamin keefektifan serta pertanggung-jawabannya pada pembayar pajak AS.

Sebagai reaksi atas usul anggaran tersebut, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson --yang kini sedang mengunjungi Mesir-- mengatakan di dalam satu pengumuman bahwa permintaan anggaran itu menegakkan strategi keamanan nasional yang diumumkan Trump pada Desember.

Pemerintah Trump pada Desember 2017 mengumumkan akan mengakui Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel, dan menyatakan AS berencana memindahkan Kedutaan Besarnya dari Tel Aviv ke Jerusalem --yang juga diklaim oleh Palestina sebagai Ibu Kota Negara masa depannya.

Keputusan Trump telah menyulut pengutukan global. Sebagai reaksi, Washington membekukan pendanaannya buat pengungsi Palestina dalam upaya memaksa Palestina menerima rencana perdamaian yang diajukan AS di Timur Tengah, yang ditolak oleh pihak Palestina.

Palestina telah mencela kualifikasi Washington untuk terus menengahi perundingan perdamaian Palestina-Israel, dan mempertanyakan objektifitas AS dalam proses itu.





Credit  antaranews.com







Mesir tutup perbatasan dengan Gaza


Mesir tutup perbatasan dengan Gaza
Arsip Foto. Seorang anak Palestina, yang berharap dapat menyeberang ke Mesir bersama keluarganya, menangis saat ia berdiri di balik pagar di perbatasan Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza selatan. (REUTERS/Mohammed Salem)



Kota Gaza (CB) – Mesir menutup perbatasannya dengan Jalur Gaza pada Jumat (9/2), setelah Kairo meluncurkan operasi besar melawan ekstremis di Semenanjung Sinai, menurut para pejabat Palestina.

Namun pemimpin Hamas, yang berkuasa di Gaza, tetap diizinkan pergi ke Kairo untuk berunding sebelum perbatasan tersebut ditutup sehari lebih cepat dari rencana.

Jumat dijadwalkan sebagai hari terakhir pembukaan perbatasan selama tiga hari untuk bantuan kemanusiaan dari Gaza, pertama kalinya perlintasan perbatasan Rafah dengan Mesir dibuka pada 2018.

"Perbatasan Rafah ditutup hari ini karena situsasi keamanan di Sinai, kami diberi tahu oleh otoritas Mesir," kata Saleh al-Zaq, kepala komite urusan sipil yang mengontrol perbatasan tersebut, sebagaimana dikutip AFP.

Angkatan darat Mesir pada Jumat mengumumkan peluncuran operasi besar melawan ekstremis di sejumlah wilayah, termasuk di Semenanjung Sinai yang berbatasan dengan Gaza.

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh sudah melintasi perbatasan menuju Kairo untuk pembicaraan dengan para pemimpin Mesir sebeluh Rafah ditutup, kata juru bicara Hamas, Fawzi Barhum.

Dia mengatakan pembicaraan itu akan mencakup rekonsiliasi antara Hamas dan pesaingnya, Fatah, yang diperantarai Mesir. Pelaksanaan rekonsiliasi itu tertatih dengan banyak tenggat sudah terlewati.




Credit  antaranews.com





Kamis, 08 Februari 2018

SpaceX Sukses Luncurkan Falcon Heavy, Roket Terkuat Dunia




SpaceX Sukses Luncurkan Falcon Heavy, Roket Terkuat Dunia
SpaceX Luncurkan Falcon Heavy, Roket Terkuat Dunia

CB, Jakarta - SpaceX sukses meluncurkan roket paling kuat di dunia yang diberi nama Falcon Heavy. Roket ini membawa mobil sport merah yang bertujuan untuk melakukan perjalanan tanpa akhir melewati Mars.
Itu membuat SpaceX, perusahaan yang dipimpin oleh CEO Tesla, Elon Musk, menjadi pemilik roket operasional paling kuat di dunia. Roket tersebut memiliki tinggi 23 lantai dan diyakini sebagai yang terbaik yang pernah ada.

Falcon Heavy terbang pada Selasa, 6 Februari 2018, sekitar pukul 15.45 waktu setempat dari Kennedy Space Center di Florida, Amerika Serikat. Landasan peluncuran yang sama yang digunakan NASA hampir 50 tahun yang lalu untuk mengirim manusia ke Bulan.
"Saya masih berusaha menyerap segala sesuatu yang terjadi karena masih tidak percaya dengan kesuksesan ini," kata Musk setelah peluncuran.
Di atas roket yang sekarang menuju ruang angkasa terdapat mobil pribadi Tesla (TSLA) milik Musk. Di kemudinya diletakkan boneka berpakaian astronot dan mobil itu memutar lagu milik David Bowie's "Space Oddity" tanpa henti. Mobil sport merah itu akan mengorbit matahari sebelum sampai ke Mars, seperti dikutip dari ABC Online.

Musk tahun lalu mengungkapkan rencananya untuk menempatkan mobilnya pada penerbangan Falcon Heavy yang perdana. Ketika ditanya di Twitter mengapa dia ingin membuang kendaraan seharga US$ 100.000, dia menjawab, "Saya suka membayangkan sebuah mobil yang hanyut tanpa henti melintasi angkasa dan mungkin ditemukan oleh ras asing jutaan tahun di masa depan."
Ribuan penonton di Florida bisa terdengar bersorak sorai menyaksikan livestream  peluncuran Falcon Heavy. Sedikitnya 3 juta orang dilaporkan menyaksikan peluncuran roket itu.
Lepas landas roket itu bukanlah satu-satunya hal yang menakjubkan tentang peluncuran ini.
Dalam prestasi yang tidak pernah dilihat sebelumnya, SpaceX juga berhasil mengarahkan dua pendorong roket pertama Falcon Heavy untuk mendarat tegak di Bumi. Keduanya masuk kembali atmosfer bumi dan mendarat bersamaan di landasan pendaratan Kennedy Space Center.

"Itu mungkin hal paling mengasyikkan yang pernah saya lihat - secara harfiah," kata Musk, seperti yang dilansir CNN pada 7 Februari 2018.
Falcon Heavy adalah kombinasi dari tiga Falcon 9, roket yang digunakan perusahaan untuk mengirimkan barang ke Stasiun Luar Angkasa Internasional dan mengangkat satelit.
Namun Falcon Heavy bukanlah roket yang paling kuat dalam sejarah. Kehormatan itu milik roket Saturnus milik NASA, yang digunakan untuk pendaratan misi Apollo di bulan dan pensiun pada tahun 1970an.





Credit  TEMPO.CO




China Kerahkan Jet Tempur Su-35 ke Laut China Selatan


China Kerahkan Jet Tempur Su-35 ke Laut China Selatan
Pesawat jet tempur Su-35. Foto/Sputnik/ Anton Denisov


BEIJING - Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China mengumumkan pengerahan sejumlah pesawat jet tempur, termasuk Su-35, ke kawasan Laut China Selatan. Pengerahan itu diklaim untuk latihan militer dalam kondisi tempur.

Dalam pengumuman yang dikeluarkan pejabat PLA hari Rabu, pelatihan itu juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan jet-jet tempur Beijing dalam kondisi jarak jauh atau tinggi dari laut.

Pejabat tersebut tidak merinci jumlah jet tempur yang terlibat dalam latihan militer.

Berbicara kepada Global Times, Xu Guangyu, pensiunan jenderal dan penasihat senior Asosiasi Pengendalian dan Perlucutan Senjata China, mencatat bahwa pelatihan pilot untuk pesawat-pesawat jet tempur baru itu bergerak cepat.

”Selain J-20, jet tempur generasi keempat buatan China, Su-35 lebih maju daripada jet tempur China lainnya pada saat ini,” kata Xu. ”Kami baru saja menerima sekelompok jet tempur dari Rusia tahun lalu dan sekarang kami bisa memasukkan mereka ke dalam misi tempur sesungguhnya di Laut China Selatan,” ujarnya, yang dilansir Kamis (8/2/2018).

”Ini juga menunjukkan bahwa kerja sama militer China-Rusia solid, saling menguntungkan dan dapat diandalkan,” imbuh dia.

China dan Rusia menutup kesepakatan untuk pengiriman 24 jet tempur Su-35 dengan nilai kontrak sekitar USD2 miliar pada bulan November 2015. Empat jet tempur pertama dikirim pada akhir 2016, sedangkan unit tambahan diserahkan pada tahun 2017. Sisanya lagi akan dipasok pada tahun 2018.

Xu berpendapat, pengerahan jet tempur Su-35 kemungkinan sebagai respons atas insiden pada Januari 2018 di mana sebuah kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat patroli terlalu dekat ke pulau yang jadi sengketa antara China dan Filipina.

”Munculnya jet tempur PLA canggih, yang mampu menyerang kapal perang di permukaan di wilayah ini adalah semacam reaksi terhadap provokasi dari AS,” kata Xu.

Kapal perang AS, USS Hopper, pada Januari lalu patroli dalam jarak 12 mil laut dari Scarborough Shoal, pulau yang disengketakan oleh Beijing dan Manila. Oleh China pulau itu dinamai Pulau Huangyan.

Patroli kapal perang Washington itu memicu protes keras dari Beijing yang menganggapnya sebagai provokasi.

Namun, AS menjawab dengan menegaskan kembali haknya untuk melakukan patroli di perairan internasional dalam misi kebebasan bernavigasi.




Credit  sindonews.com






Pengamat: Kita Memasuki Era Renaissance Rudal


Pengamat: Kita Memasuki Era Renaissance Rudal
Foto/Ilustrasi/Istimewa


NEW YORK - Korea Utara (Korut) terus meningkatkan jangkauan misilnya secara drastis. Dalam uji coba tahun lalu, negara Komunis itu menunjukkan bahwa mereka mungkin bisa menyerang Amerika Serikat (AS). Korut termasuk di antara sejumlah negara yang telah berupaya memperbaiki keakuratan dan jangkauan rudal mereka.

"Kami percaya bahwa kita memasuki sebuah renaissance rudal," kata Ian Williams, seorang direktur di Pusat Studi Strategis dan Internasional, yang telah mengumpulkan data tentang program rudal di berbagai negara seperti dilansir dari New York Times, Kamis (8/2/2018).

Williams menuturkan bahwa semakin banyak negara dengan akses ke rudal meningkatkan ketegangan regional dan membuat perang lebih mungkin terjadi. Negara-negara lebih cenderung menggunakan persenjataan mereka jika menurut mereka rudal mereka bisa menjadi sasaran.

Selain itu, banyak rudal yang dikembangkan oleh negara-negara ini didasarkan pada teknologi usang, yang membuat mereka kurang akurat, meningkatkan risiko pada warga sipil. Selain itu ada risiko bahwa rudal bisa jatuh ke tangan milisi dan kelompok teroris.

Banyak negara yang telah banyak berinvestasi dalam rudal selama dua dekade terakhir berada di hotspot terkenal di Asia dan Timur Tengah.

Negara-negara yang berinvestasi dalam rudal sering berusaha untuk menghalangi musuh regional mereka. Tapi efek dari balapan senjata ini menimbulkan riak di seluruh dunia.

Korut adalah contoh paling berbahaya. Pada 1990, perkiraan kisaran jangkauan maksimum rudal negara itu hanya 745 mil. Namun sekarang jangkauan rudalnya telah mencapai 8.000 mil. Jangkauan seperti itu cukup untuk menyerang sekitara separuh dunia, termasuk daratan AS. Namun, selama periode yang sama, Korea Selatan (Korsel) mempunyai kemampuan untuk menyerang Korut dari masa saja.

Negara-negara seperti Iran, Korut dan Pakistan memiliki program pengembangan rudal yang sangat gencar. Dan kesamaan beberapa rudal mereka menunjukkan bahwa mereka telah berkolaborasi untuk berbagi teknologi.

Pakistan mulai berinvestasi lebih banyak dalam program rudalnya pada 1990-an dan diyakini juga berkolaborasi dengan China. Pada pertengahan tahun 2000-an, Pakistan memiliki kemampuan untuk menyerang sebagian besar India, saingan regional utamanya.

India, pada gilirannya, mampu menyerang wilayah manapun di Pakistan dan sebagian besar China, saingan regional lainnya, dalam dua dekade terakhir. India sekarang berkolaborasi dengan Rusia untuk mengembangkan rudal jelajah.

Arab Saudi dan Israel sudah bisa menyerang Iran sebelum tahun 1990. Tapi sekarang Iran bisa menyerang balik di salah satu negara, sebagian berkat teknologi yang diperolehnya dari Korut.

Selain itu, baik India dan Korut sedang mengerjakan rudal yang diluncurkan oleh kapal selam, yang memungkinkan kedua negara untuk lebih menyembunyikan rudal mereka untuk digunakan sebagai serangan balasan.

Area lain yang menjadi perhatian adalah milisi atau kelompok teroris yang mendapatkan akses terhadap rudal. 


Salah satu contoh yang jelas tentang hal ini terjadi pada bulan November, ketika sebuah rudal balistik yang ditembakkan dari Yaman mencapai Ibu Kota Arab Saudi. Rudal tersebut ditembakkan oleh pemberontak Houthi, milisi Syiah yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman tiga tahun lalu dan didukung oleh Iran serta Hizbullah, sebuah kelompok militan dari Lebanon.

Liga Arab telah menuduh Houthi menembaki puluhan rudal ke Arab Saudi sejak kerajaan tersebut mulai menyerang untuk mengusir para pemberontak pada tahun 2015.

Senjata yang digunakan untuk melawan Arab Saudi adalah variasi dari rudal Scud.

Scud dan variasinya telah menjadi beberapa rudal paling umum di dunia. Rusia awalnya mengembangkan Scud di tahun 1950 untuk membawa senjata pemusnah massal.

Rudal Scud memainkan peran penting dalam program senjata negara-negara seperti Korut dan Iran. Senjata yang diproduksi oleh Korut adalah contoh betapa sulitnya menghentikan penyebaran rudal.

Meskipun diberi sanksi puluhan tahun, negara tersebut mengembangkan rudal balistik dengan terlebih dahulu mempelajari rudal Scud. Korut bahkan berhasil menjual beberapa rudal hasil pengembangannya.

"Rudal Scud Soviet, kemudian Korea Utara, mungkin semacam pintu gerbang ke program rudal, namun cerita besarnya adalah proliferasi dalam negeri," ujar direktur Program Nonproliferasi Asia Timur di Middlebury Institute of International Studies di Monterey, Jeffrey Lewis.

Mencoba mencegah penyebaran teknologi rudal sangat sulit. Tapi hampir tidak mungkin menghentikan perdagangan di bagian yang lebih kecil, seperti sistem panduan dan mesin, serta keahlian manusia. Sebuah thumb drive komputer tunggal bisa menyimpan banyak rahasia.

Dan, kadang-kadang, satu bagian bisa menjadi katalisator untuk sebuah terobosan: desain mesin rudal Soviet yang diperoleh Korut dianggap sebagai pendorong utama kemajuan baru-baru ini di negara itu.

Lewis menambahkan bahwa banyak negara sekarang mempelajari rahasia roket dan bagaimana membuat model yang semakin mengancam. India, misalnya, sedang mengerjakan rudal yang bisa memungkinkannya mencapai setengah dari planet ini.

Meningkatnya ancaman proliferasi rudal telah memicu upaya pengendalian baru oleh Rezim Kontrol Teknologi Rudal, sebuah kelompok yang terdiri dari 35 negara yang berusaha membatasi ekspor rudal dan komponennya.

Kelompok ini dalam sebuah pernyataan terbarunya menyoroti kepentingan kritis dari pekerjaannya untuk mengatasi perubahan cepat bagaimana senjata dikembangkan dan dipindahkan.

Tetapi beberapa analis skeptis dengan kemungkinan untuk menghentikan transfer rudal.

"Prospek untuk mengendalikan proliferasi rudal semakin cepat seiring teknologi untuk membangunnya menjadi biasa," kata Lewis.


Credit  sindonews.com



Kim Jong Un kirim Adik Bungsu Perempuan ke Korea Selatan, Kenapa?



Kim Jong Un kirim Adik Bungsu Perempuan ke Korea Selatan, Kenapa?
Kim Yo-jong berjalan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un, di Pyongyang pada Desember 2017. (Korean Central Television. Chosun Ilbo-Digital Chosun Inc.)

CB, Jakarta - Pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, mengirim adik bungsunya untuk datang bersama delegasi olah raga negara itu ke Olimpiade Musim Dingin PyeongChang di Korea Selatan.
Media barat seperti CNN menyebut Kim Yo Jong, 30, sebagai andalan Kim Jong Un untuk memikat simpati publik dunia kepada negara itu pada ajang olahraga internasional ini.
Menurut media The Chosun Ilbo, rombongan delegasi Korea Utara ini juga termasuk pejabat olah raga Choe Hwi dan Ri Son-gwon, yang mengetuai Komite Reunifikasi Damai. Ini merupakan pertama kalinya sejak 68 tahun lalu, anggota keluarga Kim Jong Un datang ke Korea Selatan.

Kim Yo Jong sedang berjalan dibelakang Kim Jong Un. Daily Beast.

Kim Yo Jong, yang lahir pada 1987, belajar di Swiss seperti saudara lelakinya itu. Dia juga pernah belajar di Kim Il Sung University dan sebuah sekolah menengah di Eropa.

 
Kim Yo Jong merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara dari ayah yang sama yaitu Kim Jong Il, yang diketahui memiliki empat istri. Namun, ibu Kim Jong Un dan Kim Yo Jong sama yaitu Ko Yong Hui.
Kim Yo Jong diketahui memiliki kedekatan dengan ayahnya. Seusai berkuliah di Swiss, dia kembali ke Korea Utara dan mulai menempati posisi di pemerintahan. Ini dilansir blogger yang menulis North Korea Leadership Watch, Michael Madden.
Dia kerap bertugas sebagai pemimpin tim advance, yang melakukan inspeksi di lokasi acara sebelum kedatangan ayah atau abangnya itu.
Dia kerap terlihat berdiri di belakang abangnya saat sedang melakukan inspeksi publik, diam mencatat, membawa karangan bunga hingga menyelinap agar tidak terkena sorotan kamera.
Sejak abangnya berkuasa pada 2011, Kim Yo Jong mendapat tugas lebih penting yaitu meramu kebijakan, menerima laporan intelijen, dan bertugas mengelola kantor kepresidenan seperti layaknya seorang kepala staf Gedung Putih.
Kim Yo Jong menjadi anggota politbiro, yang merupakan lembaga tertinggi di Partai Pekerja negara itu pada tahun lalu. Dia menjadi satu dari 20 pejabat tinggi Korea Utara, yang paling dekat dengan Kim Jong Un. "Dia juga dilihat sebagai penjaga gawang dari rezim Kim Jong Un," begitu dilansir CNN.
"Dia bisa jadi satu dari segelintir orang yang paling dipercaya Kim Jong Un," kata Balbina Hwang, yang merupakan profesor di Universitas Georgetown, dan pendiri Komite Nasional di Korea Utara.
Pada 2014, Kim Yo Jong menjadi Deputi Direktur Departemen Propaganda dan Agitasi. Menurut analis Korea Utara, Ken Gause, Yo Jong menjadi pembisik utama bagi Kim Jong Un mengenai loyalitas dari para pembantunya.
Yo Jong tentu tidak ingin berkonflik dengan abangnya Kim Jong Un yang dikenal temperamen itu. Mengingat apa yang terjadi pada Kim Jong Nam, yang terbunuh di Kuala Lumpur pada 2017. Lembaga intelejen Korea Selatan menyebut itu terjadi atas perintah Kim Jong Un. "Jadi dia tentu berpikir jika dia membuat kesalahan fatal bisa terbunuh oleh abangnya itu," kata Balbina Hwang.





Credit  TEMPO.CO






Cegah Perang dengan Korut, AS Hanya Butuh Nuklir Kecil


Cegah Perang dengan Korut, AS Hanya Butuh Nuklir Kecil
Menteri Pertahanan AS James Mattis. Foto/Istimewa


WASHINGTON - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), James Mattis, mendukung permintaan Pentagon untuk mengembangkan nuklir yang lebih kecil. Mattis mengatakan senjata tersebut dapat mencegah Korea Utara (Korut) menyerang AS.

Pengembangan nuklir low yield disebutkan dalam postur nuklir AS terbaru. Mattis pun dicecar pertanyaan apakah senjata yang lebih kecil ini akan membuat militer cenderung menggunakan nuklir daripada sekarang.

Mattis pun menegaskan bahwa tujuan dari senjata itu adalah pencegahan.

"Kami percaya bahwa beberapa negara dapat salah perhitungan," kata Mattis merujuk ke rezim Korut.

"Bangsa itu bisa berasumsi bahwa jika mereka menggunakan dalam perang konvensional, sebuah bom dengan hasil yang kecil, kita tidak akan menanggapinya dengan bom yang hasilnya sangat besar," tuturnya seperti dikutip dari laman New York Magazine, Kamis (8/2/2018).

Dia melanjutkan: "Tanggapan kami untuk ini adalah membuat bom berdaya ledak kecil dan berkata, 'Jangan salah perhitungan.' Ini adalah pencegah."

Kritikus mengatakan bahwa nuklir low yield mungkin akan lebih sering digunakan daripada higher yield.

"Rencana baru ini adalah sebuah fiksi yang dibuat untuk membenarkan pembuatan senjata nuklir baru. Mereka hanya akan meningkatkan potensi penggunaannya dan salah perhitungan. Logika administrasi adalah Kafkaesque," ujar asisten menteri pertahanan untuk Presiden Obama, Andrew Weber.

Hal lain yang menjadi pertentangan adalah senjata nuklir berdaya ledak rendah mungkin lebih kecil daripada yang terbesar di gudang persenjataan AS, namun bisa menyebabkan kerusakan yang sama dengan bom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. 




Credit  sindonews.com






India Vs Pakistan: 5000 Bunker Dibangun Diperbatasan Kashmir



India Vs Pakistan: 5000 Bunker Dibangun Diperbatasan Kashmir
Bunker bawah tanah mewah yang mampu menahan ledakan Nuklir 20 Kiloton. boredpanda.com

CB, Jakarta - Pemerintah India mengumumkan akan membangun ribuan tempat persembunyian bawah tanah atau bunker beton di sepanjang perbatasan de facto dengan Pakistan di wilayah Kashmir. Bunker itu akan menjadi tempat perlindungan aman bagi penduduk jika terjadi baku tembak antar kedua negara bertetangga.
Untuk melindungi 54.000 orang di kota dan desa di dekat salah satu perbatasan paling berbahaya di dunia itu, pemerintah India mendanai pembuatan 372 bunker, yang masing-masing mampu menampung 40 orang. Dan, ada rencana pembangunan 4.918 bunker, yang dirancang untuk 8 orang. Tempat penampungan yang terletak di distrik Rajouri, terbuat dari beton yang dilapisi lumpur.

Hakim setempat Abdul Sattar mengatakan dia merasa yakin bunker baru itu akan membuat masyarakat lokal tidak bermigrasi atau mengungsi.

"Jika warga tidak ingin bermigrasi dari daerah tersebut karena perang, mereka bisa menghuni bunker umum di tempat yang lebih aman," katanya, seperti yang dilansir Russia Today pada 6 Februari 2018. Berita ini juga dilansir media Indian Express.
Menurut District Development Commissioner, Rajouri Shahid Iqbal Choudhary, seperti dilansir Indian Express, pembangunan bunker ini untuk kepentingan masyarakat.
Namun, penduduk setempat mengungkapkan pendapat yang beragam, baik pro dan kontra mengenai proyek ini.
"Pembangunan bunker semacam itu meningkatkan keamanan penduduk setempat karena kapan pun terjadi penembakan kita bisa bersembunyi di dalam, " kata penduduk desa Jeet Chowdary.
Tapi Muhammad Lateef, penduduk sebuah desa yang berbeda, mengatakan lebih baik bagi pemerintah India memindahkan penduduk sipil dari wilayah sengketa yang berbahaya itu.
"Daripada membangun bunker, akan lebih baik jika pihak berwenang memberi kita lahan alternatif yang lebih jauh dari perbatasan, sehingga kita dapat memberi makan diri kita dan ternak kita," kata Lateef.
Konflik di Kashmir dimulai sesaat setelah terjadi pemisahan India dan Pakistan pada 1947 dan berlanjut sampai hari ini. India dan Pakistan telah berperang memperebutkan wilayah Kashmir pada tahun 1947, 1965 dan 1999.
Penembakan lintas batas dan pertempuran telah menewaskan lebih dari 20 orang sejak pertengahan November. Ada perkiraan konflik perbatasan kedua negara akan meningkat pada 2018.
Konflik itu telah meningkatkan kekhawatiran yang lebih luas untuk terjadinya perang nuklir. Kedua negara, baik India dan Pakistan memiliki senjata nuklir.




Credit  TEMPO.CO





Menteri Turki Kunjungi Iran Bicara Soal Suriah



Menteri Turki Kunjungi Iran Bicara Soal Suriah
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavudoglu. dailysabah.com

CB, Jakarta - Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, melawat ke Iran pada Rabu, 7 Februari 2018, untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Hassan Rouhani dan Menteri Luar Negeri Javad Zarif.
Dalam acara jumpa pers di Ankara sebelum terbang ke Teheran, Rabu, juru bicara KementerianLuar Negeri Turki, Ibrahim Kalin, mengatakan topik yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut soal operasi militer Turki di Suriah.


Pasukan Turki dan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) membersihkan satu desa lagi dari kelompok teroris PYD/PKK pada 01 Februari 2018 kemarin selama operasi kontra-terorisme di Afrin, Suriah, demikian sumber keamanan Turki mengatakan kepada Anadolu Agency. ANADOLU AGENCY
"Kami akan membahas masalah operasi militer Turki di Suriah," ucapnya kepada wartawan seperti dikutip Channel News Asia, Rabu.
Daily Sabah melaporkan, Cavusoglu tiba di Teheran pada Rabu petang waktu setempat. Selain akan mendiskusikan soal Suriah, Cavusoglu berharap dapat membicarakan masalah hubungan bilateral kedua negara dan isu penting selama pertemuan.

Pejuang Suriah yang didukung Turki menembakkan mortir ke gunung Barsaya, timur laut Afrin, Suriah, 28 Januari 2018. REUTERS/Khalil Ashawi
Sebelumnya, Presiden Iran Hassan Rouhani meminta Turki menghentikan operasi militernya di Afrin, utara Suriah, karena dapat menimbulkan ketegangan di negeri tersebut.

Rouhani juga menggarisbawahi bahwa dialog antara Turki dan Iran, saat ini, berada di puncak. Menurutnya, kedua negara dapat bergabung dengan Rusia dalam pertemuan tripartit untuk membicarakan masalah krisis Suriah yang sekarang ini masih berlangsung.




Credit  TEMPO.CO




Perang Suriah, Prancis Tuding Turki Melanggar Hukum Internasional



Perang Suriah, Prancis Tuding Turki Melanggar Hukum Internasional
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian. [Reuters]

CB, Jakarta - Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, Rabu, 7 Februari 2018, menuding Turki melanggar hukum internasional ketika negeri itu mengirimkan pasukannya ke Suriah.
Berbicara di depan televisi BFM, Le Drian juga menuduh pasukan Suriah menggunakan senjata kimia gas beracun untuk membunuh rakyat sipil meskipun tuduhan tersebut belum mendapatkan konfirmasi dari PBB.


Pasukan Turki mencoba menguasai bukit Bursayah, yang memisahkan daerah kantong Afrin yang dikuasai Kurdi di Azaz, Suriah,, 28 Januari 2018. AP
Ketika ditanya wartawan, apakah dia ingin pasukan Turki ditarik dari Suriah. Le Drian menjawab bahwa dia ingin seluruh pasukan yang ada di Suriah ditarik, tidak hanya militer Turki melainkan juga milisi dukungan Iran, Hizbullah.
Sementara itu, dia tidak secara khusus mendesak Turki menarik pulang pasukannya melawan milisi Kurdi di Afrin, utara Suriah. Dia hanya mengatakan, Ankara seharusnya tidak memperburuk situasi.
Pejuang Suriah Pro-Turki berlari dalam parit saat mencoba mengendalikan bukit Bursayah, yang dikuasai Kurdi di Suriah, 28 Januari 2018. Pasukan Turki dan pejuang Suriah bersekutu menggunakan strategi tersebut untuk menguasai wilayah yang dikuasai Kurdi. AP
"Untuk memastikan keamanan perbatasannya tidak harus membunuh penduduk sipil dan itu harus dikutuk. Dalam situasi berbahaya di Suriah, Turki seharusnya tidak ikut menambah perang," katanya seperti dikutip
Hukum internasional, menurutnya, dilanggar oleh Turki, rezim Suriah, Iran dan yang melakukan serangan di timur Ghouta dan Idlib.





Credit  TEMPO.CO





Pasukan Suriah Gempur Oposisi Dibalas Serangan Koalisi AS


Pasukan Suriah Gempur Oposisi Dibalas Serangan Koalisi AS
Pesawat jet tempur F-16 Ameriika Serikat yang beroperasi di Suriah. Foto/REUTERS


DAMASKUS - Pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) meluncurkan serangan udara terhadap pasukan rezim Suriah. Kubu koalisi AS mengklaim serangan udara mereka bersifat defensif sebagai pembalasan setelah pasukan loyalis Presiden Bashar al-Assad menyerang pasukan oposisi Suriah.

Pasukan oposisi atau pemberontak yang diserang pasukan Assad adalah Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang selama ini didukung Washington. Serangan terjadi beberapa jam lalu yang memicu pembalasan dari koalisi AS.

”Dalam mempertahankan kekuatan koalisi dan pasukan mitra, koalisi melakukan serangan terhadap pasukan yang menyerang untuk mengusir tindakan agresi terhadap mitra yang terlibat dalam misi Koalisi Global Anti-Daesh (ISIS),” kata Komando Pusat AS dalam siaran persnya yang dikutip Russia Today, Kamis (8/2/2018).

Menurut koalisi, serangan dari pasukan pro-rezim Suriah terhadap markas besar SDF tidak beralasan.

“Koalisi pimpinan AS juga telah dengan tegas menekankan haknya yang tidak dapat dinegosiasikan untuk bertindak dalam pembelaan diri, sejak menjadi mitra di lapangan di Suriah,” lanjut Komando Pusat AS.

Konfrontasi tersebut terjadi di wilayah yang berjarak sekitar delapan kilometer sebelah timur sungai Efrat yang merupakan “garis dekonfliksi”. Belum ada laporan terkait kemungkinan jatuhnya korban jiwa dari pihak-pihak yang terlibat konflik.

Damaskus telah berulang kali menyatakan bahwa kehadiran koalisi AS di tanahnya adalah tindakan agresi dan pelanggaran terhadap kedaulatan negara tersebut. Menurut pemerintah Assad, pasukan udara Rusia dan Suriah adalah satu-satunya yang diizinkan beroperasi di negara itu.

Sebenarnya, pemerintah Suriah telah berulang kali meminta PBB untuk mendesak pasukan AS hengkang dari negara tersebut, terlebih kelompok ISIS yang jadi alasan operasi militer AS telah dikalahkan.

Namun, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson justru berjanji bahwa pasukan Washington akan tetap berada di Suriah tanpa batas waktu untuk melawan pasukan Presiden Assad dan pengaruh Iran di wilayah tersebut.

Koalisi pimpinan AS juga mempertimbangkan untuk menumpuk sekitar 30.000 pasukan untuk mengamankan penguasaan wilayah yang dikuasai oleh SDF di Suriah. Gagasan itu memicu reaksi penolakan yang kuat dari Turki yang telah meluncurkan operasi militer dengan kode nama “Operation Olive Branch” terhadap pasukan Kurdi untuk mengamankan penyangga zona aman di Suriah. 




Credit sindonews.com






Palestina - Israel Bentrok di Tepi Barat, Puluhan Cedera



Palestina - Israel Bentrok di Tepi Barat, Puluhan Cedera
Pengunjuk rasa Palestina melemparkan botol berisi cairan cat terhadap sebuah kendaraan Israel selama bentrokan dengan pasukan Israel menyusul protes terhadap permukiman Yahudi Qadomem, di desa Tepi Barat Kofr Qadom dekat Nablus 3 Februari 2017. REUTERS

CB, Jakarta - Seorang warga Palestina tewas dan puluhan lainnya luka-luka setelah terjadi bentrok fisik dengan pasukan keamanan Israel di Kota Nablus, daerah pendudukan di Tepi Barat.
Menurut keterangan sumber medis di rumah sakit al-Najah kepada kantor berita Palestina Wafa, Rabu, 7 Februari 2018, Khaled Walid Tayeh, 22 tahun, tewas setelah dadanya ditembus peluru tajam oleh serdadu Israel.


Seorang pengunjuk rasa Palestina membawa sejumlah ban mobil bekas untuk dibakar saat terjadi bentrokan dengan pasukan Israel menyusul protes terhadap permukiman Yahudi yang dekat dari Qadomem, di desa Tepi Barat Kofr Qadom dekat Nablus 3 Februari 2017. REUTERS
"Pria warga Irak al-Tayeh dekat Nablus itu tewas ketika peluru tajam menembus dadanya pada Selasa, 6 Februari 2018," Al Jazeera melaporkan. Bentrok fisik tersebut, tulis Al Jazeera, selain menewaskan seorang warga Palestina juga menyebabkan sedikitnya 40 orang cedera.
"Kerusuhan itu disulut oleh ulah serdadu Israel memaksa masuk ke kota untuk melakukan penangkapan terhadap warga Palestina," tulis Wafa.


Seorang pengunjuk rasa Palestina melemparkan kembali tabung gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan Israel selama bentrokan menyusul protes terhadap permukiman Yahudi Qadomem, di desa Tepi Barat Kofr Qadom dekat Nablus 3 Februari 2017. REUTERS
Wafa menambahkan dalam laporannya, enam warga Palestina kondisinya kritis, termasuk seorang pria yang ditabrak jeep tentara Israel, sedangkan lainnya dihantam amunisi tajam Israel. Militer Israel berdalih bahwa kedatangan mereka ke Nablus itu sebagai bagian dari pencarian tersangka penusuk warga Israel hingga tewas di dekat Nablus awal pekan ini.





Credit  TEMPO.CO






Beirut Siap Konfrontasi jika Israel Tetap Bangun Tembok di Lebanon



Beirut Siap Konfrontasi jika Israel Tetap Bangun Tembok di Lebanon
Tembok perbatasan di Desa Kfar Kila, di Lebanon selatan yang berbatasan dengan Israel. Foto/REUTERS/Ali Hashisho



BEIRUT - Militer Beirut mengaku siap konfrontasi dengan Israel sebagai sikap penolakan rencana Tel Aviv yang akan membangun tembok perbatasan di tanah Lebanon.

Kedua negara yang pernah terlibat perang hebat di masa lalu ini terlibat sengkata di wilayah yang dikenal sebagai “Blok 9”. Israel mengklaim wilayah milik Lebanon tersebut yang memicu kemarahan dunia Arab.

Beirut berkepentingan atas wilayah itu untuk pengeboran minyak dan gas. Tel Aviv tentu saja menentang dan siap mendirikan tembok perbatasan.

”Tembok itu, jika dibangun, akan dianggap sebagai serangan terhadap tanah Lebanon,” kata pihak Sekretaris Jenderal Dewan Pertahanan Tinggi Lebanon dalam sebuah pernyataan setelah digelar pertemuan antara para pejabat senior pemerintah dan militer, hari Rabu.

“Dewan Pertahanan Tinggi telah memberikan instruksinya untuk menghadapi agresi ini, untuk mencegah Israel membangun (tembok) di wilayah Lebanon,” lanjut pernyataan tersebut, seperti dikutip Reuters, Kamis (8/2/2018).

Presiden Lebanon Michel Aoun, Perdana Menteri Saad al-Hariri, dan juru bicara parlemen Nabih Berri dalam sebuah pernyataan bersama mengatakan bahwa Beirut akan mengambil tindakan aktif untuk mencegah Israel membangun tembok perbatasan tersebut.

Wilayah yang disengketakan itu pernah menjadi tempat PBB dalam mengawasi penarikan pasukan Israel dari Lebanon selatan pada tahun 2000.

Ketegangan terbaru antara kedua negara ini dimulai setelah krisis politik singkat di Beirut November 2017 lalu. Sejak bulan itu, para pemimpin Lebanon memerintahkan militernya untuk siaga tinggi guna menghadapi musuh, yakni Israel di perbatasan selatan.

Pekan lalu, Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengatakan bahwa Tel Aviv siap untuk melakukan invasi darat ke Lebanon jika terjadi konflik baru. Lieberman juga memperingatkan bahwa Israel akan melancarkan serangan darat dengan kekuatan penuh dan dampaknya akan lebih mengerikan dari perang kedua negara di masa lalu.

”Kita tidak boleh maju selangkah dan melangkah mundur. Kami akan maju secepat mungkin,” kata Lieberman. 





Credit  sindonews.com




Lebanon Cegah Israel Bangun Dinding Perbatasan




Tentara Israel di dekat perbatasan Israel-Lebanon.

Tentara Israel di dekat perbatasan Israel-Lebanon.
Foto: AP/Ariel Schalit


Perdebatan menyangkut dinding perbatasan meningkatkan ketegangan kedua negara.



CB, BEIRUT -- Dewan Pertahanan Tinggi Lebanon pada memerintahkan langkah untuk mencegah Israel membangun dinding perbatasan di tanah Lebanon. Perintah itu dikeluarkan Rabu (7/2) di tengah ketegangan yang meningkat terkait perbatasan darat dan maritim.


Para pemimpin Lebanon menuduh Israel mengancam stabilitas wilayah perbatasan.
Perdebatan menyangkut dinding perbatasan dan rencana Lebanon untuk mengeksplorasi minyak dan gas di perairan yang disengketakan telah meningkatkan ketegangan antara kedua pihak.

"Dinding ini, jika dibangun, akan dianggap sebagai serangan terhadap tanah Lebanon," kata sekretaris jenderal Dewan Pertahanan Tinggi Lebanon dalam pernyataan setelah pertemuan para pejabat tinggi pemerintah dan militer.

"Dewan Pertahanan Tinggi telah memberikan instruksi agar menghadapi agresi ini untuk mencegah Israel membangun (dinding) di wilayah Lebanon," kata Dewan tanpa memberikan keterangan rinci.

Para pejabat Israel belum memberikan komentar. Israel sebelumnya mengatakan bahwa dinding  beserta kilang gas Mediterania yang disengketakan, berada di dalam wilayahnya.

Ketegangan sebelumnya telah mewarnai sepanjang perbatasan sejak 2006, yaitu ketika Israel berperang dengan gerakan Hisbullah Syiah Lebanon yang dilengkapi persenjataan berat.

Konflik yang berlangsung satu bulan itu menewaskan sekitar 1.200 orang di Lebanon. Sebagian besar korban tewas adalah warga sipil sementara korban di pihak Israel tercatat 160 orang, yang sebagian besar di antaranya adalah tentara. Sejak itu, belum ada lagi bentrokan parah yang terjadi antara Israel dan Hisbullah dukungan Iran.




Credit  republika.co.id