Menlu Rusia Sergey Lavrov sempat
membahas soal barter sukhoi dengan komoditas perkebunan Indonesia saat
bertemu dengan Menlu Retno. (REUTERS/Beawiharta)
Jakarta, CB --
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berkunjung ke Jakarta dan menemui Menlu RI Retno LP Marsudi pada Rabu (9/8).
Dalam
pertemuan itu, keduanya sempat membahas perjanjian barter hasil kebun
Indonesia dengan sejumlah pesawat tempur Sukhoi SU-35 buatan Rusia.
“[kesepakatan
pertukaran pesawat Sukhoi] sempat dibahas meski tidak secara spesifik,”
ucap Menlu Retno usai bertemu dengan Lavrov di kementeriannya di
Jakarta.
Topik ini dibahas seiring dengan rencana Indonesia
menukar 11 jet tempur Sukhoi dari Rusia dengan hasil komoditas
perkebunan utama Indonesia seperti minyak kelapa sawit, kopi, dan teh.
Kesepakatan perdagangan ini disepakati Moskow-Jakarta sekitar Kamis (3/8) lalu.
Dalam
kesempatan berbeda, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan,
kesepakatan ini tertuang dalam penandatangan nota kesepahaman atau MoU
antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia, yakni PT Perusahaan
Perdagangan Indonesia (Persero) atau PII dengan BUMN Rusia, Rostec, pada
lawatan Indonesia ke Rusia.
Dengan kesepakatan dagang ini,
Indonesia diharapkan bisa meningkatkan volume ekspor hasil perkebunan
Indonesia dan di saat bersamaan bisa menguatkan armada F-5 angkatan
udara Indonesia.
Perjanjian dagang kedua negara ini dilakukan tak
lama setelah Moskow mendapat sanksi ekonomi baru dari Eropa dan Amerika
Serikat.
Enggar menekankan, ini merupakan saat yang tepat untuk memanfaatkan situasi guna memperluas pasar komoditas Indonesia.
“Ini peluang yang tidak boleh hilang dari genggaman kita. Potensi
hubungan ekonomi yang memanfaatkan situasi embargo dan kontra embargo
ini melampaui isu-isu perdagangan dan investasi," papar Enggar, sekitar
awal pekan ini, di Jakarta.
Selain membahas kesepakatan dagang,
Retno menuturkan pertemuannya dengan Lavrov juga membahas rencana
penguatan hubungan kedua negara menjadi mitra strategis.
Dengan
kemitraan tersebut, Indonesia-Rusia tak hanya memperdalam kerja sama
bidang ekonomi, sosial, budaya, dan politik tapi juga meningkatkan
koordinasi kedua negara pada sejumlah bidang sensitif, termasuk keamanan
dan pertahanan.
Di pertemuan itu, Lavrov juga menekankan bahwa
Rusia akan terus mendorong upaya Indonesia memberantas terorisme di
kawasan seiring dengan meningkatnya ancaman penyebaran ISIS di Asia
khususnya Asia Tenggara, terutama dengan adanya gempuran kelompok
militan Maute yang berbaiat pada ISIS di Marawi, Filipina.
Credit
CNN Indonesia
Indonesia Barter Hasil Kebun dengan 11 Sukhoi Rusia
Sebanyak 11 Sukhoi SU-35 bakal ditukar
dengan sejumlah produk ekspor Indonesia, mulai dari kopi, teh, hingga
minyak kelapa sawit. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CB --
Pemerintah Indonesia mendapat kesepakatan perdagangan dari
pemerintah Rusia berupa pertukaran hasil perkebunan Indonesia dengan 11
pesawat tempur jenis Sukhoi SU-35 yang diproduksi Rusia.
Menteri
Perdagangan Enggartiasto Lukita menjelaskan, kesepakatan tersebut
tertuang dalam penandatangan nota kesepahaman (Memorandum of
Understandings/MoU) antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia,
yaitu PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) atau PII dengan BUMN
Rusia, Rostec pada lawatan Indonesia ke Rusia pada Kamis kemarin (3/8).
"Diharapkan dapat segera direalisasikan melalui pertukaran
11 Sukhoi SU-35 dengan sejumlah produk ekspor Indonesia, mulai dari
kopi, teh, minyak kelapa sawit, dan produk industri strategis
pertahanan," ucap Enggar dalam keterangan tertulis, Jumat (4/8).
Menurut Enggar, Indonesia perlu melakukan pertukaran ini agar volume
ekspor hasil perkebunan Indonesia kian meningkat dan penetrasi pasar
bertambah luas. Di sisi lain, untuk pertukaran dengan pesawat Sukhoi,
Indonesia memang membutuhkan untuk menggantikan armada F-5 Indonesia
yang sudah usang.
Bersamaan dengan kesepakatan ini, Enggar
berharap Indonesia-Rusia mampu memperluas kerja sama perdagangan ke
hasil produksi sektor lain, sehingga lebih banyak produk Indonesia yang
dapat dikenalkan ke Rusia dan sebaliknya.
Adapun kesempatan
Indonesia memperbesar penetrasi pasar di Rusia, dilihat Enggar memang
sangat besar. Sebab, Indonesia memiliki keuntungan lebih dari embargo
perdagangan yang tengah dihadapi Rusia dari negara-negara, seperti
Amerika Serikat, Uni Eropa, dan beberapa negara pengikutnya.
Embargo
tersebut dilakukan negara-negara itu karena berkaitan dengan isu
keamanan dan teritorial. Di sisi lain, Rusia, sambung Enggar, turut
melakukan mengenakan sanksi pembatasan impor dari negara-negara tersebut
sebagai tindak lanjut embargo yang dikenakan kepada Rusia.
Sehingga,
untuk memenuhi kebutuhan pangannya, seperti buah-buahan tropis dan
produk esensial lainnya, Rusia mengambil impor dari negara lain, seperti
Indonesia.
"Ini peluang yang tidak boleh hilang dari genggaman
kita. Potensi hubungan ekonomi yang memanfaatkan situasi embargo dan
kontra embargo ini melampaui isu-isu perdagangan dan investasi," terang
Enggar.
Selain itu, di luar sektor perdagangan, potensi kerja sama kedua
negara dapat pula terjadi di bidang pariwisata, pertukaran pelajar,
pengembangan teknologi, sektor energi, kedirgantaraan, dan lainnya.
Kementerian
Perdagangan sendiri mencatat, Indonesia mengalami surplus perdagangan
dengan Rusia sejak 2015 lalu, dengan nilai sebesar US$1,1 juta dan
kemudian meningkat menjadi US$411 juta di 2016. Sementara, di tahun
sebelumnya, Indonesia masih mengalami defisit perdagangan sekitar US$1,6
miliar di 2012.
Credit
CNN Indonesia