Kamis, 03 Desember 2015

Lebih dari Setengah Jet Tempur Jerman Tak Layak Terbang

Jet tempur pengintai Panavia Tornado Jerman (Foto: Wikipedia)
Jet tempur pengintai Panavia Tornado Jerman (Foto: Wikipedia)
BERLIN – Jelang keikutsertaan Jerman menggempur ISIS di Suriah, ternyata alutsista Jerman terbilang memprihatinkan, terutama menyoal kekuatan Luftwaffe (Angkatan Udara).
Pasalnya, lebih dari setengah jet pengintai Panavia Tornado yang dimiliki tak layak terbang. Terhitung, Jerman punya 66 jet tempur Tornado Panavia. Tapi 29 di antaranya dinyatakan tak layak mengangkasa.
“Keadaan sistem kekuatan terbang kami masih belum memuaskan, ujar seorang pejabat militer Jerman, Jenderal Volker Wieker, dikutip BBC, Rabu (2/12/2015).
Terkait hal ini, Menteri Pertahanan Jerman, Ursula von der Leyen tetap menyatakan Jerman siap membantu kekuatan koalisi menggempur ISIS di Suriah.

Von der Leyen menyatakan, hanya enam jet tempur Tornado Panavia yang akan diberangkatkan dan keenamnya layak terbang, bersama sebuah Kapal Frigat dan 1.200 personel darat.

“Tiga puluh (jet tempur) Tornado siap beraksi dan kami hanya butuh enam di antaranya. Itu memberikan kami kesempatan yang lebih besar (untuk menyukseskan serangan),” timpal Von der Leyen.
Di sisi lain, keberangkatan “kontingen” Jerman ke Suriah itu juga masih harus menunggu persetujuan parlemen. Sebagaimana halnya Inggris, pemerintah Jerman masih harus menunggu keputusan voting parlemen.
Hari ini, Rabu (2/12/2015), perdebatan tentang perlu tidaknya Jerman ikut menyerang ke Suriah masih berjalan. Pemungutan suara atau voting terkait hal itu, baru akan digelar parlemen pada Jumat, 4 Desember mendatang
Credit Okezone

Erdogan janji tidak balas dendam terhadap sanksi Rusia


Erdogan janji tidak balas dendam terhadap sanksi Rusia
Pesawat tempur Sukhoi Su-24 buatan Rusia. (Reuters)
 
 
Istanbul, Turki (CB) - Presiden Rusia, Recep Erdogan, Rabu, berjanji Turki tidak akan membalas dendam terhadap "sanksi emosional" Rusia yang memberatkan setelah jatuhnya pesawat perang Rusia yang diperselisihkan.

Rusia telah menghentikan penjualan paket wisata ke Turki -- sebagai tujuan wisata utama -- dan menyusun rencana pelarangan impor buah-buahan dan sayur-sayuran dari Turki sama halnya dengan komoditas lainnya.

"(Rusia) adalah partner strategis kita, kita akan tetap menyediakan komoditas lainnya termasuk buah-buahan," kata Erdogan saat diwawancarai wartawan Turki yang berada di dalam pesawat kepresidenan yang dipublikasikan koran.

Erdogan mengatakan bahwa aksi Rusia itu tidak sepadan dengan "martabat negara".

"Turki dalam hal ini tetap berbudi luhur. Kita tidak akan menggunakan bahasa yang sama sebagaimana mereka... Kita berharap kepada mereka untuk mengubah bahasa mereka," kata Erdogan yang menganggap reaksi Moskow atas insiden jatuhnya pesawat perang Rusia sebagai tindakan yang "emosional".

Erdogan menyatakan bahwa dalam kasus ini tidak ada alasan bagi Turki untuk melakukan balas dendam terhadap warga negara Rusia yang tinggal di negara tersebut. "Timbal balik adalah sesuatu yang harus dilakukan dalam batasan-batasan hukum."

Rusia memasok Turki lebih dari setengah pasokan gas alamnya, namun Erdogan menyatakan tidak terganggu oleh risiko dari penurunan ekspor Rusia.

"Kita sudah tidak membiasakan dengan semua hal yang berkaitan dengan gas alam... ini bangsa yang biasa menderita," kata Erdogan sambil menekankan bahwa Turki punya pemasok selain dari Rusia.

Erdogan juga menyatakan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada waktu sebelumnya menganggap keberanian Presiden Turki.

"Dia (Putin) mengucapkan beberapa kata tentang saya sebagai kepala negara paling jujur."

Penembakan yang dilakukan oleh Turki terhadap pesawat jet tempur Rusia di wilayah perbatasan dengan Suriah pada 24 November 2015 telah menjadikan hubungan antara Moskow dan Ankara kritis terparah sejak Perang Dingin.

Turki mengklaim pesawat tempur Rusia berada di wilayah udaranya dan mengabaikan peringatan yang berulang-ulang, namun Rusia bersikeras bahwa pihaknya tidak pernah melintasi wilayah perbatasan dengan Suriah.

Para pemimpin Turki dalam beberapa hari terakhir menunjukkan tanda tangan untuk membatasi memburuknya hubungan. Akan tetapi Putin menolak permohonan dari Erdogan untuk menemuinya di sela-sela konferensi PBB tentang perubahan iklim di dekat Paris, Prancis, pekan ini.

Credit ANTARA News


Rusia ancam Montenegro jika bergabung ke NATO


Rusia ancam Montenegro jika bergabung ke NATO
Pasukan NATO (REUTERS/Stefano Rellandini)
 
Moskow (CB) - Rusia mengancam akan mengakhiri proyek bersama dengan Montenegro jika negara eks-komunitas itu bergabung dengan pakta pertahanan Atlantik Utara NATO, lapor kantor berita RIA mengutip seorang senator Rusia, Rabu.

Viktor Ozerov, kepala komisi pertahanan dan keamanan Dewan Federasi Rusia, mengatakan proyek-proyek itu bisa dibatalkan termasuk pada sektor militer, lapor RIA.

Pekan lalu Rusia sudah menyatakan keputusan menyangkut Montenegro itu sebagai "hantaman besar dari blok euro-Atlantik."

"Inisiatif semacam ini mengandung potensi nyata untuk menciptakan konfrontasi. Langkah itu tidak akan memajukan perdamaian dan stabilitas di Balkan, tidak pula di Eropa secara umum," kata Moskow. "Langkah itu hanya akan makin memperumit hubungan Rusia dan NATO."

Montenegro adalah negeri kecil berpenduduk 600.000 orang yang memerdekakan diri pada 2006 menyusul pecah berdarah-darahnya Yugoslavia.

Negeri ini adalah semula bagian dari federasi Serbia yang merupakan sekutu dekat Rusia yang selalu dianggap Moskow sebagai bagian dari keluarga besar etnis Slavia.

Credit ANTARA News