Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia
Vladimir Putin bertemu di Helsinki, Finlandia, Senin (16/7).
(REUTERS/Kevin Lamarque)
Jakarta, CB -- Lima tahun yang lalu, kala Donald Trump,
yang belum menjadi Presiden AS, bersiap pergi ke Moskow untuk ajang
Miss Universe, mencuit lewat akun Twitter-nya. Dia bertanya-tanya apakah
dia akan pergi menemui Vladimir Putin, yang kala itu telah menjadi Presiden Rusia.
"Jika iya," tulisnya di akun Twitter-nya. "Apakah dia akan menjadi sahabat baruku?"
Kini
mantan presenter acara televisi The Apprentice itu bertemu dengan
Putin, eks-agen intelijen Rusia, KGB di Helsinki, dalam pertemuan
perdana mereka. Pertanyaan serupa dilontarkan dunia internasional.
Konflik di Suriah, dugaan keterlibatan Rusia dalam
pemilihan presiden AS 2016, serta Ukraina tampaknya bakal dibahas dalam
pertemuan perdana Trump-Putin.
Namun, yang menjadi pusat perhatian adalah hubungan antara kedua
pria, pemimpin dua negara adi kuasa di dunia, Amerika Serikat dan Rusia.
Adapun
Trump telah lama mengumbar kekagumannya pada cara kepemimpinan Putin,
di saat badan intelijen AS menyelidiki keterlibatan Rusia dalam Pilpres
AS 2018, yang berhasil mendorong miliader kontroversial tersebut masuk
ke dalam Gedung Putih.
Dilansir kantor berita
AFP, dalam sifat dan sikap, kedua presiden negara besar di dunia itu sangat berbeda.
Jika
Trump terkenal dengan cara pidato yang spontan berapi-api dan sering
berselisih paham dengan penasihatnya sendiri, Putin selalu tampil tenang
dengan air muka yang datar dan hampir jarang mengekspresikan emosinya.
Putin tetap mengikuti perkembangan lewat informasi dari file-file
laporan intelijen yang tebal, serta ringkasan berita media massa.
Sebaliknya, tim penasihat Trump kesulitan untuk menyuruh Trump membaca,
bahkan untuk sebuah laporan briefing singkat.
Di saat Presiden AS
tersebut mempopulerkan opininya lewat media sosial, lawannya di
Kremlin, bahkan tidak punya ponsel dan bergantung pada media untuk
menyatakan pendapatnya.
Meski begitu, perbedaan mereka tampaknya tak bakal mengganggu hubungan kedua Presiden.
"Putin
sudah membuktikan bahwa ia terampil dalam membaca karakter dan pikiran
orang," kata Alina Polyakova, peneliti kebijakan luar negeri dari
Brookings Institution, Washington, seperti dilansir
AFP.
"Dia terlatih dalam bidang ini. Lagi pula, sebagai mantan agen
intelijen, menurut saya dia khususnya bisa membaca kelemahan orang,"
kata Polyakova.
"Dia akan memuji Trump dan bercoba untuk
berbincang antara pria ke pria. Trump akan merespons positif cara
interaksi tersebut," tambah dia.
Jika itu berhasil, Putin bisa menggunakan kesamaan yang ia memiliki dengan Trump untuk memperdalam percakapan.
Pasangan
tersebut dikenal sebagai pimpinan otoriter. Setelah bertemu diktator
Korea Utara Kim Jong Un, Trump berkata bahwa ia iri dengan cara rakyat
Korea Utara menyembah dan memperhatikan Kim Jong Un saat dia memberi
pidato dan berharap bahwa "rakyatku" memperlakukannya dengan cara yang
sama.
Putin dan Trump sama-sama memilih untuk membuat keputusan yang tidak
diduga dan sesuai dengan kepentingan masing-masing dan partainya
daripada harus mencari kompromi.
Keduanya juga mengedepankan
nilai-nilai nasionalis dimana mereka berjanji untuk membawa negaranya
pada masa kejayaan. Putin setelah jatuhnya Uni Soviet yang meninggalkan
rasa ketidakpastian dan Trump setelah di tengah menurunnya perekonomian
Amerika Serikat.
Walaupun kedua presiden ini termasuk kelompok orang-orang terkaya dunia, mereka menjalani hidup yang berbeda.
Film-film
dokumenter di televisi pemerintah Rusia memperlihatkan gaya hidup ala
pertapa yang dijalani Putin. Meskipun orang-orang di lingkaran dalamnya
mengumpulkan kekayaan. Kritik menyebut kekayaan Presiden Putin pun tak
kurang dari puluhan miliaran dolar.
Trump yang memiliki lift emas untuk naik ke apartemennya di New
York, identik dengan pamer kemewahan. Meskipun media AS menyebut bahwa
Trump tidak sekaya yang dia katakan.
Keduanya pun memiliki latar
belakang berbeda. Putin terlahir dari keluarga pekerja di Leningrad,
sekarang Saint Petersburg pada 1952, sebelum menjadi agen intelijen KGB
pada usia 20 tahun.
Trump merupakan anak keempat dari lima
bersaudara yang terlahir dari keluarga yang kaya raya. Saat dia memulai
bisnisnya, dia diberikan "pinjaman kecil" dari bapaknya sebesar US$1
miliar.
Di masa muda, dua pemimpin masa depan tersebut sama-sama
gemar berkelahi. Putin berkata bahwa ia harus belajar untuk bersiap
"memukul pertama" di Leningrad dan pengakuan Trump tentang masa lalunya
yang penuh dengan kekerasan dibocorkan di media Amerika Serikat.
Pada 1980, Trump melihat bisnisnya berkembang. Dari Dresden, Putin
melihat Uni Soviet sekarat, di mana dia sedang menyamar sebagai agen
rahasia.
Personal branding penting dalam keluarga Trump.
Sebaliknya, Putin seorang duda cerai sangat menjaga krhidupan
pribadinya. Kedua putrinya nyaris tidak pernah tampil di muka publik.
Sebaliknya,
Trump menyiarkan hampir seluruh aspek kehidupannya. Mulai dari
keberhasilannya menjalankan bisnis, hingga transformasinya menjadi
bintang acara realitas televisi pada era 2000-an.
Meski begitu,
hanya sedikit yang bisa diketahui dari kehidupan Putin, yang memulai
karier sebagai pegawai biasa, hingga menerima tampuk kepresidenan dari
pendahulunya Boris Yeltsin, selain remah-remah berita yang dia sodorkan
kepada jurnalis Rusia selama bertahun-tahun. Dalam sebuah pengamatan
tentang Putin, dia digambarkan penulis biograsi Masha Gessen sebagai,
"Pria Tak Berwajah."
Credit
cnnindonesia.com