Rabu, 22 Juli 2015

Audit Petral, Pertamina Tunjuk Investigator Asing


 
KONTAN Petral


JAKARTA, CB – PT Pertamina (Persero) telah menunjuk sebuah badan investigasi asing untuk melakukan audit investigasi terhadap Pertamina Energy Trading Ltd. (Petral) dan anak usahanya. Menurut VP Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, pertimbangan dalam memilih auditor asing adalah keahlian (expertise) mereka dalam audit investigasi. “Dia harus ahli di bidang audit investigasi. Tidak bisa hanya audit biasa, atau hanya audit di legal maupun finansial. Tapi, memang ahli auditor investigasi dan harus mempunyai kredibilitas internasional,” ucap Wianda ditemui di sela-sela halal bihalal Pertamina, Jakarta, Selasa (22/7/2015).

Sayangnya, Wianda enggan menyebutkan badan mana yang ditunjuk untuk melakukan pekerjaan investigasi tersebut. “Ada sih, tapi kita tidak pernah ngomong. Nanti sekalian hasil audit investigasinya aja. Auditor dari luar, dia memang expert untuk audit investigasi,” tutur Wianda.

Kendati menunjuk lembaga auditor asing untuk melakukan audit investigasi terhadap Petral dan anak usahanya, Pertamina Energy Services (PES), Wianda menegaskan Pertamina terbuka bilamana diperlukan untuk memasukkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Keberadaan BPK bisa digunakan sebagai second opinion jika memang diperlukan.

Menurut Wianda, keterlibatan BPK dalam proses audit Petral dan anak usahanya bisa dimulai setelah ada temuan dari audit lembaga asing tersebut, atau di tengah-tengah proses. “Di tengah-tengah (audit investigasi) jika memang diperlukan, tidak masalah BPK masuk. Toh sebelum audit ini berlangsung, kita juga sudah berkomunikasi dengan BPK. Tapi kadang BPK itu tidak bisa terjun langsung sebelum ada temuan yang harus ditelusuri,” jelas Wianda.

Wianda menyampaikan, Pertamina berharap temuan dari lembaga independen bisa ditindaklanjuti. Perseroan akan bekerja sama dengan BPK untuk melakukan penelusuran lebih jauh. “Dari Pertamina dukungannya adalah kita harus memberikan data sebanyak mungkin, informasi yang dibutuhkan kita berikan. Dari situ ada kesimpulan yang akan menjadi tindak lanjut,” ucap Wianda.



Credit  KOMPAS.com

Uji Pasar, Pertamina Salurkan 824 Ton Pertalite di 103 SPBU


 
KOMPAS.com/ RAJA UMAR Ilustrasi: SPBU di Meulaboh Aceh




JAKARTA, CB – Pekan ini, PT Pertamina (Persero) mulai meluncurkan produk bahan bakar minyak (BBM) jenis baru yang dipasarkan dengan merek Pertalite. Uji pasar akan dilakukan di 103 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berada di tiga kota yaitu Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menuturkan, tahapan ini dilakukan untuk mengetes respon masyarakat akan keberadaan Pertalite. Pertalite yang mengandung kadar oktan 90 ini diharapkan akan diterima baik oleh pasar, mengingat saat ini menurut Wianda masyarakat sudah mengkonsumsi BBM dengan kualitas yang lebih baik.

Terbukti, katanya, selama arus Mudik dan arus balik fase pertama Lebaran tahun ini, konsumsi Pertamax naik signifikan. Konsumsi Pertamax yang pada hari-hari biasa hanya 7.900 kiloliter, pada musim Mudik Lebaran 1436 H mencapai 10.000 kiloliter. “Itu tren positif untuk BBM jenis non-subsidi. Kita berharap Pertalite juga sama (diterima baik),” kata Wianda ditemui di sela-sela halal bi halal Pertamina, Jakarta, Selasa (22/7/2015).

Wianda mengatakan, untuk tahap perkenalan ini Pertamina akan memasok 8 ton Pertalite untuk setiap SPBU. Artinya, Pertamina menyediakan setidaknya 824 ton Pertalite untuk 103 SPBU. Sementara itu, setelah uji pasar selesai Pertamina akan memasok Pertalite sesuai dengan permintaan pasar.

Sejauh ini, kesiapan peluncuran Pertalite sudah hampir rampung. Pertamina sudah memasang dispenser Pertalite di kota-kota uji pasar, dan membangun tangki timbun di rest area yang juga akan menjual Pertalite. Wianda mengatakan seluruh modal untuk pemasaran BBM jenis baru ini ditanggung Pertamina. “Kalau rata-rata satu SPBU itu Rp 60 miliar. Kalau investasi di SPBU CODO (Company Owned Dealer Operated), seperti rest area, semua infrastruktur BBM-nya Pertmina yang membangun. Biasanya pengusaha membangun rest area-nya dan fasilitas lainnya,” ucap Wianda.


Credit  KOMPAS.com


Damai! Pemimpin GIDI Pendeta Yunus Wenda dan Ustad Ali Bersalaman dan Berpelukan



Damai! Pemimpin GIDI Pendeta Yunus Wenda dan Ustad Ali Bersalaman dan Berpelukan





Tolikara - Perdamaian digelar di Tolikara, Papua. Pemimpin Umat GIDI yang dipimpin Ketua Klasis Toli, Pdt Yunus Wenda dan Ustad H. Ali Muktar mewakili umat muslim bersalaman.

Acara perdamaian digelar pada Rabu (22/7/2015) di lapangan Koramil Tolikara. Setelah kedua perwakilan umat itu saling menyampaikan kata-kata permohonan maaf lalu bersalaman dan berpelukan.

Pelukan yang sangat erat dan saling memaafkan itu disaksikan Bupati Tolikara, Usman G Wanimbo dan Muspida Kabupaten Tolikara.

"Kami minta maaf telah menyakiti hati saudara-saudara kami umat muslim. Ini karena kekhilafan untuk itu mohon permasalahan ini cukup di sini saja. Kita harus bersatu kembali seperti  yang lalu," kata Pdt Yunus Wenda.

Ucapan itu disambut baik Ustad Ali Muktar, dia juga mohon maaf atas apa yang sudah terjadi, dan dia berharap kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi di Tolikara ini.

"Kami juga mohon maaf atas kekhilafan yang sudah terjadi. Kami sangat mengharapkan tidak akan pernah lagi terjadi seperti ini. Mari kita bersama-sama membangun kerukunan seperti yang selama ini terjadi di Tolikara ini," sambutnya.

Salaman dan pelukan yang dilakukan kedua  pemimpin umat itu disambut tepuk tangan hadirin.



Credit  Detiknews


MUI: Fokus Utama Damai di Papua



MUI: Fokus Utama Damai di Papua



Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau umat muslim tidak terprovokasi atas penyerangan di Tolikara, Papua. MUI meminta umat beragama di Papua menjaga persatuan, kesatuan dan kedamaian.

"Fokus utama (saat ini) damai di Papua," kata Wakil Ketua Umum MUI  Ma'ruf Amin dalam jumpa pers "Pernyataan Sikap Dewan Pimpinan Majelis MUI dan Ormas tentang Tragedi Tolikara" di kantor MUI di Jl Proklamasi, Menteng, Jakpus, Rabu (22/7/2015). Hadir di acara ini sejumlah wakil ormas dan lembaga Islam.

Soal pemicu penyerangan ini yang disebut karena Peraturan Daerah tentang larangan rumah ibadah menggunakan speaker, MUI menilai pemicunya bukan masalah itu. Menurutnya umat muslim dan non muslim di sana sudah memahami satu sama lain.

"Di Islam ada Idul Fitri, ada salat Jumat. Agama lain ada kegiatan misa bahkan di kita umat Islam banyak kawal gereja saat Natal," ucap Ma'ruf.

Ke depannya, Ma'ruf berharap umat beragama di Papua bisa terus hidup damai berdampingan satu sama lain dan terus saling menghormati.

"Saya kira ke depan kita saling mengawal supaya tidak seperti ini. Sehingga damai Papua," tutupnya.

MUI menyatakan 5 sikap atas peristiwa kekerasan ini. Pertama, menyesalkan dan mengutuk keras tindakan kekerasan terhadap umat Islam yang sedang melakukan ibadah salat Idul Fitri di Tolikara. Kedua, meminta aparat keamanan untuk mengusut tuntas dan menindak tegas kasus ini sampai ke akar-akarnya dan meminta pemerintah untuk membangun kembali masjid dan seluruh kios yang dibakar.

Ketiga, mendesak pemerintah pusat dan Pemda Papua untuk memproses hukum secara obyektif sampai ke pengadilan. Keempat, mendesak pemerintah dan semua pihak untuk mewaspadai dan mencegah gerakan teror terhadap agama dan umat Islam di Indonesia. Kelima, mengimbau umat Muslim menahan diri dan tidak provokasi dan selalu menjaga kesatuan pesatuan umat dalam rangka mengawal tegak kesatuan RI.

Rusuh Tolikara terjadi Jumat (17/7) di Karubaga, Tolikara, Papua. Saat itu umat Islam baru saja memulai salat Id di lapangan markas Koramil hingga akhirnya bubar karena diserang massa yang membawa senjata tajam. Mereka menyingkir ke markas Koramil, sedang puluhan kios mereka dan masjid dibakar.




Credit  Detiknews


Stephen Hawking Pimpin Proyek Pencarian Alien


CB, London - Lewat proyek 'Breakthrough Listen' yang dibiayai miliuner Rusia, Yuri Milner, Profesor Stephen Hawking akan mencari kehidupan lain di luar Bumi di jajaran bintang Galaksi Bima Sakti.

Para astronom akan meneropong melalui teleskop paling tajam sedunia yang berada di AS dan Australia serta sinyal radio yang kuat.

Menurut Hawking, kekuatan alat terbaru ini 50 kali lebih sensitif dari alat sebelumnya dan lebih tajam 10 kali lipat lebih tajam untuk menangkap gambar.

Green Bank Observatory di West Virgina, tempat teleskop terbesar di planet ini dan Parkes Observatory di New South Wales telah dikontrak oleh proyek yang akan dimulai Januari 2016 itu. Keduanya akan tandem dengan Lick Observatory di California untuk mengirimkan gambar yang paling tajam yang pernah dibuat oleh manusia lewat teleskop.

Diluncurkan hari Senin 20 Juli  di Royal Society di London,  proyek ini dikerjakan oleh para ahli terkenal di bidangnya dengan Kosmologis Stephen Hawking sebagai kepala proyek Breakthrough Listen. Mereka adalah Lord Martin Rees, astronom kerajaan, Geoff Marcy, penemu puluhan planet di galaksi Bima Sakti, dan Frank Drake, veteran astronomer dari US yang mumpuni dalam upaya menemukan makhluk ekstraterresterial lewat SETI atau Search for extraterrestrial intelligence.

Menurut Hawking, usaha ini sangat penting karena menjawab pertanyaan paling hakiki manusia, "apakah kita punya teman di luar sana?"

"Manusia pada dasarnya makhluk pencari, makhluk pembelajar dan punya keingintahuan yang tinggi. Penting buat kita untuk mempertanyakan apakah kita sendirian di kegelapan semesta," kata Hawking seperti dikutip dari Guardian.

Proyek ini sendiri akan berjalan dalam 'sunyi', maksudnya, Bumi tidak akan memancarkan sinyal suara ke luar planet manusia. Proyek itu bertujuan mendengarkan sinyal radio di luar angkasa sana.
Ada jutaan suara di luar angkasa, para astronom harus benar-benar bisa memilih mana suara 'sampah', suara radio transitor, atau suara orang iseng dengan suara dari SETI.
Hawking sendiri telah mewanti-wanti untuk tidak berisik dan jangan coba-coba membalas sinyal apapun yang diterima karena bisa jadi makhluk di luar angkasa mempunyai kebiasaan melakukan kekerasan, sama dengan makhluk di Bumi, seperti agresif dan ancaman melakukan genosida.

"Sebuah peradaban bisa mendengar suara dari Bumi. Suara kita akan diterima miliaran tahun ke depan oleh mereka. Jadi, bisa saja mereka jauh lebih maju dari kita saat suara diterima olehnya, dan melihat peradaban di Bumi tidak sama seperti kita melihat bakteria," kata ilmuan paling kontroversial di jagad raya ini.

Proyek US$100 juta atau Rp 1,3 triliun ini dibiayai oleh Yuri Milner, seorang miliuner dari Rusia. Ia lebih tertarik membiayai proyek-proyek pencarian makhluk ET dibanding menyelesaikan Phd nya di bidang fisika.
Nama Yuri dipilih orangtuanya karena kelahirannya persis sama saat Yuri Gagarin berhasil ke luar angkasa tahun 1961.

"Tanggung jawab kita sebagai manusia yang mampu membuat peralatan canggih untuk menjawab pertanyaan paling hakiki, 'apakah kita sendirian?'" kata Milner.

Kepala ilmuan NASA Ellen Stofan pada 7 April lalu dalam sebuah diskusi panel mengatakan bahwa manusia akan menemukan jejak makhluk luar angkasa dalam 10 tahun ke depan.

"Saya pikir, usaha manusia mendapatkan indikasi kuat bahwa ada kehidupan lain di luar Bumi akan terjadi dalam satu dekade ke depan. Dan bukti nyata berhadapan dengan mereka dapat terjadi 20 hingga 30 tahun lagi," katanya seperti dikutip dari SPACE

Credit  Liputan6.com

Alquran Tertua di Dunia dari Masa Nabi Muhammad Ada di Inggris


CB, Birmingham - Sudah seabad lamanya manuskrip berhuruf Arab tersimpan di perpustakaan University of Birmingham, Inggris. Naskah kuno -- yang ternyata adalah bagian dari Alquran -- itu awalnya sama sekali tak disadari keberadaannya.
Naskah kuno tersebut adalah bagian dari Mingana Collection, yang terdiri dari 3.000 dokumen berasal dari Timur Tengah yang dikumpulkan oleh Alphonse Minganaseorang Imam Kasdim (Chaldeans) yang lahir dekat Mosul, Irak pada 1920-an.

Upayanya mengumpulkan naskah-naskah kuno di Timur Tengah disponsori oleh Edward Cadbury -- jutawan yang menjadi bagian dari dinasti pembuat cokelat terkenal dunia.
Hingga suatu hari, seorang peneliti doktoral atau PhD menelaah lebih dekat laman-laman dalam manuskrip tersebut, ia memutuskan untuk melakukan uji penanggalan radiokarbon (radiocarbon dating). Tak dinanya, hasilnya amat mencengangkan.
Uji penanggalan radiokarbon mengungkap, naskah kuno tersebut setidaknya berusia 1.370 tahun. Menjadikannya salah satu Alquran versi paling awal. Manuskrip tersebut ditulis dengan huruf Hijazi -- versi awal huruf Arab.
Ahli dari Perpustakaan Inggris atau British Library, Dr Muhammad Isa Waley mengatakan, temuan menarik tersebut pasti akan membuat umat Muslim, "bersukacita".

Direktur koleksi khusus University of Birmingham, Susan Worrall mengatakan, para peneliti sama sekali tak mengira usia naskah Alquran tersebut begitu sepuh. Bahkan 'dalam impian terliar' mereka sekalipun.

"Mengetahui bahwa kami memiliki salah satu fragmen Alquran tertua di muka Bumi, rasanya sungguh luar biasa," kata dia seperti dimuat BBC, Rabu (22/7/2015).

Uji radiokarbon, yang dilakukan Oxford University Radiocarbon Accelerator Unit menguak, fragmen -- yang ditulis di atas lembaran kulit domba atau sapi, adalah salah satu teks tertua Alquran yang selamat dari perubahan zaman.

Hasil tes tersebut menyarankan sejumlah kemungkinan, yang menunjukkan probabilitas 95 persen bahwa perkamen tersebut berasal dari masa 568 dan 645 Masehi.
Uji radiokarbon memang menghasilkan berbagai kemungkinan usia, yang tumpang tindih. Jadi, tak mungkin untuk mengklaim bahwa naskah tersebut adalah yang tertua di dunia. Namun, penanggalan Alquran koleksi University of Birmingham -- 645 -- membuatnya menjadi salah satu yang paling kuno.
"Naskah tersebut membuat kita melakukan napak tilas ke masa-masa awal berdirinya agama Islam," kata David Thomas, dosen pengetahuan tentang Kristen dan Islam di University of Birmingham.

"Menurut keyakinan Muslim, Nabi Muhammad menerima wahyu yang kemudian dibukukan dalam Alquran, antara tahun 610 dan 632 -- ketika beliau wafat."


Alquran dari Masa Nabi Muhammad?

Profesor Thomas mengatakan, berdasarkan data penanggalan radiokarbon, dimungkinkan orang yang menulis naskah tersebut hidup di masa yang sama dengan Rasulullah.

"Sosok yang menulis naskah tersebut mungkin mengenal sosok Nabi Muhammad. Ia mungkin bertemu dengan Sang Rasul, mungkin juga mendengar langsung syiarnya. Penulis itu bisa jadi mengenal sosok Nabi secara pribadi," kata dia.

Sang profesor menambahkan, di masa itu, sejumlah ayat-ayat Alquran ditulis di perkamen, batu, daun lontar, dan tulang belikat unta, hingga akhirnya dibukukan dalam versi final yang rampung disusun pada tahun 650 Masehi.

"Bagian-bagian dari Alquran yang ditulis dalam perkamen tersebut bisa jadi -- dengan tingkat keyakinan tertentu -- berasal dari masa kurang dari 2 dekade setelah wafatnya Nabi Muhammad.

"Bagian-bagian tersebut dalam formasi yang sangat dekat dengan bentuk Alquran saat ini. Hal itu mendukung keyakinan bahwa kitab suci tersebut mengalami perubahan sedikit, bahkan tak ada sama sekali," tambah Thomas.

Sementara itu, Dr Muhammad Isa Waley, kurator naskah serupa di British Library mengatakan, "naskah 2 lembar tersebut, yang ditulis tangan dengan huruf Hijazi yang indah, hampir bisa dipastikan berasal dari masa 3 khalifah: Abu Bakar, Umar bin Khatab, dan Usman bin Affan." Antara tahun 632 dan 656.

Dr Waley menambahkan, di bawah kepemimpinan khalifah Usman bin Affan, salinan Alquran mulai didistribusikan. Tak semua ditulis dalam lembaran kulit hewan yang awet.

"Masyarakat Muslim kala itu tak cukup mampu untuk menyediakan tumpukan kulit hewan untuk dibuat menjadi kopian Alquran dalam jumlah besar," kata dia.

Ia berpendapat, manuskrip yang ditemukan University of Birmingham adalah 'salinan berharga yang selamat' dari masa itu. Atau bisa juga lebih awal.
"Dalam banyak hal, dengan keindahan isi dan tulisan Hijazi, yang secara mengejutkan masih jelas terbaca, itu adalah kabar baik yang membuat Umat Muslim bersuka cita."

Tak hanya para ilmuwan yang bersuka ria, komunitas Muslim Inggris setempat juga mengaku bahagia. Apalagi, pihak universitas mengatakan, naskah kuno tersebut akan dipamerkan untuk umum.

"Saat melihat naskah tersebut, hatiku tergetar. Air mata kebahagiaan dari emosi jiwa yang meluap tergenang di mataku. Saya yakin, semua orang di seluruh Inggris akan datang ke Birmingham untuk menyaksikannya," kata  Muhammad Afzal, pemimpin Birmingham Central Mosque.

Sementara itu, Profesor Thomas mengatakan, pihaknya akan menunjukkan pada orang-orang di Birmingham bahwa mereka memiliki "harta yang tidak ada duanya". Sebuah Alquran yang mungkin menjadi yang tertua yang pernah ditemukan hingga saat ini.


Credit  Liputan6.com





Korut Persiapkan Peluncuran Rudal Jarak Jauh

Misil Unha-3 milik Korut yang diluncurkan pada Desember 2012 untuk membawa satelit ke luar angkasa. (Foto: Reuters/KCNA)
Misil Unha-3 milik Korut yang diluncurkan pada Desember 2012 untuk membawa satelit ke luar angkasa. (Foto: Reuters/KCNA)
PYONGYANG  (CB) – Korea Utara (Korut) dilaporkan tengah membangun menara misil baru untuk persiapan peluncuran rudal jarak jauh pada Oktober mendatang.
Menara misil yang baru dibangun itu dikabarkan akan mampu menembakkan rudal dengan jarak yang lebih jauh dari roket Unha-3 yang diluncurkan pada uji coba Desember 2012 lalu. Korut diduga akan meluncurkan rudal tersebut untuk memperingati 70 tahun pendirian Partai Pekerja yang jatuh pada 10 Oktober.
“Menurut penilaian kami, Korut akan menggunakan menara peluncur misil Tongchang-ri yang baru saja ditingkatkan untuk menembakkan rudal jarak jauh yang lebih besar dari Unha-3,” demikian dilaporkan sumber Pemerintah Korea Selatan (Korsel) sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (22/7/2015).
Kementerian Pertahanan Korsel belum mengonfirmasi laporan tersebut dan akan memastikannya terlebih dahulu.
Korut diyakini sedang mengambangkan misil balistik antar benua yang membuat mereka diberikan sanksi oleh PBB. Namun, sejauh ini sanksi tersebut tidak dihiraukan oleh negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu.


Credit  Okezone

Rusia Akan Beli Pesawat Amfibi 'Pemusnah' Kapal Selam Musuh

Pesawat Be-200 ES Rusia saat Atraksi di Paris Air Show. Rusia Ingin Beli Pesawat Amfibi Be-200 'Pemusnah Kapal Selam Musuh (Foto: Reuters)
Pesawat Be-200 ES Rusia saat Atraksi di Paris Air Show. Rusia Ingin Beli Pesawat Amfibi Be-200 'Pemusnah Kapal Selam Musuh (Foto: Reuters)
MOSKOW (CB) - Angkatan Laut Rusia berencana untuk membeli pesawat amfibi Be-200 “pemusnah” kapal selam musuh. Rencana itu akan diwujudkan tahun 2020 mendatang.
Pesawat amfibi Be-200 bertujuan untuk menggantikan armada Angkatan Laut Rusia yang sudah usang. Rencana itu dilaporkan media Rusia, RIA Novosti yang mengutip sumber di Angkatan Laut Rusia, semalam.
”Otoritas Angkatan Laut telah memutuskan bahwa perlu untuk membeli konfigurasi anti-kapal selam, yakni pesawat amfibi Be-200 untuk tahun 2020. Pesawat itu untuk mencari, mendeteksi dan menghancurkan kapal selam (musuh),” kata pejabat Angkatan Laut Rusia yang berbicara dengan syarat anonim.
Rencana Kremlin untuk membeli pesawat amfibi Be-200 pertama kali terungkap pada 2013. Saat itu, rencananya Rusia akan membeli enam unit. Tapi, belum jelas apakah pesawat amfibi yang akan dibeli itu akan dilengkapi fasilitas anti-kapal selam atau tidak, sebab pejabat Angkatan Laut Kremlin saat itu tidak menjelaskan inovasi teknologi dari pesawat amfibi itu.
Awal bulan ini, Russian Helicopters, sebuah perusahaan manufaktur pertahanan Rusia mengumumkan rencananya untuk memperbaharui produksi helikopter militer Mi-14. Produk alutsista Rusia itu juga disebut-sebut berteknologi amfibi dan pernah digunakan untuk dinas militer sebelum Soviet runtuh awal 1990-an.
Presiden Rusia, Vladimir Putin telah berjanji bahwa Kremlin akan menghabiskan dana lebih dari 21 triliun rubel, atau sekitar USD340 miliar untuk memodernisasi militer pada tahun 2020.
Namun, beberapa hari lalu, Wakil Menteri Pertahanan Rusia, Yuri Borisov melapor kepada Presiden Vladimir Putin bahwa militer Rusia gagal memenuhi rencananya untuk melengkapi angkatan bersenjata Rusia dengan senjata modern.
Penyebab kegagalan itu karena ekonomi Rusia sedang “sakit” akibat dijatuhi sanksi oleh negara-negara Barat. ”Alasan objektif untuk kegagalan dalam memenuhi pesanan pengadaan pertahanan negara termasuk pembatasan pasokan suku cadang dan bahan impor, terkait dengan sanksi, penghentian produksi dan hilangnya berbagai teknologi,” kata Borisov.



Credit  Okezone

Menguak Sejarah 'Salam Nazi' Keluarga Kerajaan Inggris

Menguak Arti 'Salam Nazi' Keluarga Kerajaan Inggris (Foto: BBC)
Menguak Arti 'Salam Nazi' Keluarga Kerajaan Inggris (Foto: BBC)
LONDON (CB) - Foto hitam putih kabur yang menunjukkan Ibu Suri, Edward VIII, dan Ratu Elizabeth melakukan salam hormat ala Nazi mungkin mengejutkan. Tapi apa konteks sejarah di belakangnya?
Tanggal pasti dari rekaman selama 17 detik itu masih tak jelas -tapi sepertinya diambil pada 1933 atau 1934. Nazi mulai berkuasa pada Januari 1933.
Tentu saja, Ratu Elizabeth saat itu masih anak-anak sehingga ia bisa lepas dari kritikan, tapi kenapa orang-orang dewasa terlihat melakukan salam hormat itu?
"Masa itu masih sangat awal," kata Julie Gottlieb, pengajar sejarah modern senior di Sheffield University dan penulis Guilty Women: Foreign Policy and Appeasement in Inter-War Britain.
Pada masa itu, ia menjelaskan, beberapa elemen aristokrat tak mau berprasangka dengan rezim baru tersebut. Gottlieb berargumen bahwa Nazi berupaya keras untuk merangkul kelas penguasa di Inggris.
Ada berbagai tur perjalanan yang diatur secara seksama untuk bangsawan dan anggota parlemen Inggris. "Aristokrat diundang ke rapat akbar di Nuremberg dan selalu diberi perlakuan istimewa," katanya.
Pada 1934, Daily Mail dan Daily Mirror menerbitkan tajuk utama yang mendukung fasis Inggris Sir Oswald Mosley. Sebagian besar dari elite penguasa Inggris bersimpati pada fasisme, menurut sejarawan budaya Christopher Cook.
Selalu ada kecurigaan tentang kecenderungan politik Edward VIII, terutama karena kedekatannya dengan Hitler. Tapi tak pernah ada keraguan akan Ibu Suri.
Sulit untuk mengetahui apakah keluarga kerajaan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Jerman pada awal 1930-an.
"Ibu Suri tak akan tahu banyak tentang Hitler pada masa itu karena dia baru saja naik tampuk kekuasaan," kata sejarawan kerajaan Hugo Vickers.
"Ibu Suri adalah figur utama Perang Dunia II, mengenakan pakaian seperti rakyat biasa, dan mengutamakan kedamaian," katanya. "Ibu Suri tak suka dengan ajaran Nazi."
Gestur dari video itu di masa lalu tampak lebih ambigu dibanding sekarang. "Bahkan ini belum tentu salam hormat Nazi," kata Vickers, karena mirip dengan salam hormat fasis Italia dan pada bendera Amerika atau salam hormat Bellamy.
Namun, yang lain berpendapat bahwa Pangeran Edward (atau Edward VIII) dan Duchess of York (atau Ibu Suri) sangat sadar akan apa yang sedang mereka lakukan.
Karina Urbach dari Institute of Historical Research di University of London dan penulis Go-Betweens for Hitler mengatakan bahwa Ibu Suri pasti sudah melihat salut Nazi saat mengunjungi Italia pada 1930 dan Jerman pada 1928.
Keluarga kerajaan juga memiliki banyak kerabat Jerman dan orang-orang penting pada masa itu juga menerima penjelasan dari kantor Kementerian Luar Negeri, kata Cook.
Namun, detail yang kabur akan popularitas Partai Nazi mungkin tak sepenting akan ancaman lebih besar yang mereka pikir akan datang. Banyak keluarga kerajaan melihat fasisme partai Nazi adalah solusi dari ketakutan mereka, kata Urbach.
"Banyak orang pada 1930an percaya bahwa mereka hidup di tengah perang ideologi. Pilihannya antara komunisme atau fasisme dan kita harus mendukung fasisme," kata Urbach.
Pangeran Edward juga "terobsesi" dengan pembunuhan sepupu-sepupunya keluarga Romanov di Rusia, katanya. Sama seperti kebanyakan penduduk, keluarga kerajaan juga masih trauma dengan kengerian Perang Dunia I.
Menurut Gottlieb, ada pemahaman dan simpati akan Jerman pada waktu itu. Ikatan antara dua negara juga "personal dan nyata dan membudaya".
Keluarga kerajaan saat itu, menurutnya, pro-penyerahan kekuasaan. "Kebijakan itu tak berarti pro-Jerman meski kebijakan tersebut memaklumi dan menyembunyikan banyak dampak-dampaknya."
Namun pro-penyerahan kekuasaan adalah pemikiran banyak politisi serta sentimen publik.
Menurut para sejarawan, aksi Ibu Suri dan Raja Edward VIII, saat itu masih Pangeran Edward, melakukan salam hormat Nazi mungkin bisa dijelaskan dengan mudah.
"Hitler sering diejek dan selalu ada di koran dan kartun dan dia menjadi objek candaan, dan salam hormat itu adalah kekhasannya," kata Gottlieb. "Tak mengherankan untuk meniru gayanya hanya untuk lucu-lucuan."
Debat akan tepat atau tidaknya merilis rekaman tersebut tentu akan berlanjut, serta tentang bagaimana rekaman tersebut bisa dikirim ke koran, tapi sebagian berpikir bahwa rekaman ini tak akan memberi informasi mendalam dari apa yang selama ini sudah diketahui tentang sikap keluarga kerajaan pada periode tersebut.
"Insting saya, ini adalah kekonyolan yang tidak dipikir baik-baik yang menjadi lebih konyol karena menjadi bagian dari arsip Windsor yang tertutup, yang tidak kita ketahui," kata Cook, sebagaimana dikutip dari BBC, Rabu (22/7/2015).



Credit  Okezone


Insiden Lillehammer, Kasus Salah Bunuh Agen Mossad

Insiden Lillehammer, Kasus Salah Bunuh Agen Mossad
Uri Brodsky (tengah) anggota Mossad di Polandia (7/7). AP/Czarek Sokolowski
 
 
CB, Jakarta - Pada 21 Juli 1973, dua orang agen dari unit penyerang badan intelijen Israel, Mossad, keluar dari Volvo abu-abu di Jalan Storgten di Lillehammer, Norwegia. Mereka langsung mengarahkan moncong senjatanya ke arah pria muda yang baru keluar dari bioskop bersama pacarnya yang sedang hamil. Empat belas peluru dilepaskan, meskipun penembak sama sekali tak menyakiti wanita di sebelahnya.

Seperti dilansir situs Daily Beast edisi 21 Juli 2015, para agen Mossad itu dikirim ke Lillehammer untuk membunuh Ali Hassan Salameh, pemimpin kelompok militan Palestina 'Black September' yang dianggap sebagai dalang pembunuhan 11 atlet Israel pada Olimpiade Munich tahun 1972.

Salah satu agen yang terlibat dalam tim penyerang adalah Sylvia Rafael. Agen perempuan itu sebenarnya terlihat gelisah atas kelangsungan misinya dan ia juga tak begitu yakin bahwa orang yang menjadi targetnya ini adalah benar-benar Salameh. Sebab, pria yang mereka ikuti itu tidak sekalipun terlihat berbalik untuk melihat apakah ada agen musuh yang mengikutinya.

Namun, Sylvia tidak membatalkan serangan itu. Sebanyak 14 peluru ditembakkan dan membuat korbannya tewas seketika. Baru belakangan ia mengetahui bahwa pemuda yang tergeletak mati di batu-batuan itu adalah orang tak bersalah. Ia adalah pelayan berkebangsaan Maroko bernama Ahmed Bouchiki, bukan Salameh.

Pembunuhan Bouchiki memicu kecaman internasional. Tak berselang lama, Sylvia dan lima anggota timnya ditangkap dan diadili di pengadilan Norwegia. Sylvia dihukum dengan pasal pembunuhan berencana, spionase, serta penggunaan dokumen palsu, dan dijatuhi hukuman lima setengah tahun di sebuah penjara di Oslo. Pada tahun 1975, dia dibebaskan setelah menjalani hukuman lima belas bulan penjara.

Kisah hidup Sylvia, dan juga Lillehammer Affair ini, dikisahkan oleh Moti Kfir dalam buku Sylvia Rafael: The Life and Death of a Mossad Spy. Moti adalah orang yang merekrut dan mengawasi pelatihan Sylvia. Setelah keluar dari penjara, perempuan kelahiran Afrika Selatan itu menolak kembali ke Mossad dan memilih tinggal di Norwegia dan menikah dengan Annaeus Schjødt, mantan pengacaranya. Pasangan ini lantas pindah ke Afrika Selatan bersama anak-anaknya. Sylvia meninggal karena kanker pada 9 Februari 2005.

Menurut The Daily Beast, kasus Lillehammer ini menunjukkan luasnya jangkauan tindakan Israel untuk mempertahankan diri, yang tentu juga menghadapi konsekuensi atas kesalahan yang dilakukannya. Situs berita berbasis di Amerika Serikat itu mengaitkan kasus Lillehammer ini dengan sikap Israel atas kesepakatan nuklir Iran dengan enam negara besar dunia --Amerika Serikat, Rusia, Cina, Inggris, Prancis dan Jerman-- pada 14 Juli 2015 lalu.

Di tengah kesepakatan nuklir Iran, kata The Daily Beast, penting untuk diingat bahwa Israel memiliki sejarah bahwa tindakan badan intelijennya terbukti mendukung sikap Perdana Menteri-nya. Soal kesepakatan nuklir Iran ini, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa "kita akan selalu mempertahankan diri."

Credit  TEMPO.CO


Indonesia Kecam Pemboman Saat Idul Fitri di Turki

Bom menewaskan 31 orang di kota Suruc yang berbatasan dengan Suriah.

Indonesia Kecam Pemboman Saat Idul Fitri di Turki
Kerabat korban pengeboman di kota Suruc, Turki menangis di atas peti mati jenazah yang akan dimakamkan di pemakaman di Gaziantep, Turki. (21/07/2015) (REUTERS/Stringer) 
CB - Pemerintah Indonesia mengecam serangan bom bunuh diri yang terjadi di kota Suruc, Turki, pada Senin siang, 20 Juli 2015. Akibat tindakan keji di kota yang berbatasan dengan Suriah itu, menewaskan 31 orang. 

Demikian isi keterangan tertulis yang dikutip dari situs resmi Kementerian Luar Negeri, Rabu 22 Juli 2015. Pemerintah Indonesia menyampaikan duka cita dan simpati mendalam kepada rakyat dan Pemerintah Turki. 

"Terjadinya serangan teror di saat umat Islam masih merayakan Idul Fitri menunjukkan pelaku teror tidak memiliki hati nurani dan tidak mewakili ajaran agama mana pun. Pemerintah Indonesia akan terus bekerja sama dengan masyarakat internasional untuk memerangi berbagai kelompok gerakan radikal," ujar Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi. 

Menurut informasi yang dikumpulkan oleh KBRI Ankara, Turki, belum ada laporan mengenai warga Indonesia yang menjadi korban. KBRI Ankara masih terus mengumpulkan informasi dan berkoordinasi dengan aparat setempat dan komunitas warga Indonesia di Turki. 

Bagi WNI yang ingin memberikan atau memperoleh informasi bisa menghubungi kontak KBRI Ankara melalui Fahmi Aris Innayah dan Dyah L. Asmarani di nomor +905 2325 2298

Sementara, pejabat berwenang Turki menduga aksi pengeboman itu didalangi oleh kelompok Islamic State of Iraq and al Sham (ISIS). Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, mengatakan telah berhasil memperoleh identitas tersangka pengeboman. 

Dikutip dari Reuters, Selasa, 21 Juli 2015, otoritas berwenang kini tengah meminta keterangan kerabat tersangka. 



Credit  VIVA.co.id

Baghdadi Serahkan Kewenangan Penuh ke Dewan Syuro ISIS


Baghdadi Serahkan Kewenangan Penuh ke Dewan Syuro ISIS Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin ISIS, telah memberikan mandat kepada Dewan Syuro untuk melakukan langkah apapun demi melawan pasukan Irak dan Amerika Serikat. (Reuters/Stringer)
 
 
Raqqa, CB -- Pemimpin kelompok militan radikal Islam ISIS Abu Bakr al-Baghdadi berencana melanggengkan kekuasaan kelompoknya dengan memberikan kewenangan kepada Dewan Syuro.

Diberitakan The New York Times, Senin (20/7), kewenangan tersebut diberikan oleh Baghdadi sebagai langkah antisipasi jika ke depan dirinya atau petinggi ISIS lainnya meninggal dunia.

Kebijakan Baghdadi ini memperluas kewenangan Dewan Syuro, yang juga menaungi sejumlah bidang seperti perang, keuangan, keagamaan dan lain-lain, untuk mengambil langkah apapun yang dirasa perlu demi melawan intelijen Irak dan Amerika.

Selama ini, gempuran dan perlawanan dari tentara Irak dan koalisi serangan udara yang dipimpin oleh Amerika Serikat cukup memberangus sejumlah wilayah pendudukan ISIS di Irak dan Suriah.

Beberapa petinggi ISIS dilaporkan tewas dalam serangan tersebut, namun ISIS membantah kabar itu dan menyatakan bahwa petinggi mereka masih hidup.

Formasi ISIS di bawah kepemimpinan Baghdadi yang disokong oleh dua kekuatan besar semakin menunjukan kepada dunia bahwa ISIS tidak mudah dihancurkan.

Dua basis besar yang menyokong kekuatan ISIS berasal dari basis al-Qaidah di Irak yang telah teruji militansinya ketika bertempur melawan pasukan Amerika, dan mantan pasukan Baath di bawah kepemimpinan Saddam Hussein yang ahli dalam bidang organisasi, intelijen dan keamanan internal.

Saat ini, ISIS memperluas pengaruh mereka di negara Afrika Utara dengan memanfaatkan kekacauan dan kekosongan keamanan seperti yang terjadi di Irak dan Suriah.

Salah satu wilayah yang kini menjadi target pendudukan ISIS adalah Libya. Puluhan orang di Libya telah menjadi korban pemenggalan militan ISIS.

Selain itu, militan ISIS juga kerap menyerang misi warga asing yang sedang berada di ibu kota Tripoli dan bertempur melawan pasukan militer setempat.



Credit  CNN Indonesia

Abu Bakr al-Baghdadi Larang Produksi Video Eksekusi ISIS


Abu Bakr al-Baghdadi Larang Produksi Video Eksekusi ISIS  
Abu Bakr al-Baghdadi mengeluarkan larangan produksi video eksekusi oleh ISIS karena dinilai mengganggu umat Muslim dan menakuti anak-anak. (Al-Furqan Media/Anadolu Agency/Getty Images)
 
Damaskus, CB -- Pemimpin kelompok radikal Islam, ISIS, dilaporkan melarang produksi video eksekusi setelah sebelumnya merilis rekaman tentara Suriah yang dipenggal oleh seorang bocah.

Pemenggalan petinggi tentara Suriah ini dilakukan oleh militan ISIS yang merupakan anak laki-laki. Anak yang menamakan diri sebagai 'Kalifah pemula' ini melakukan pemenggalan di kota Palmyra, menurut laporan dari Pengamat Suriah untuk HAM basis Inggris (SOHR).


Dalam video pemenggalan tersebut, anak laki-laki ini mengatakan bahwa ISIS tidak hanya akan menduduki kota-kota di Suriah seperti Homs dan Damaskus, tetapi juga Yerusalem dan Roma.

Anak tersebut kemudian memenggal kepala tentara Suriah dan meletakannya di dekat tubuh tentara itu.

ISIS telah memproduksi puluhan video yang memperlihatkan para pejihadnya memenggal tahanan mereka, baik itu laki-laki, perempuan ataupun anak-anak.

Namun, pemenggalan yang dilakukan oleh anak laki-laki ini menjadi yang pertama yang pernah dilakukan oleh ISIS dan dipertunjukkan kepada publik.

Diberitakan Russian Today, Minggu (19/7), kantor berita Suriah ARA News mengklaim pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi memerintahkan produksi video eksekusi harus dihentikan.

Dalam surat resmi yang dikirimkan ke pejihad yang mengelola media, Baghdadi mengatakan video-video seperti itu mengganggu umat Muslim dan mungkin akan memuakkan serta menakutkan bagi anak-anak.

Perintah yang belum bisa diverifikasi ini membuat militan ISIS terpecah, menurut kantor berita tersebut.

Namun, beberapa orang di Timur Tengah mengatakan bahwa pelarangan yang dikeluarkan Baghdadi hanya berlaku untuk video-video amatir ISIS yang diambil melalui kamera telepon genggam.

ISIS diketahui sangat aktif mempromosikan pengaruhnya melalui media sosial. Video-video eksekusi 'resmi' ISIS dibuat dan diedit secara profesional sehingga menimbulkan efek menakutkan yang jauh lebih mencolok.


Credit  CNN Indonesia

Inggris Larang Umat Islam Hidup Berkelompok


Inggris Larang Umat Islam Hidup Berkelompok  
Perdana Menteri Inggris David Cameron melancarkan strategi untuk mencegah ekstremisme dan radikalisme, salah satunya melarang umat Islam hidup berkelompok. (Reuters/Suzanne Plunkett)
 
 
Birmingham, CB -- Komunitas Muslim di Inggris tidak lagi diperbolehkan hidup berkelompok dan harus membaur dengan masyarakat sekitar. Menurut Perdana Menteri Inggris David Cameron hal tersebut merupakan salah satu cara mengatasi ekstremisme di negara itu.

Ide itu disampaikan Cameron dalam pidatonya, Senin (20/7), yang mengungkapkan strategi pemerintah dalam menangkal fundamentalisme yang disebutnya sebagai "ideologi beracun". Untuk mencegah Muslim hidup berkelompok, eksklusif dan memisahkan diri, kata Cameron, sekolah dan perumahan dengan populasi umat Islam yang besar harus bersatu dengan komunitas kulit putih di wilayah itu.

Dia mengatakan, sekolah harus mengintegrasikan pengajaran antara Muslim dan warga agama lainnya, serta berbagi fasilitas untuk memastikan keberagaman tercipta di sebuah kelas.


Selain itu, dia akan memerintahkan pemeriksaan pembangunan perumahan untuk memastikan tidak ada permukiman yang warganya hanya terdiri dari satu latar belakang etnis minoritas.

"Tidak benar jika seseorang tumbuh besar dan bersekolah namun tidak pernah melakukan kontak yang berarti dengan masyarakat dari latar belakang dan keyakinan yang berbeda. Hal itu tidak memberikan rasa saling memiliki dan kesepahaman, tapi memecah masyarakat," kata Cameron dalam pidatonya di Ninestiles Academi di Birmingham, dikutip dari The Independent.

Sebelumnya pemerintah Inggris mengatakan bahwa Cameron telah memprioritaskan waktu lima tahun untuk mengatasi radikalisme dan ekstremisme di negara itu. Dalam strateginya, Cameron tidak hanya mengandalkan polisi serta pengadilan, tapi juga mencari cara menyelesaikan masalah dari akar terciptanya radikalisasi.

Cameron memaparkan empat langkah kunci untuk mengatasi ekstremisme, yaitu melawan ideologi ISIS, menghambat proses radikalisasi, memastikan aspirasi Muslim moderat terdengar dan mengatasi krisis identitas yang dialami oleh warga Muslim kelahiran Inggris.

Dia juga menegaskan bahwa warga Inggris "harus tidak toleran" terhadap mereka yang merusak "nilai-nilai liberal dasar" seperti "persamaan hak, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau keyakinan," walaupun mereka tidak melakukan kekerasan.

Ditolak organisasi Islam

Langkah cameron ini menuai kontroversi dengan penolakan dari berbagai organisasi Islam di Inggris. Menurut Ramadhan Foundation, rencana Cameron melarang Muslim hidup berkelompok memunculkan pemahaman yang kabur soal ektremisme dan terorisme.

Ramadhan Foundation mengatakan, Cameron telah menyamakan integrasi dan persatuan umat Islam dengan ekstremisme dan terorisme, padahal tidak demikian.

Mohammed Shafiq, kepala eksekutif Ramadhan Foundation, bahkan mengatakan bahwa perkataan Cameron kontradiktif. Salah satunya adalah anjuran agar Muslim menjunjung kebebasan berbicara, namun di sisi lain melarang umat Islam menentang persamaan terhadap kaum gay.

Padahal, penentangan terhadap homoseksual adalah salah satu bentuk kebebasan berbicara juga yang tidak bisa dianggap sikap ekstrem karena sesuai dengan nilai-nilai yang dianut Inggris.

Penentangan lainnya datang dari organisasi Muslim Council of Britain, MCB, yang mengatakan Cameron terlalu sederhana memahami ekstremisme. Menurut Miqdaad Versi, asisten sekretaris jenderal MCB, Cameron telah salah mengatakan bahwa ideologi adalah akar permasalahan ekstremisme, tanpa melihat dari riset akademis yang menunjukkan banyak faktor penyebab lainnya.

Miqdaad mengatakan bahwa pandangan ekstremis harus diberikan ruang mengudara atas dasar kebebasan berbicara, bukannya dibungkam. Dengan cara ini, kata Miqdaad, pemerintah dan umat Islam lainnya bisa "melawan pemikiran itu dan mencegahnya bergerak di bawah tanah."

Credit  CNN Indonesia


Filipina Bangun Pangkalan Militer Dekat Laut Sengketa


Filipina Bangun Pangkalan Militer Dekat Laut Sengketa Pangkalan militer baru Filipina di Teluk Subic akan mengarah langsung ke perairan yang diperebutkan dengan China. (Reuters/Lorgina Minguito)
 
 
Manila, CB -- Militer Filipina berencana membangun pangkalan jet tempur dan kapal perang di tempat bekas markas angkatan laut Amerika Serikat. Lokasi ini menghadap langsung dengan Laut China Selatan yang dipersengketakan dengan China.

Diberitakan AsiaOne, Senin (20/7), juru bicara Kementerian Pertahanan Filipina Arsenio Andolong mengatakan, pangkalan militer baru Filipina ini terletak di Teluk Subic, sekitar 200 kilometer dari laut sengketa yang kini diduduki China.

Andolong melanjutkan, di pangkalan itu nantinya akan ditempatkan pesawat jet FA-50 dan beberapa kapal tempur.

"Tempat ini ideal: memiliki pelabuhan laut dalam, dan landasan pacunya sempurna untuk FA-50," ujar Andolong.

Sebelumnya pekan lalu pemerintah Manila memang mengatakan akan membuka kembali pangkalan militer di Teluk Subic. Tempat ini sebelumnya telah ditutup selama lebih dari dua dekade setelah menjadi salah satu pangkalan militer terbesar AS di luar negeri.

Untuk pertama kalinya militer Filipina akan menggunakan tempat ini usai menandatangani kesepakatan peminjaman dari pemerintah selama 15 tahun. Rencananya, pangkalan itu akan menjadi markas armada baru yang akan didatangkan dalam beberapa tahun ke depan sebagai bagian dari program modernisasi alutsista.

Pengiriman pertama sekitar 12 jet tempur FA-50 dijadwalkan dilakukan tahun ini, dan 10 lainnya akan dikirim dalam dua tahun, ujar Andolong. Militer Filipina juga akan membeli kapal fregat baru, namun belum memastikan dari mana akan membelinya.

Saat ini Teluk Subic menjadi pelabuhan komersial dan tempat pariwisata yang mengarah ke Laut China Selatan, perairan yang diperebutkan Filipina, China, Brunei, Malaysia, Vietnam dan Taiwan.

Andolong tidak menampik pemilihan Teluk Subic sebagai pangkalan militer karena konflik laut sengketa dengan China. Selain itu dia mengatakan, alasan lainnya adalah kedekatan wilayah itu dengan Scarborough Shoal- wilayah dangkal di Laut China Selatan yang diyakini kaya sumber daya laut- yang kini diduduki China.

Belum ada respons dari China terkait langkah Filipina ini.

Untuk menandingi China di laut sengketa, Filipina telah meningkatkan kemampuan militernya dan memperkuat hubungan pertahanan dengan Amerika Serikat sebagai sekutu dekat.

Andolong mengatakan bahwa kapal AS tetap akan berlabuh dan melakukan latihan militer di Filipina. Namun Manila menegaskan, Teluk Subic tidak akan digunakan sebagai pangkalan AS lagi.


Credit  CNN Indonesia

Korut tidak mau ikut-ikutan Iran soal perundingan nuklir


Korut tidak mau ikut-ikutan Iran soal perundingan nuklir
Seorang tentara berjaga di depan roket Unha-3 yang berada di atas landasan di Situs Peluncuran Satelit Laut Barat, di sebelah barat laut Pyongyang, Korea Utara pada foto 8/4/2012) (arsip/REUTERS/Bobby Yip)
 
 
Seoul (CB) - Pemerintah Korea Utara menyatakan sama sekali tidak berminat  mengikuti langkah Iran berdialog untuk kesepakatan nuklir.

Korut mengemukakan sudah memiliki senjata nuklir karena itu keadaannya tidak dapat dibandingkan dengan Iran.

Satu pekan lalu tercapai kesepakatan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Inggris, Prancis, dan Jerman.

Kesepakatan itu mencabut sanksi yang melumpuhkan perekonomian Iran dan negara itu membatasi program nuklirnya.

 Pemerintah Korut menolak berbagai masukan agar mereka mengikuti langkah Iran.

Korea Utara "tidak tertarik sama sekali dengan dialog yang membahas isu untuk membekukan atau membongkar nuklir Korut secara sepihak," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara, Selasa.

"Tidak logis untuk membandingkan kesepakatan nuklir Iran dengan situasi (Korea Utara) yang terkena dampak tindakan provokatif militer yang konstan dan bermusuhan serta ancaman nuklir terbesar AS," ujar juru bicara itu kepada kantor berita resmi Korut KCNA.

Iran dan Korea Utara, yang merupakan sekutu sejak revolusi Islam Iran pada 1979, telah dikenakan sanksi ekonomi yang sulit terkait dengan program nuklir kontroversial kedua negara itu.

Kesepakatan nuklir yang dicapai dengan Iran disebut-sebut oleh beberapa negara sebagai cetak biru yang mungkin akhirnya dapat digunakan dalam negosiasi dengan Korea Utara.

Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman mengatakan dia berharap kesepakatan nuklir Iran itu akan membuat Pemerintah Korea Utara "berpikir kembali" tentang keberadaan nuklir di negaranya.

Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan keberadaan nuklir di Iran dan di Korut merupakan dua situasi yang "sangat berbeda".

"Korea Utara adalah negara bersenjata nuklir, baik dari segi nama maupun realitas, dan Korut memiliki kepentingan sebagai negara bersenjata nuklir," kata juru bicara itu.

Korea Utara telah melancarkan tiga uji coba nuklir yang sukses pada 2006, 2009 dan 2013.

Pembicaraan antar-enam-negara untuk mengekang ambisi nuklir Korut - yang melibatkan kedua Korea, AS, Tiongkok, Rusia dan Jepang - telah terlupakan sejak Pemerintah Korut mengeluarkan diri dari pembicaraan itu pada 2009.


Credit  ANTARA News



Korea Utara ogah kesepakatan nuklir gaya Iran

Korea Utara ogah kesepakatan nuklir gaya Iran
Dokumentasi Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, tersenyum saat mengikuti sesi latihan terbang oleh dua perempuan pilot mereka, Jo Kum Hyang dan Rim Sol, dalam foto tanpa tanggal dari Kantor Pusat Berita Korea Utara (KCNA), Senin (22/6/15). Kim terkenal jarang memberi pernyataan kepada pers. (REUTERS/KCNA)
... baik dari segi nama maupun realitas, dan Korea Utara memiliki kepentingan sebagai negara bersenjata nuklir...
Seoul (CB) - Pyongyang tidak tertarik sama sekali mengikuti Iran menempuh jalan dialog untuk kesepakatan nuklir, dan bersikeras negara komunis dengan politik isolasi itu memang sudah memiliki senjata nuklir maka keadaanya tidak dapat dibandingkan secara logis dengan Iran.

Satu pekan setelah kesepakatan nuklir bersejarah yang melancarkan jalan mencabut sanksi yang melumpuhkan perekonomian Iran dalam pertukaran untuk membatasi program nuklirnya, Pyongyang menolak berbagai masukan bahwa negara itu mungkin dapat mengikuti langkah Iran.

"Korea Utara tidak tertarik sama sekali dengan dialog yang membahas isu untuk membekukan atau membongkar nuklir Korea Utara secara sepihak," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara, Selasa.

"Hal tidak logis membandingkan kesepakatan nuklir Iran dengan situasi (Korea Utara) yang terkena dampak tindakan provokatif militer konstan dan bermusuhan serta ancaman nuklir terbesar Amerika Serikat," ujar juru bicara itu kepada kantor berita resmi Korut KCNA.

Iran dan Korea Utara, yang merupakan sekutu sejak revolusi Islam Iran pada 1979, telah dikenakan sanksi ekonomi yang sulit terkait dengan program nuklir kontroversial kedua negara itu.

Kesepakatan nuklir yang dicapai dengan Iran disebut-sebut beberapa negara cetak biru yang mungkin akhirnya dapat digunakan dalam negosiasi dengan Korea Utara.

Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Wendy Sherman, berharap kesepakatan nuklir Iran itu akan membuat Korea Utara berpikir kembali tentang keberadaan nuklir di negaranya.

Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan, nuklir di Iran dan di Korea Utara dua situasi sangat berbeda.

"Korea Utara adalah negara bersenjata nuklir, baik dari segi nama maupun realitas, dan Korea Utara memiliki kepentingan sebagai negara bersenjata nuklir," kata juru bicara itu.

Korea Utara telah melancarkan tiga uji coba nuklir yang sukses pada 2006, 2009 dan 2013.

Pembicaraan antar-enam-negara untuk mengekang ambisi nuklir Korea Utara --melibatkan kedua Korea, AS, China, Rusia, dan Jepang-- telah terlupakan sejak pemerintah Korea Utara mengeluarkan diri dari pembicaraan itu pada 2009.


 Credit  ANTARA News

Iran tegaskan komitmennya soal kesepakatan nuklir


Teheran (CB) - Iran menegaskan komitmen terhadap kewajibannya berdasarkan kesepakatan yang dicapai dengan negara besar baru-baru ini di Wina, Austria, kata Kementerian Luar Negeri Iran di dalam pernyataan.

"Iran berkomitmen untuk secara tulus melaksanakan kewajiban sukarelanya berdasarkan Rencana Aksi Menyeluruh Bersama (JCPOA), asalkan pihak AS dan Eropa melakukan tindakan yang sama berkaitan dengan pencabutan sanksi dan pembatasan atas Iran," kata pernyataan yang dikeluarkan setelah kesepakatan itu disahkan dengan suara bulat oleh resolusi Dewan Keamanan PBB pada Senin (20/7).

Pencabutan sanksi dan pembatasan terhadap Iran oleh Amerika Serikat dan Eropa, menurut JCPOA, berarti pengusaha asing dan Iran akan bisa melakukan kesepakatan dengan Iran secara leluasa tanpa ada rasa takut, katanya.

Iran akan melanjutkan kerja samanya dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) guna menerapkan protokol tambahan guna menjamin program nuklirnya telah dan akan tetap bertujuan damai, kata pernyataan tersebut.

Iran secara aktif akan bekerja sama dengan tetangganya dan masyarakat internasional guna menanggulangi aksi teror dan fanatik untuk mendorong kestabilan dan perdamaian, kata pernyataan itu, sebagaimana diberitakan Xinhua.

JCPOA, yang dicapai antara Iran dan negara besar dunia di Wina pekan lalu mengenai program nuklir Iran adalah langkah penting guna menyelesaikan krisis yang tak perlu mengenai program nuklir Iran berdasarkan dialog dan saling menghormati.

Iran menentang pembuatan, penimbunan dan penggunaan senjata nuklir dan memandang penggunaan senjata penghancur massa sebagai perbuatan tak manusiawi --yang bertolak-belakang dengan keamanan dan perdamaian internasional, kata pernyataan itu.

Pada 14 Juli, Iran akhirnya mencapai kesepakatan dengan P5+1 --Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, Tiongkok ditambah Jerman-- mengenai program nuklirnya setelah lebih dari 18 bulan melalui proses pembicaraan maraton.

Credit  ANTARA News

David Cameron serang teori konspirasi ekstrim Yahudi


David Cameron serang teori konspirasi ekstrim Yahudi
Dokumentasi Perdana Menteri Inggris David Cameron menundukkan kepala bersama polisi setelah upacara tabur bunga di tugu peringatan korban pengeboman London pada 7 Juli 2005 di Hyde Park, pusat kota London, Inggris, Selasa (7/7/15). Warga Inggris melakukan hening cipta kemarin untuk memperingati 10 tahun serangan yang menargetkan transportasi publik London dan menewaskan 56 orang, serangan bom bunuh diri pertama oleh militan Islam di Eropa barat. (REUTERS/Peter Nicholls )
... kita harus menghadapi kebenaran tragis bahwa ada orang yang lahir dan dibesarkan di negeri ini tidak benar-benar teridentifikasi dengan Inggris...
London (CB) - Teori konspirasi dari komplotan rahasia Yahudi yang kuat atau rencana Barat untuk menghancurkan Islam harus ditentang dalam upaya melawan radikalisasi, kata Perdana Menteri Inggris, David Cameron, Senin.

Cukup banyak warga Inggris dan negara-negara lain Eropa yang warganya beralih menjadi simpatisan dan anggota kelompok radikal, di antaranya NIIS/ISIS.

Dalam pidato di Birmingham, Inggris Tengah, Cameron yang akan mengumumkan rencana lima tahun ke depan berencana mengatasi pertumbuhan ekstremisme Islam dan berupaya membantu mengintegrasikan segala komunitas di Inggris.

"Anda tidak perlu mendukung kekerasan untuk menganut paham tidak bertoleransi tertentu yang menciptakan iklim di mana ekstremis dapat berkembang," kata Cameron, dalam pernyataan yang dirilis.

Menurut Cameron, ide itu juga didasarkan pada konspirasi bahwa orang Yahudi menggunakan kekuatan jahat atau kekuatan Barat untuk mencapai persetujuan dengan Israel yang sengaja memalukan umat muslim karena tujuannya adalah menghancurkan Islam.

Cameron juga menyerang pandangan yang memandang kemiskinan dan kebijakan luar negeri Barat bertanggung jawab atas terorisme.

"Argumen itu terkait keluhan tentang kemiskinan dan kebijakan luar negeri harus ditentang," kata Cameron.

Pemerintah Konservatif yang berhaluan tengah-kanan pimpinan Cameron telah berupaya mengatasi radikalisasi sejak Cameron memenangkan periode kedua kepemimpinannya untuk jangka waktu lima tahun ke depan pada Mei lalu.

Pertanyaan tidak nyaman telah meningkat sejak gelombang orang-orang yang telah meninggalkan Inggris untuk bergabung dengan kelompok NIIS/ISIS yang telah secara brutal mengontrol wilayah di Irak dan Suriah. Cameron mengatakan, hal itu terjadi karena kebijakan integrasi yang gagal pada masa lalu.

"Untuk semua keberhasilan kami sebagai negara multi-ras, multi-kepercayaan, namun kita harus menghadapi kebenaran tragis bahwa ada orang yang lahir dan dibesarkan di negeri ini tidak benar-benar teridentifikasi dengan Inggris," kata Cameron.

Ia mengatakan ketika kelompok-kelompok seperti NIIS/ISIS berusaha menggalang orang-orang muda Inggris dan meracuni mereka dengan rasa ikut memiliki dan menyatakan, mereka bisa kekurangan di negerinya, dapat membuat mereka lebih rentan terhadap radikalisasi dan bahkan kekerasan terhadap orang Inggris lainnya.

Sebagai tanggapan, perdana menteri mengumumkan ulasan bagaimana cara meningkatkan peluang bagi orang-orang muda dari latar belakang minoritas, membantu orang belajar bahasa Inggris, dan meningkatkan integrasi di masyarakat terpencil di Inggris, menurut pernyataan dari kantor Cameron.

Cameron bersumpah secara penuh menanggapi pembunuhan 30 wisatawan Inggris dalam serangan senjata di Tunisia yang diklaim dilakukan NIIS/ISIS pada bulan lalu.

Cameron juga telah mengindikasikan bahwa ia kemungkinan berusaha meningkatkan peran Inggris dalam pertempuran melawan NIIS/ISIS.

Ia juga berusaha untuk mencari suara lain di parlemen terkait rencana menggelar serangan udara di Suriah, setelah sebelumnya proposal yang dia ajukan ditolak pada 2013.


Credit  ANTARA News


Usut Dalang Tragedi Tolikara, Kembalikan Damai di Papua


Usut Dalang Tragedi Tolikara, Kembalikan Damai di Papua  
Direktur Jenderal Bimas Kristen Kementerian Agama Oditha R Hutabarat (kanan) bersama Ketua Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Henriette Hutabarat Lebang (kiri) dan Kepala Biro Humas PGI Jeirry Sumampow (tengah) memberikan keterangan pers di Jakarta, Sabtu (18/7). (Antara Foto/Sigid Kurniawan)
 
 
Jakarta, CB -- Penyerangan di sebuah kawasan di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, terjadi bertepatan dengan hari raya Idul Fitri oleh umat muslim, Jumat (17/7). Akibat penyerangan, puluhan kios, rumah, dan sebuah mushola hangus terbakar.

Berdalih pengamanan, polisi langsung menembak tiga dari 11 orang yang diduga pelaku penyerangan. Endi Wanimbo (15) yang turut dalam penyerangan, meninggal dunia karena luka tembak.

Sebanyak 10 orang lainnya masih dirawat di Rumah Sakit Wamena, Kabupaten Jayawijaya dan RSUD Dok 2, Jayapura. Polda Papua belum menetapkan tersangka dalam kasus ini.

Tepat sehari setelahnya, pejabat daerah bersama Kapolda Papua Inspketur Jenderal Yotje Mende, Panglima Derah Militer XVII/Cendrawasih Mayor Jenderal Fransen G. Siahaan, dan sejumlah tokoh menghelat mediasi. Kesepakatan damai ditandatangani.

Pemerintah daerah akan memberi bantuan modal usaha pada warga yang kiosnya terbakar. Bantuan juga diberikan kepada warga lain yang merugi.

Para pihak sepakat membawa kasus ke jalur hukum. Selain itu, prosedur penembakan oleh aparat juga akan diselidiki.

Kesepakatan serupa diputuskan oleh pemerintah pusat dalam rapat koordinasi pada hari yang sama. Menko Polhukam Tedjo Edhy, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kapolri Jenderal Badodin Haiti, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso, serta perwakilan dari Kementerian Dalam Negeri dan TNI, menyesalkan kejadian itu dan mengharapkan tidak akan terulang kembali.

Pemerintah menjanjikan perbaikan seluruh bangunan yang terbakar dan akan merawat korban. Polri mengklaim akan melakukan penegakan hukum terhadap pelaku dan aktor intelektual di balik kejadian Tolikara.

Kementerian Agama bersama dengan ormas keagamaan, forum kerukunan antar umat beragama, dan tokoh masyarakat berjanji menjaga dan memelihara kerukunan. Dalam rilis di situs resminya, Kementerian Agama telah mengirim satu tim ke Kabupaten Tolikara, Papua, untuk mencari akar masalah.

Sentimen Agama?

Beragam asumsi muncul soal modus dan dalang penyerangan. Berbalut sentimen antar-agama, aksi ini menjadi sorotan khalayak.

Wakil Presiden Jusuf Kalla meyakini pemicu ketegangan adalah penggunaan pengeras suara saat pelaksanaan Salat Idul Fitri yang hanya berjarak sekitar 250 meter dari tempat dilangsungkannya sebuah seminar internasional oleh Sinode Gereja Injili di Indonesia (GIDI). Seminar dihadiri oleh sekitar 2.000 pemuda dari Nias, Sumatera Utara, Papua Barat, Kalimantan (Dayak), Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah.


Soal penggunaan pengeras suara, beredar surat himbauan yang ditandatangani oleh Presiden GIDI Dorman Wandikmbo pada 11 Juli, untuk mengingatkan umat Islam di Tolikara. Surat tersebut bukan untuk melarang ibadah, melainkan imbauan tak menggunakan pengeras suara.

Surat berbunyi, "Mengingat akan diselenggarakannya Seminar dan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) Injili Pemuda Tingkat Pusat bertaraf Nasional/Internasional pada tanggal 15-20 Juli 2015, maka diminta kepada pihak muslim agar tidak melakukan kegiatan peribadatan di lapangan terbuka; tidak menggunakan pengeras suara dan ibadahnya cukup dilakukan di dalam musala atau ruangan tertutup.”


Sementara itu, salah satu warga lokal, Z. Towolom mengatakan, konflik agama tak pernah terjadi di kampung halamannya. Toleransi agama pun dijunjung tinggi.

Towolom yang beragama Kristen dan merupakan jemaat Sinode Gereja Injili di Indonesia (GIDI) di Tolikara, meyakini kerusuhan bukan karena sentimen agama. Hal senada diucapkan Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII) yang menaungi GIDI, Ronny Mandang. Ronny tak percaya ini adalah gesekan antaragama.

Keduanya meminta agar semua masyarakat, khususnya warga Papua, tidak terpancing oleh isu konflik agama. Alih-alih termakan isu, mereka mengimbau masyarakat perlu menunggu penyelidikan dari penegak hukum untuk mengetahui akar masalahhya.

Desakan Masyarakat

Kecaman serta desakan muncul dari sejumlah lembaga penggiat HAM dan komunitas keberagaman antarumat beragama. Ketua SETARA Institute Hendardi meminta polisi untuk segera melakukan penyelidikan yang adil terkait kerusuhan di Tolikara, Papua.

Jaringan Gusdurian melalui laman resminya juga mengecam aksi tersebut. Aktivis komunitas tersebut, Alissa Wahid, meminta aparat segera menindak tegas pelaku.

Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) menyatakan bakal membentuk tim investigasi untuk menyelidiki insiden kerusuhan ini. GMKI menilai ada kejanggalan dari sejumlah informasi yang beredar.


Ketua Umum GMKI Ayub Manuel, timnya akan menelisik penyebab terjadinya insiden. Ayub mengklaim gesekan agama tak pernah terjadi di Papua, terlebih dengan penyerangan rumah ibadah.

Sementara itu, melalui gerakan dunia maya change.org, ribuan orang mempetisi Presiden Joko Widodo, Kalpori Badrodin Haiti, dan Menteri Agama Lukman Hakim. Penggagas petisi, Maimon Herawati, menuntut pemerintah mencokok pelaku penyerangan.


Apa Sikap Pemerintah?

Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti mengunjungi Distrik Karubaga, Ahad (19/7). Bersama Asisten Operasi (Asops) Kapolri, Badrodin menemui warga setempat. Badrodin juga berdialog dengan Bupati Tolikara Usman Wanimbo dan memberikan bantuan kepada keluarga korban penembakan.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumulo dijadwalkan bertolak ke Papua selama dua hari sejak Senin (20/7) untuk memantau kondisi pasca penyerangan dan mendapatkan informasi dari lapangan.


Lebih lanjut, Staf Khusus Presiden Joko Widodo (Jokowi), Lenis Kogoya, bakal berkunjung ke Kabupaten Tolikara untuk mengecek perkembangan kasus tersebut pada akhir Juli mendatang. Kunjungannya sekaligus merespons surat dari Bupati Tolikara yang dilayangkan ke Jokowi.

Pihaknya akan menyelidiki semua kerugian yang diderita para korban dan merehabilitasi bangunan yang terbakar. Selain itu, pemerintah akan menjamin lembaga adat Tolikara telah mengambil langkah dengan melaporkan langsung ke Polres setempat.


Credit  CNN Indonesia


Ini Kesaksian Jemaah Salat Id Korban Rusuh di Tolikara

Ini Kesaksian Jemaah Salat Id Korban Rusuh di Tolikara
Bupati Tolikara Usman G. Wanimbo bersama warganya pada awal Desember 2014 lalu. TEMPO/Cunding Levi
 
CB, Jakarta - Insiden yang terjadi di Tolikara, Papua, pada Jumat, 17 Juli 2015, meninggalkan beragam versi. Seorang jemaah yang melaksanakan salat Idul Fitri di Markas Komando Rayon Militer (Makoramil) 1702-11, Karubaga, Nurmin, 32 tahun, menceritakan kembali pengalamannya saat itu.

Pada Jumat pagi, Nurmin berjalan dari rumahnya yang terletak sekitar lima meter dari markas Koramil menuju lapangan Koramil untuk melaksanakan salat Id. Ada ratusan umat muslim yang sudah berkumpul di lapangan markas Koramil. Salat Id pun dimulai.

Namun ketika rakaat pertama takbir kelima, Nurmin mendengar ada suara lantang yang diteriakkan sejumlah orang. "Tidak ada yang namanya ibadah gini, harus berhenti!” kata Nurmin menirukan suara yang didengarnya itu saat diwawancara Tempo, Selasa, 21 Juli 2015.

Mendengar teriakan tersebut, jemaah kehilangan konsentrasi ibadah. Tiba-tiba kondisi mulai memanas karena saling lempar batu antara orang-orang yang berteriak dan jemaah salat Id. Tak lama kemudian terdengar suara tembakan dari aparat. “Semua berlari ketakutan,” ujarnya.

Keadaan mulai ricuh. Nurmin melihat beberapa orang melempar batu ke arahnya, sejumlah kios dan rumah warga di sekitar markas Koramil terbakar. Nurmin dan beberapa jemaah salat Id lantas masuk ke dalam kantor Koramil. "Kami berkumpul di situ, takut kena batu,” ujarnya.

Nurmin mengaku rumahnya ikut terbakar. “Saya tidak tahu siapa yang membakar rumah saya karena banyak orang saat itu,” ujar Nurmin.

Nurmin heran karena selama ini umat muslim dapat melaksanakan ibadah dengan baik. “Tahun kemarin aman-aman saja,” ujarnya. Dia mengaku tidak tahu apa yang membuat kerusuhan tersebut terjadi.

Keterangan dari Nurmin ini sejalan dengan kronologi yang disampaikan Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Natalius Pigai. Sehari setelah kejadian, atau pada Sabtu, 18 Juli 2015, Komnas HAM langsung mengeluarkan hasil analisis sementara kerusuhan di Karubuga, Tolikara, Papua.

Pigai menjelaskan, jemaat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) marah dan memprotes polisi yang berjaga di sekitar lapangan markas Koramil. "Mereka protes karena sudah memberi imbauan, kemudian polisi balik menembak warga," kata Pigai.

Rentetan tembakan polisi melukai sebelas orang, dan mengakibatkan satu orang meninggal. Kondisi semakin ricuh karena sejumlah kios, rumah, dan tempat ibadah dibakar. "Masyarakat melampiaskan kemarahan ke arah tempat ibadah. Kalau polisi tidak menembaki warga, pasti reaksi mereka berbeda," kata Pigai.

Dia menyayangkan sikap aparat yang arogan. Menurut dia, polisi di Papua terbiasa menangani kerusuhan dengan cara kekerasan.

Sementara itu, Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti mengakui polisi yang menjaga pelaksanaan salat Id sempat mengeluarkan tembakan peringatan. Namun massa mengamuk hingga menyebabkan puluhan kios dan sebuah tempat ibadah di sekitar lapangan markas Koramil habis terbakar.


Credit  TEMPO.CO


MUI Minta Umat Islam di Tolikara Menahan Diri


JAKARTA, CB
- Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin menyerukan kepada seluruh umat Islam di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, untuk menahan diri atas kekerasan massa yang mengakibatkan kerusakan mushala dan puluhan bangunan lain, Jumat (17/7/2015) pagi.
"Tidak perlu membalas, tunjukkan bahwa kita adalah umat yang toleran," kata dia sebagaimana dikutip Antara, Jumat.

Din meminta polisi mengusut dan menindak para pelakunya sesuai hukum. Ia menyesalkan kejadian itu karena di tengah upaya membangun toleransi antarumat beragama, masih ada kelompok intoleran yang melakukan kekerasan pada umat lain.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla telah menyampaikan penyesalan atas terjadinya insiden tersebut. Berdasarkan laporan yang dia terima, sumber persoalan bermula dari salah paham antarkelompok agama yang mengadakan acara keagamaan masing-masing di daerah itu.
"Memang asal muasalnya soal pengeras suara, jadi mungkin butuh komunikasi lebih baik lagi untuk acara-acara seperti itu," kata Kalla dalam jumpa pers di Istana Wakil Presiden, Jumat siang.
Kepala Kepolisian Indonesia Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, situasi dan kondisi di Papua pascaperistiwa tersebut sudah ditangani dan tidak memerlukan penambahan pasukan.
Sebelumnya, Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Komisaris Besar Patrige Renwarin mengatakan, berdasarkan laporan yang diperoleh dari Kepala Polres Tolikara, insiden itu berlangsung sekitar pukul 07.00 WIT.

Saat itu, ratusan warga tiba-tiba berdatangan dari berbagai arah dan melempari mushala. Tak lama berselang, massa lalu membakar mushala dan beberapa rumah serta kios yang ada di sekitarnya.
Ratusan umat Muslim di Karubaga yang sedang melaksanakan shalat Id di Lapangan Koramil Tolikara terpaksa membubarkan diri karena takut menjadi sasaran amuk massa.


Credit  KOMPAS.com


Presiden Minta Maaf atas Insiden di Tolikara



JAKARTA, CB
— Presiden Joko Widodo meminta maaf atas peristiwa di Tolikara, Papua, yang terjadi tepat pada saat hari raya Idul Fitri 1436 Hijriah, Jumat (17/7/2015). Dalam kerusuhan tersebut, terjadi pembakaran rumah, kios, dan mushala.

"Saya atas nama lembaga masyarakat adat Papua dan atas nama Presiden RI memohon maaf kepada seluruh masyarakat Muslim di seluruh Indonesia atas musibah di Tolikara," ujar staf khusus presiden, Lenis Kogoya, dalam jumpa pers di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Sabtu (18/7/2015) siang.
Lenis mengaku telah mengirimkan laporan soal insiden di Tolikara kepada Presiden Jokowi, Jumat malam. Laporan tersebut, kata Lenis, melengkapi laporan dari kepolisian dan TNI. 

Rencananya, Lenis akan bertolak ke Tolikara pada 29 Juli 2015 untuk memediasi pihak-pihak yang berkonflik. Tim khusus juga diterjunkan untuk mempersiapkan mediasi.
"Seluruh rencana saya sudah saya laporkan ke Presiden, termasuk upaya untuk membangun kembali seluruh bangunan yang rusak," ujar dia.

Lani menyesalkan insiden itu. Dia menyebut, baru kali ini ada konflik bernuansa agama di tanah Papua.
"Pengalaman saya sampai detik ini, di Papua tak pernah terjadi konflik agama. Tak pernah sekali pun. Kalau perang suku sering," ujar dia.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Kombes Patrige Renwarin sebelumnya mengatakan, berdasarkan laporan yang diperoleh dari Kepala Polres Tolikara, insiden pembakaran itu berlangsung sekitar pukul 07.00 WIT.


Saat itu, ratusan warga tiba-tiba berdatangan dari berbagai arah dan melempari mushala. Tak lama berselang, massa lalu membakar mushala dan beberapa rumah serta kios yang ada di sekitarnya. 
Ratusan umat Muslim di Karubaga yang sedang melaksanakan shalat Id di Lapangan Koramil Tolikara terpaksa membubarkan diri karena takut menjadi sasaran amuk massa. Puluhan aparat gabungan kepolisian dibantu TNI membubarkan massa dengan melepas tembakan ke udara.
Melihat kedatangan aparat, massa lalu mundur, tetapi terlihat masih berkumpul di beberapa tempat.




Credit  KOMPAS.com


Polri Bakal Tanggung Jawab Penembakan di Tolikara


JAKARTA - Kapolri Jenderal Badrodin Haiti tak mempermasalahkan penembakan yang dilakukan aparat keamanan TNI/Polri terhadap penyerang warga muslim di Tolikara, Papua saat melaksanakan Salat Id Jumat 17 Juli 2015.

Menurut Badrodin, penembakan itu sudah sesuai prosedur di mana aparat keamanan saat itu dalam kondisi terdesak karena massa yang diduga dari organisasi Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Tolikara gagal bernegosiasi dengan warga Muslim disana.

"Tidak perlu penembakan itu ada perintah. Kondisi yang mengharuskan dia menembak, itu bisa saja," tegas Badrodin di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Selasa (21/7/2015).
Badrodin menambahkan, Polri akan bertanggungjawab apabila memang anggotanya terbukti melakukan penembakan yang mengakibatkan satu orang tewas dan 11 lainnya terluka. "Ya aparat keamanannya lah (tanggung jawab). Ya harus dipertanggungjawabkan, penanggungjawabnya polisi," pungkas Badrodin.
Seperti diketahui seorang remaja tewas, sementara 11 lainnya luka-luka saat insiden berbau SARA di Kabupaten Tolikara, Papua, tepat saat Hari Raya Idul Fitri 1436 Hiriah pada Jumat 17 Juli 2015. Korban tewas dan beberapa orang luka diakibatkan terjangan timah panas.

Credit  Okezone



Mendagri Selidiki Perda Tolikara soal Aturan Beribadah


JAKARTA, CB — Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo meminta Pemerintah Kabupaten Tolikara, Papua, menyelidiki keberadaan peraturan daerah mengenai ketentuan dalam beribadah di wilayah tersebut. Tjahjo menyarankan adanya suatu panitia kerja jika perda tersebut benar-benar ada.

"Saya meminta Bupati dan DPRD Tolikara untuk mencari arsip, apakah benar ada perda tentang ibadah agama tertentu yang diperbolehkan di Tolikara," ujar Tjahjo melalui keterangan pers, Selasa (21/7/2015).

Tjahjo mengakui bahwa hingga saat ini, Kemendagri belum pernah menerima laporan mengenai adanya perda soal beribadah di Tolikara.

Sebelumnya, Ketua Persekutuan Gereja dan Lembaga Injil di Indonesia (PGLII) Roni Mandang mengatakan bahwa ada peraturan daerah di Tolikara yang mengatur mengenai pembatasan pembangunan rumah ibadah. Meski demikian, Roni tidak menjelaskan secara spesifik mengenai perda tersebut.

Kantor berita Antara, Selasa, melaporkan bahwa Bupati Tolikara Usman Wanimbo membenarkan adanya perda yang melarang pembangunan gereja selain Gereja Injili di Indonesia. Hal itu ditetapkan karena aliran gereja tersebutlah yang pertama terbentuk di wilayah itu.

"Memang ada perda yang menyatakan bahwa di sini, kebetulan terbentuknya GIDI di sini sehingga dianggap sudah gereja besar. Masyarakat di sini berpikir, gereja aliran lain tidak bisa bangun di sini. Mau tidak mau masyarakat menerima (perda) itu," kata Usman.

Bupati juga membenarkan bahwa di Tolikara terdapat aturan yang melarang pembangunan masjid. "Itu dalam bentuk peraturan bupati, masjid dilarang juga dibangun dalam perda tersebut. Kalau mushala memang dari dulu ada," ujarnya.

Terkait hal itu, Mendagri meminta jajaran pemda dan DPRD setempat meninjau kembali perda tersebut. Jika peraturan tersebut ada, ia meminta agar Bupati dan DPRD Tolikara membentuk panitia kerja untuk kaji ulang peraturan tersebut.


Credit  KOMPAS.com