Rabu, 01 April 2015

Usir Asteroid, Ilmuwan Siapkan Pesawat Nuklir

HAIV akan meledakkan asteroid sebelum sampai ke bumi.

Usir Asteroid, Ilmuwan Siapkan Pesawat Nuklir
Asteroid menghantam Bumi (foto ilustrasi) (The Sidney Morning Herald)
 
CB - Ilmuwan dari Emergency Asteroid Defence Project (EADS) Denmark menyiapkan cara khusus mengusir astroid yang mengancam bumi, yakni meledakkan batu antariksa dengan pesawat yang membawa perangkat nuklir.
Pesawat dengan sistem bernama  Hyper Velocity Asteroid Impact Vehicle (HAIV) bisa melindungi bumi dari potensi kehancuran.

Dikutip Daily Mail, Rabu 1 April 2015, konsep pesawat penghancur dan pengusir asteroid itu menggunakan dua bagian, yaitu pesawat pemimpin dan pesawat pengikut.

Peneliti mengatakan, salah bagian penting dari proses penangkalan asteroid ini adalah pelacakan dan penemuan asteroid yang mengancam bumi. Diharapkan proses ini bisa dilakukan secepat mungkin, sebelum batu antariksa benar-benar makin mendekat ke bumi.

Nantinya, setelah asteroid ditemukan, HAIV akan diluncurkan dengan menggunakan beberapa opsi roket. Misalnya, delta IV maupun Atlas V.

Sistem HAIV nantinya dirancang menyesuaikan dengan orbit asteroid. Kemudian pesawat pemimpin akan memisahkan dan menghantam asteroid. Tujuannya, menciptakan kawah di permukaan.

Selanjutnya pesawat pengikut yang membawa hulu ledak nuklir akan masuk ke kawah dan meledakakkn nuklir. Skema ini diperkirakan bisa membuat asteroid hancur berkeping-keping.
Nah misi ini belum selesai. Nantinya ilmuwan bertugas membelokkan kepingan asteroid itu agar tak mengancam bumi atau menimbulkan kerusakan besar.

"Misi kemanusiaan menabrak asteroid potensial merupakan sesuatu yang harus dilakukan sejak lama. Kita punya teknologi dasar sekitar setengah abad," tulis peneliti di situs website mereka.

Namun demikian misi meledakkan nuklir harus menghadapi problem keamanan dan hukum. Tapi peneliti menegaskan hal itu tak menjadi kendala dalam misi.

"Tidak ada bahan nuklir, radiasi atau gelombang kejut yang akan mencapai bumi. Demikian juga dengan kompilasi hukum, itu juga tidak," tulis peneliti.

Peneliti juga mengatakan skema penggunaan nuklir tak ilegal, sebab yang dibawa dalam misi ini bukan senjata nuklir.


Peneliti mengatakan dengan konsep HAIV, mereka berambisi menghancurkan asteroid dengan besaran 50 meter pada 2018. Kemudian secara bertahap akan meningkatkan kemampuan membidik asteroid yang lebih besar. Pada akhir dekade ini, peneliti siap menghadang batu antariksa seukuran 300 meter.

"Kami yakin sistem HAIV merupakan satu-satunya teknik yang paling tepat untuk mempertahankan bumi," ujar peneliti.

Skema misi ini diperkirakan butuh biaya sekitar US$500 juta-1,5 miliar. Tim peneliti mencari dana US$1-10 juta untuk tahun depan melalui situs penggalangan dana.



Credit  VIVA.co.id

Embargo Mesir Dicabut, AS Pasok Senjata Senilai Rp16 Triliun


Embargo Mesir Dicabut AS Pasok Senjata Senilai Rp16 Triliun
Presiden Obama mencabut embargo terhadap Mesir, dan melanjutkan bantuan senjata senilai Rp16,9 Trilun. | (Reuters)
 
 
WASHINGTON  (CB) - Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, telah mencabut embargo senjata yang sebelumnya dijatuhkan terhadap Mesir. Dengan pencabutan embargo itu, AS akan melanjutkan pengiriman bantuan senjata senilai US$1,3 miliar atau sekitar Rp16, 9 triliun.

Embargo itu dijatuhkan AS setelah militer Mesir melakukan kudeta terhadap pemerintahan Presiden Mohamed Morsi pada tahun 2013 lalu. AS telah mengapresiasi Mesir setelah ikut membantu memerangi milisi di Yaman dan Libya.

Bantuan senjata AS yang masuk daftar untuk dikirim ke Mesir antara lain, 12 pesawat F-16, 20 rudal anti-kapal "Harpoon", dan 125 tank Abrams M1A1. Obama telah memberikan “perintah eksekutif” terkait pencabutan embargo militer pada Mesir.

Dalam percakapan telepon, Obama mengatakan kepada Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, bahwa bantuan militer tahunan sebesar US$1,3 miliar akan terus berlanjut.

”Dengan cara ini, kita akan memastikan bahwa dana AS ini digunakan untuk mempromosikan tujuan bersama di wilayah tersebut, termasuk soal keamanan dan stabilitas Mesir dan kegiatan untuk mengalahkan organisasi teroris,” ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Bernadette Meehan, dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Russia Today, Rabu (1/4/2015).

”Amerika Serikat telah memiliki hubungan strategis (selama beberapa) dekade panjang dengan Mesir. Sejak tindakan keras pemerintah Mesir Agustus 2013, kami telah membuat komitmen yang jelas untuk secara bersama-sama mengejar kepentingan keamanan. Dan dukungan kami untuk reformasi politik Mesir yang lebih berarti,” imbuh Meehan.



Credit  SINDOnews

Jika Perang Pecah, Israel Dihujani 1.500 Roket Hizbullah


Jika Perang Pecah Israel Dihujani 1 500 Roket Hizbullah
Militer Israel memprediksi 1.500 roket Hizbullah menghujani Israel tiap hari jika perang pecah. | (Reuters)
 
 
JERUSALEM  (CB) - Militer Israel telah menganalisis kemampuan Hizbullah Libanon setelah sembilan tahun silam terlibat perang. Militer Israel meyakini, jika perang dengan Hizbullah suatu saat pecah, wilayah Israel bisa dihujani sekitar 1.500 roket per hari.

Analisis militer itu telah diterbitkan media Israel, Rabu (1/4/2015). Militer Israel menyatakan, usai perang tahun 2006, Hizbullah telah memperluas arsenal roketnya. Hal itu juga terlihat dari pertempuran di Suriah, di mana Hizbullah membantu pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad dalam memerangi pasukan oposisi.

Publikasi dari penilaian militer itu diklaim bisa membantu pemerintah Israel untuk membangun kasus sistem pencegat roket yang lebi canggih. Iran telah mengandalkan sistem pencegat roket Iron Dome saat perang melawan Hamas di Gaza beberapa bulan lalu. Saat ini Israel telah mengembangkan sistem pencegat rudal Sling David yang telah memasuki uji coba tahap akhir.

Menurut penilaian militer Israel, dengan perkiraan “hujan” roket sebanyak 1.000 hingga 1.500 roket Hizbullah per hari, sejumlah infrastruktur penting di Israel bisa terancam lumpuh. Infrastruktur yang rawan dihantam roket Hizbullah itu antara lain, bandara, pelabuhan , dan pembangkit listrik.

Ketika perang dengan Hizbullah pada tahun 2006 silam, sekitar 160 warga Israel, yang mayoritas dari pihak tentara tewas. Sedangkan dari kubu Hizbullah Libanon, sekitar 1.200 orang tewas, yang sebagian besar rakyat sipil.

Kendati demikian, Kepala Angkatan Udara Israel, Mayor Jenderal Amir Eshel, seperti dikutip Reuters, Rabu (1/4/2015) mengklaim kemampuan militer Israel bisa melakukan serangan 15 kali lebih dahysat untuk menghancurkan Libanon.


Credit  SINDOnews

AS: China Bangun Tembok Raksasa di Laut China Selatan



AS China Bangun Tembok Raksasa di Laut China Selatan
AS menuduh China membangun tembok raksasa di Laut China Selatan yang disengketakan. | (Reuters)
 
 
 
SYDNEY  (CB) - Pemerintah Amerika Serikat telah menuduh Beijing melakukan reklamasi di Laut China Selatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. AS menyatakan, China telah membangun tembok pasir raksasa di wilayah Laut China Selatan yang disengketakan.

Tembok raksasa itu dibangun di atas wilayah seluas sekitar empat kilometer persegi. AS khawatir, tembok raksasa itu sebagai bagian untuk menguatkan klaim teritorial China di kawasan maritim itu.

Berbicara pada Konferensi Angkatan laut di Australia, pejabat Armada Pasifik AS, Laksamana Harry Harris Jr, mengatakan, China telah membangun tembok pasir di terumbu karang yang hidup. ”Paving berdiri ke atas dengan beton. China sekarang telah menciptakan pulau buatan seluasa lebih dari empat kilometer persegi,” katanya.

“Tapi apa yang benar-benar menarik banyak perhatian di sini dan saat ini adalah reklamasi lahan belum pernah terjadi sebelumnya, dan saat ini sedang dilakukan oleh China,” ujar Harris. 

 
Terumbu yang terendam di Kepulauan Spratly, Laut China Selatan, katanya, telah berubah menjadi pulau buatan dengan bangunan, dermaga dan landasan pacu. China sendiri mengklaim sebagian besar wilayah laut di Laut China Selatan. Tapi klaim itu ditentang Filipina, Vietnam, Taiwan, Brunei, dan Malaysia.

Menurut Haris, kekhawatiran utama AS terkait proyek raksasa China itu adalah soal tujuan proyek yang diduga untuk basis militer China di Laut China Selatan. "China akan menjadi indikator kunci apakah wilayah ini menuju konfrontasi atau kerjasama,” katanya, seperti dilansir Russia Today, semalam (31/3/2015).



Credit  SINDOnews