BRUSSELS
- Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan menerapkan kembali dua gelombang
baru sanksi terhadap Iran. Sanksi tersebut menyasar beberapa sektor
ekonomi dan industri. Hal ini mendorong Uni Eropa (UE) mengambil
tindakan balasan.
Dalam sebuah pernyataan, Komisi Eropa mengatakan UE akan memblokir sanksi AS terhadap Teheran. Ini dilakukan untuk melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan UE yang melakukan bisnis dengan Iran.
"Karena gelombang pertama dari sanksi AS yang dikenakan kembali ke Iran mulai berlaku, Statuta Pemblokiran yang diperbarui Uni Eropa mulai berlaku pada 7 Agustus untuk mengurangi dampaknya terhadap kepentingan perusahaan-perusahaan Uni Eropa yang melakukan bisnis yang sah di Iran," kata komisi itu dalam rilisnya seperti dikutip dari Sputnik, Selasa (7/8/2018).
Amandemen terhadap Statuta Pemblokiran disetujui pada 16 Juli oleh Menteri Luar Negeri anggota UE. Undang-undang yang diperbarui itu diharapkan bisa membatalkan keputusan hukum dan tindakan administratif Washington dalam kerangka sanksi anti-Iran di wilayah Eropa. Oleh karena itu, undang-undang tersebut melarang perusahaan-perusahaan yang berbasis di UE untuk mematuhi pembatasan AS.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis sebelumnya pada hari Senin, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini dan menteri luar negeri Prancis, Jerman, dan Inggris menyatakan penyesalan mereka atas penjatuhan kembali sanksi AS terhadap Iran. Sebelumnya sanksi itu telah dicabut sebagai bagian dari kesepakatan multilateral program nuklir Tehran.
Mereka lebih lanjut menjelaskan bahwa JCPOA telah bekerja, dan program nuklir Iran adalah damai sebagaimana ditegaskan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam 11 laporan berturut-turut.
Senator AS Richard Durbin dalam siaran pers menyatakan keprihatinan bahwa langkah Trump akan memecah Amerika Serikat dan sekutunya.
"Tindakan hari ini, sekali lagi, membuat AS melanggar kesepakatan ini (JCPOA)," kata Durbin.
"Ini berisiko membuka kembali konflik yang diselesaikan, dan akan memecah kami lebih jauh dari sekutu Eropa kami. Kebijakan luar negeri Presiden Trump adalah pertaruhan berbahaya dengan senjata nuklir," imbuhnya.
Perjanjian nuklir dengan Iran, Durbin menambahkan, telah bekerja, dan terus bekerja.
Dalam sebuah pernyataan, Komisi Eropa mengatakan UE akan memblokir sanksi AS terhadap Teheran. Ini dilakukan untuk melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan UE yang melakukan bisnis dengan Iran.
"Karena gelombang pertama dari sanksi AS yang dikenakan kembali ke Iran mulai berlaku, Statuta Pemblokiran yang diperbarui Uni Eropa mulai berlaku pada 7 Agustus untuk mengurangi dampaknya terhadap kepentingan perusahaan-perusahaan Uni Eropa yang melakukan bisnis yang sah di Iran," kata komisi itu dalam rilisnya seperti dikutip dari Sputnik, Selasa (7/8/2018).
Amandemen terhadap Statuta Pemblokiran disetujui pada 16 Juli oleh Menteri Luar Negeri anggota UE. Undang-undang yang diperbarui itu diharapkan bisa membatalkan keputusan hukum dan tindakan administratif Washington dalam kerangka sanksi anti-Iran di wilayah Eropa. Oleh karena itu, undang-undang tersebut melarang perusahaan-perusahaan yang berbasis di UE untuk mematuhi pembatasan AS.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis sebelumnya pada hari Senin, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini dan menteri luar negeri Prancis, Jerman, dan Inggris menyatakan penyesalan mereka atas penjatuhan kembali sanksi AS terhadap Iran. Sebelumnya sanksi itu telah dicabut sebagai bagian dari kesepakatan multilateral program nuklir Tehran.
Mereka lebih lanjut menjelaskan bahwa JCPOA telah bekerja, dan program nuklir Iran adalah damai sebagaimana ditegaskan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam 11 laporan berturut-turut.
Senator AS Richard Durbin dalam siaran pers menyatakan keprihatinan bahwa langkah Trump akan memecah Amerika Serikat dan sekutunya.
"Tindakan hari ini, sekali lagi, membuat AS melanggar kesepakatan ini (JCPOA)," kata Durbin.
"Ini berisiko membuka kembali konflik yang diselesaikan, dan akan memecah kami lebih jauh dari sekutu Eropa kami. Kebijakan luar negeri Presiden Trump adalah pertaruhan berbahaya dengan senjata nuklir," imbuhnya.
Perjanjian nuklir dengan Iran, Durbin menambahkan, telah bekerja, dan terus bekerja.
Credit sindonews.com