Jumat, 24 Agustus 2018

Peretas Coba Bobol Sistem Demokrat Jelang Pemilu Kongres AS


Peretas Coba Bobol Sistem Demokrat Jelang Pemilu Kongres AS
Ilustrasi peretasan. (Reuters/Kacper Pempel)


Jakarta, CB -- Perusahaan keamanan siber Amerika Serikat, Lookout, menyebut sejumlah peretas berupaya membobol sistem basis data pemilih milik Partai Demokrat, menjelang pemilihan Kongres pada November mendatang.

Lookout menyebut pihaknya mendeteksi "sebuah percobaan kampanye phishing" yang menargetkan Komite Nasional Demokrat (DNC).

Phishing adalah metode penipuan untuk memperoleh informasi pribadi, seperti User ID dan kata sandi, dengan menyamar sebagai orang atau organisasi berwenang melalui surat elektronik.



Upaya peretasan itu terdeteksi oleh mesin monitor otomatis Lookout, Phishing Al. Lookout menyatakan peretas mencoba membobol sistem VoteBuilder, basis data pemilih dari DNC yang dijalankan oleh NGP VAN, perusahaan penyedia web hosting yang digunakan Partai Demokrat.



Peretas disebut membuat domain situs mirip alamat VoteBuilder. Domain itu memungkinkan peretas mencuri data login dan kata sandi pengguna VoteBuilder yang tertipu oleh situs web palsu buatan mereka.

Saat ini, situs palsu VoteBuilder sudah diblokir. Hingga kini tidak ada penjelasan mengenai identitas pelaku yang mendirikan situs tersebut.



Menanggapi upaya peretasan itu, Kepala Petugas Keamanan DNC Bob Lord mengatakan sistem partainya aman dari ancaman siber.

"Meskipun jelas bahwa para pihak itu berupaya mendapat informasi paling sensitif partai, yakni data pemilih, DNC mampu mencegah peretasan dengan bekerja sama bersama salah satu perusahan siber untuk mengidentifikasi dan mengambil langkah menghentikan upaya tersebut," kata Lord kepada Washington Post seperti dikutip AFP.

Kabar upaya peretasan ini menghidupkan kembali isu campur tangan pihak asing, terutama Rusia, dalam pemilihan presiden AS 2016 lalu.

Intelijen AS menyatakan para peretas yang berasal dari badan intelijen Rusia, GRU, berusaha masuk ke sistem jaringan Partai Demokrat pada 2016 lalu guna mencuri dokumen sensitif terkait pemilu.



Informasi-informasi tersebut kemudian disebarkan ke publik demi mempermalukan Hillary Clinton, rival Donald Trump dalam pemilu.

Selain Lookout, Microsoft awal pekan ini juga melaporkan sejumlah peretas yang berhubungan dengan GRU tengah membuat web palsu untuk dua situs lembaga think-thank konservatif dengan tujuan menyedot pengguna atau menanamkan malware.

Peretas tersebut juga disebut mendirikan domain umum palsu Senat AS untuk tujuan yang sama.






Credit  cnnindonesia.com