Kebijakan bank sentral Jerman tersebut disambut baik Amerika.
CB,
HAMBURG -- Bank sentral Jerman memblokir pengiriman uang tunai 400 juta
dolar AS untuk Iran. Aksi ini tampaknya menjadi kemenangan tambahan
bagi Amerika Serikat (AS) pascapemberlakuan sanksi untuk Teheran mulai
Selasa (7/8).
Padahal, Iran kini tengah mengalami mata uang yang terdepresiasi dan
penurunan situasi ekonomi. Karena itu, Teheran membutuhkan mata uang
tunai terutama menjelang sanksi yang lebih banyak diberlakukan AS pada
November 2018 mendatang.
Uang 400 juta dolar AS kini
sedang dipegang Bank Perdagangan Eropa-Iran (EIH), bank milik Iran yang
berkantor di Hamburg, Jerman. Menurut
Fox News, Duta Besar AS
untuk Berlin adalah orang yang memimpin kampanye untuk membujuk
pemerintah Jerman untuk menghentikan pengiriman uang.
"Kami
berterimakasih kepada mitra Jerman kami yang menyadari kebutuhan untuk
bertindak," kata Duta Besar AS untuk Jerman Richard Grenell, seperti
dikutip dari laman
Al Arabiya, Rabu (8/8).
Aturan
baru bank sentral Jerman yang menahan pengiriman uang ke Iran
dijadwalkan efektif sejak 25 Agustus tahun ini. Kanselor Jerman Angela
Merkel pernah berupaya mengirimkan 400 juta dolar ke rezim di Iran
seiring dengan upaya Presiden AS Obama mengirimkan uang tunai 1,7 miliar
dolar AS ke Teheran. Uang tersebut merupakan bagian dari uang tebusan
bagi pelepasan sandera berkewarganegaraan Amerika yang ditahan ISIS di
tahun 2016.
Presiden Trump memandang kebijakan pendahulunya
tidak tepat. Amerika Serikat kini sudah menetapkan Iran sebagai negara
sponsor aksi terorisme.
Presiden AS Donald Trump berjanji
dan mengancam perusahaan yang melakukan bisnis dengan Iran akan akan
dilarang berbisnis dengan negara adidaya tersebut. Larangan ini sudah
banyak didengarkan perusahaan.
Mercedes-Benz
contohnya, perusahaan ini telah mengumumkan pada Selasa bahwa pihaknya
telah membekukan semua bisnis dengan Iran karena sanksi yang berlaku.
Kemudian perusahaan Total juga mengatakan akan berhenti dari proyek gas
South Pars jika tidak bisa mengamankan pembebasan dari sanksi AS. Sanksi
AS memang menargetkan perdagangan logam, batu bara, perangkat lunak
industri, dan sektor otomotif Iran.