Pesawat tempur F-35 Lightning II tiba di
Landasan Angkatan Udara Edwards, California, AS, mei 2010 silam.
REUTERS/Tom Reynolds/Lockheed Martin Corp/Handout
Dalam laporan itu, yang diperoleh Axe tapi tidak dipublikasikan seluruhnya, pilot F-35 melaporkan bahwa pesawatnya dalam konfigurasi "bersih" untuk tes, tidak membawa apa-apa di bawah sayapnya atau di tempat senjata internal. F-16, di sisi lain, terbang dengan tangki bahan bakar eksternal di bawah sayap yang dalam teori akan membuat pesawat tidak menguntungkan secara aerodinamis.
Ternyata hasilnya berbicara lain. "Bahkan dengan konfigurasi target F-16 yang terbatas, F-35A tetap kalah tenaga untuk setiap manuver," ujar pilot F-35. Hal itu berarti F-35 terbang lebih lambat dan tidak dapat secara efektif bermanuver untuk mengejar F-16 masuk dalam pengamatannya.
Selain itu, helm berteknologi tinggi F-35, yang seharusnya memberikan pilot kemampuan untuk "melihat" pesawat dengan bantuan kamera eksternal dan sensor, ternyata tidak membantu. "Helm itu terlalu besar untuk melihat secara memadai di belakang pesawat," pilot melaporkan. Hal itu membuat mustahil untuk menjaga kontak visual dengan F-16 selama pertempuran udara tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan The Fifth Estate dari CBC pada bulan November 2014, desainer F-16 Pierre Sprey melabrak pesawat multiperan dan multilayanan F-35 sebagai "sebuah pesawat mengerikan karena dibangun dari ide bodoh."
"Anda mengkompromikan pesawat itu secara mengerikan untuk tiga misi berbeda dan kemudian Anda mengkompromikan lagi untuk tiga layanan yang berbeda." Dia mengatakan pesawat itu "tidak dapat bermanuver" karena rasio permukaan sayap terhadap berat. "Dalam dogfighting, itu tak ada harapan." Sementara apa yang dikatakan Sprey dalam wawancara itu telah dibantah panjang lebar di tempat lain, laporan uji coba F-35 ini tampaknya menawarkan kesimpulan yang sama.
Credit TEMPO.CO