Ratusan hingga ribuan kaum Uighur
mencoba melarikan diri dari Xinjiang, wilayah barat China, dan pergi
menuju Turki melalui Asia Tenggara. (Guang Niu/Getty Images)
Deportasi 109 kaum Uighur dari Thailand telah memicu kemarahan warga Turki, yang mayoritas adalah diaspora Uighur, dan kelompok pemerhati hak asasi manusia (HAM) di AS. Mereka khawatir kaum Uighur diperlakukan tidak layak setelah pemulangan ini.
|
"China tidak puas dan dengan tegas membantah ini, dan kami telah membuat protes terhadap AS," ujar Wang dalam sebuah pernyataan, Sabtu (11/7).
"Kami mendesak AS untuk seimbang melihat upaya China dalam melawan imigrasi ilegal dan berhenti mengeluarkan pernyataan yang salah," ujarnya.
Menurut salah satu petugas kepolisian senior China, beberapa kaum Uighur yang pergi ke Turki sebenarnya diperjualbelikan untuk kelompok radikal seperti ISIS. Mereka dijual untuk dijadikan pejuang asing yang bertugas memberi umpan meriam.
Dalam tayangan stasiun televisi nasional China, Sabtu (11/7), sebanyak 13 dari 109 kaum Uighur adalah terduga teroris. Mereka tampak duduk dalam sebuah pesawat udara dengan mengenakan jubah hitam yang menutupi kepala mereka. Tampak pula petugas polisi dengan topeng wajah di samping mereka.
Beijing membantah tuduhan kelompok pemerhati HAM bahwa pihaknya melarang kebebasan beragama kaum Uighur.
Sebaliknya, Beijing menyalahkan kelompok militan Islam atas meningkatnya serangan kekerasan di Xinjiang selama tiga tahun terakhir yang menewaskan ribuan orang.
China juga membantah tuduhan perlakuan tidak layak serta penyiksaan terhadap kaum Uighur.
Juru bicara World Uighur Congress, Dilxat Raxit mengatakan gambar kaum Uighur berjubah yang diperlihatkan kepadanya sangatlah memprihatinkan.
"Mereka dilucuti martabatnya," ujar Raxit dalam sebuah pernyataan.
Ratusan, bahkan mungkin ribuan, kaum Uighur yang sangat ingin meninggalkan kerusuhan yang terjadi di wilayah Xinjiang, China, diam-diam berangkat ke Turki melalui Asia Tenggara.
China telah menjadi rumah bagi sekitar 20 juta warga Muslim yang tersebar di seluruh wilayah negeri tirai bambu ini. Namun dari puluhan juta tersebut, hanya sebagian kecil yang merupakan kaum Uighur dan mereka berbahasa Turki.
Credit CNN Indonesia