Kamis, 09 Juli 2015

Kemlu Belum Bisa Konfirmasi Pilot Indonesia Gabung ISIS


Kemlu Belum Bisa Konfirmasi Pilot Indonesia Gabung ISIS  
Kemlu RI mengatakan belum bisa mengkonfirmasi laporan kepolisian Australia soal pilot Indonesia bergabung ISIS dan baru mengetahui dari laporan media massa. (CNN Indonesia/Ranny Virginia Utami)
 
Jakarta, CB -- Kementerian Luar Negeri RI mengatakan belum bisa mengonfirmasi kebenaran mengenai dua pilot berkewarganegaraan Indonesia yang bergabung dengan kelompok ekstremis ISIS.

"Kami tengah berkoordinasi dengan para stakeholders terkait untuk mencari tahu lebih jauh tentang informasi tersebut," ujar juru bicara Kemlu RI, Arrmanatha Nasir di Jakarta, Kamis (9/7).

Menurut pria yang akrab disapa Tata ini, laporan mengenai keterlibatan dua pilot WNI ini sama seperti kasus polisi Jambi yang dikabarkan bergabung ISIS beberapa waktu lalu.


"Seperti berita polisi itu, mereka tahu ada warga Indonesia bergabung ISIS dari sumber mereka di Suriah tetapi tidak bisa memverifikasi kebenarannya. Hanya first claimer," ujar Tata.

Kabar mengenai dua pilot Indonesia yang bergabung dengan ISIS pertama kali dikeluarkan oleh majalah online The Intercept berdasarkan laporan kepolisian federal Australia, AFP pada Rabu (8/7).

AFP disebut membagikan dokumen tertanggal 18 Maret 2015 berjudul "Identifikasi pilot Indonesia dengan kemungkinan pandangan ekstremis" itu ke aparat keamanan di Turki, London, Amerika Serikat dan Europol.

"Pilot, kru udara dan yang lainnya dengan akses menuju dan di dalam lingkungan penerbangan bisa menjadi ancaman yang nyata jika mereka teradikalisasi," ujar dokumen AFP tersebut.

"Akses dan pengetahuan soal keamanan dan keselamatan memberi mereka kemampuan penyerangan seperti yang disaksikan dalam berbagai tragedi global di masa lalu. Perlu dicatat, majalah al-Qaidah Inspire edisi terbaru aktif mendorong serangan di lingkungan penerbangan," lanjut AFP.

Kedua pilot itu diketahui bernama Ridwan Agustin dan Tommy Abu Alfatih. Dugaan kuat keduanya bergabung dengan ISIS setelah AFP melakukan pengamatan di akun Facebook mereka.


Credit  CNN Indonesia