Negara-negara Asia dan Afrika memiliki
porsi besar dalam bidang perdagangan dan ekonomi dunia, namun tidak bisa
dipungkiri banyak tantangan yang dihadapi. (Reuters/Feng Li)
Hal ini adalah tema pokok dalam pidato Presiden Joko Widodo dalam pembukaan
Asian-African Business Summit (AABS), Selasa (21/4), yang merupakan bagian dari rangkaian Konferensi Asia-Afrika di Jakarta.
Jokowi menjelaskan, bahwa Asia Afrika punya potensi besar, baik dalam sumber daya alam dan ekonomi. Bahkan pertumbuhan ekonomi kedua benua berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia.
Contohnya pada 2013-2014, ujar Jokowi, pertumbuhan ekonomi Asia 4,9 persen dan Afrika 4,3 persen. Produk Domestik Bruto kedua kawasan pada 2014 mencapai 51 persen dari PDB dunia. Sedangkan kontribusi investasi meningkat cukup tajam dari 13,2 persen pada tahun 2000 menjadi 41,5 persen pada 2013.
Namun, lanjut Jokowi, kemajuan ekonomi ini dihadapkan pada berbagai tantangan. Di antaranya adalah banyaknya penduduk miskin di Asia dan Afrika, yaitu 5,4 miliar jiwa yang mewakili 75 persen dari total penduduk dunia. Sebagian besar warga miskin ini juga menjadi korban konflik.
"Inflasi di atas rata-rata dunia. Tahun 2013 inflasi Timur Tengah, Afrika Utara, Afghanistan dan Pakistan mencapai 9 persen, sedangkan inflasi di negara Afrika mencapai 6,6 persen dan di Asia mencapai 4,6 persen," jelas Jokowi.
Selain itu peningkatan kerja sama perdagangan belum mencerminkan potensi yang sesungguhnya. Ekspor Asia ke Afrika hanya 26 persen dari ekspor Asia. Sementara ekspor Afrika ke Asia hanya tiga persen.
Untuk menghadapi tantangan ini, Jokowi menyerukan peningkatan kerja sama dalam ekonomi dan perdagangan, serta kebijakan dan tindakan yang tepat, khususnya meminimalkan perdagangan tarif dan non-tarif, serta mendorong perdagangan langsung.
Hal ini diharapkan dalam mendorong peluang investasi kedua benua yang sangat besar, terutama di bidang manufaktur, pertanian, infrastruktur dan energi.
"Langkah tersebut harus tetap sejalan dengan sistem perdagangan internasional yang terbuka, adil, tertib dan saling menguntungkan," ujar Jokowi.
Jokowi juga mengajak negara-negara Asia Afrika mengembangkan sistem peraturan dan regulasi, salah satunya dengan mempermudah lisensi usaha serta perlindungan investasi dan mendorong kontribusi swasta melalui kemitraan dengan pemerintah.
"Indonesia telah melakukannya dengan menyederhanakan regulasi dan proses administrasi, menyempurnakan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih, mendorong realokasi subsidi ke sektor produksi dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia," jelas Jokowi.
KAA akan berlangsung pada 19-24 April di Jakarta dan Bandung. Dalam rangkaian acara ini, Jokowi akan menggelar 18 pertemuan bilateral dengan 18 kepala negara peserta peringatan 60 tahun KAA.
Credit CNN Indonesia