CB, Singapura – Perdana
Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengatakan dia tidak merasa
terganggu dengan ketidak-hadiran Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Singapura pada pekan ini.
“Karena saya tidak tahu dia akan mengatakan apa, dan dia juga tidak berkomitmen,” kata Mahathir kepada CNBC seperti dikutip Free Malaysia Today pada Selasa, 13 November 2018. KTT ASEAN berlangsung 11 -- 15 November di Singapura.
Menurut dia, Trump merupakan faktor yang membuat ketegangan meningkat antara Washington dan Beijing.
“Jika Trump tidak ada di sana, pejabat pemerintah AS dari Republik atau Demokrat tidak bakal mau melanjutkan perang dagang yang sangat merusak ini,” kata Mahathir.
Seperti
diketahui, AS dan Cina terlibat perang dagang sejak Juli 2018.
Masing-masing mengenakan kenaikan tarif impor terhadap satu sama lain
antara 10 – 25 persen. AS melakukan itu untuk nilai impor dari Cina
sekitar US$250 miliar atau sekitar Rp3.700 triliun.
Sedangkan Cina mengenakan kenaikan tarif ini untuk sekitar US$110 miliar atau sekitar Rp1.600 triliun.
Para
pemimpin di Asia Pasifik akan bertemu dengan para pemimpin ASEAN dalam
pertemuan multilateral. Mereka bertekad menyelesaikan sejumlah masalah
Rohingya dan ketegangan di Laut Cina Selatan.
CNBC melansir ketidak-hadiran Trump di KTT ASEAN ini menimbulkan pertanyaan mengenai komitmennya untuk membangun strategi regional dalam menghadapi kebangkitan Cina.
Para pemimpin di luar ASEAN yang bakal hadir seperti PM Cina, Li Keqiang, Presiden Rusia, Vladimir Putin, PM India, Narendra Modi, PM Jepang, Shinzo Abe, dan Wapres AS Mike Pence.
Li diperkirakan bakal menggalang dukungan dibentuknya Regional Comprehensive Economic Partnership atau RCEP, yang melibatkan 16 negara termasuk ASEAN, Cina, India, Jepang, dan Korea Selatan. AS tidak ikut dalam blok dagang besar ini karena Trump menginginkan negosiasi bilateral langsung untuk membuat kesepakatan aturan dagang.
“Karena saya tidak tahu dia akan mengatakan apa, dan dia juga tidak berkomitmen,” kata Mahathir kepada CNBC seperti dikutip Free Malaysia Today pada Selasa, 13 November 2018. KTT ASEAN berlangsung 11 -- 15 November di Singapura.
Menurut dia, Trump merupakan faktor yang membuat ketegangan meningkat antara Washington dan Beijing.
“Jika Trump tidak ada di sana, pejabat pemerintah AS dari Republik atau Demokrat tidak bakal mau melanjutkan perang dagang yang sangat merusak ini,” kata Mahathir.
Sedangkan Cina mengenakan kenaikan tarif ini untuk sekitar US$110 miliar atau sekitar Rp1.600 triliun.
CNBC melansir ketidak-hadiran Trump di KTT ASEAN ini menimbulkan pertanyaan mengenai komitmennya untuk membangun strategi regional dalam menghadapi kebangkitan Cina.
Para pemimpin di luar ASEAN yang bakal hadir seperti PM Cina, Li Keqiang, Presiden Rusia, Vladimir Putin, PM India, Narendra Modi, PM Jepang, Shinzo Abe, dan Wapres AS Mike Pence.
Li diperkirakan bakal menggalang dukungan dibentuknya Regional Comprehensive Economic Partnership atau RCEP, yang melibatkan 16 negara termasuk ASEAN, Cina, India, Jepang, dan Korea Selatan. AS tidak ikut dalam blok dagang besar ini karena Trump menginginkan negosiasi bilateral langsung untuk membuat kesepakatan aturan dagang.
Credit tempo.co