Menteri Luar Negeri dari negara anggota G7 meminta Korut dan AS melanjutkan perundingan denuklirisasi Korut. Foto/Istimewa
PARIS
- Para menteri luar negeri negara anggota kelompok tujuh atau G7
dilaporkan desak Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Koru) untuk
melanjutkan perundingan mengenai denuklirisasi.
Desakan itu dibuat dalam sebuah komunike setelah perundingan dua gari di Dinard, Prancis barat, seperti dikutip dari KBS.co.kr, Minggu (7/4/2019).
Para
diplomat top negara-negara industri itu meminta Korut untuk tidak
melakukan provokasi dan melanjutkan negosiasi nuklir dengan AS. Mereka
juga menyatakan penyesalannya bahwa Korut tidak mengambil
langkah-langkah nyata dan dapat diverifikasi untuk membongkar senjata
nuklirnya.
Para
menteri juga menegaskan komitmen negara mereka terhadap penerapan
sanksi PBB terhadap Korut, dan mendesak China dan Rusia untuk menegakkan
sanksi secara menyeluruh.
Pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump
di Hanoi, Vietnam, pada akhir Februari lalu berakhir dengan tanpa
adanya kesepakatan. Bukan hanya itu, pertemuan tersebut juga berakhir
lebih cepat dari yang dijadwalkan, setelah Trump 'walk out' di tengah
pertemuan.
Trump, dalam sebuah konferensi pers kemudian
mengungkap alasan dia 'walk out' dan tidak membuat kesepakatan apapun
dengan Jong-un. Alasanya adalah permintaan penghapusan sanksi yang tidak
bisa diterima oleh Trump.
JAKARTA
- Seorang warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok
bersenjata di Filipina selatan meninggal dunia di perairan Pulau Simisa,
Provinsi Sulu.
WNI bernama Hariadin meninggal akibat tenggelam
di laut setelah terbebas dari penyanderaan, Jumat kemarin. Hariadin
bersama sandera WNI lainnya, Heri Ardiansyah, berusaha berenang ke Pulau
Bangalao guna menghindari terkena serangan angkatan bersenjata Filipina
terhadap penyanderaan sebagaimana dialami warga negara Malaysia yang
terbebas sehari sebelumnya. Heri Ardiansyah sendiri berhasil
diselamatkan.
"Pemerintah Indonesia menyampaikan ungkapan duka
cita yang mendalam kepada keluarga almarhum Hariadin," kata Kementerian
Luar Negeri (Kemlu) dalam rilisnya yang diterima Sindonews, Sabtu (6/4/2019).
"Kementerian
Luar Negeri telah berkomunikasi dengan keluarga kedua WNI di Wakatobi,
Sulawesi Tenggara, dan di Sandakan, Malaysia, guna mengabarkan peristiwa
tersebut," sambung rilis tersebut.
Rencananya, hari ini, Heri
Ardiansyah dan jenazah Hariadin tiba di pangkalan militer Westmincom di
Zamboanga City untuk diserahterimakan kepada wakil Pemerintah Indonesia.
Selanjutnya Pemerintah Indonesia akan melakukan proses pemulangan ke
Indonesia pada kesempatan pertama.
Sejak akhir Februari 2019,
Divisi 11 Angkatan Bersenjata Filipina yang didukung oleh Tim BAIS TNI
malakukan operasi pembebasan sandera dan terus memberikan tekanan kepada
para penyandera. Dalam perkembangan terakhir, para penyandera terdesak
di Pulau Simisa, Provinsi Sulu, Filipina selatan.
Heri
Ardiansyah dan Hariadin diculik bersama seorang warga negara Malaysia,
Jari Abdullah, di Perairan Kinabatangan, Sandakan, Malaysia pada tanggal
5 Desember 2018 lalu. Ketiganya diculik oleh kelompok bersenjata di
Flipina selatan saat sedang bekerja di kapal penangkap ikan SN259/4/AF.
Sejak
tahun 2016, sebanyak 36 WNI disandera oleh kelompok bersenjata di
Filipina selatan. Dari jumlah tersebut seluruhnya berhasil dibebaskan,
namun 1 orang sandera WNI meninggal dalam proses pembebasan tersebut.
Perdana Menteri Inggris Theresa May. (REUTERS/Henry Nicholls).
Jakarta, CB -- Perdana Menteri Theresa May mengatakan pemerintah saat ini punya pilihan terkait kebijakan keluar dari Uni Eropa atau yang dikenal sebagai Brexit.
Opsi itu terdiri dari dua pilihan, yakni keluar dari Uni Eropa dengan
kesepakatan, atau sebaliknya tetap menjadi bagian dari komunitas
negara-negara Eropa tersebut.
Hal itu dikatakan May dalam
upayanya menemukan kata kompromi dengan oposisi Partai Buruh, demikian
dilaporkan surat kabar The Observer seperti dikutip dari Reuters, Minggu
(7/4).
"Karena parlemen telah memperjelas hal itu akan
menghentikan Inggris pergi tanpa kesepakatan, kami sekarang memiliki
pilihan yang jelas, meninggalkan Uni Eropa dengan kesepakatan atau tidak
keluar sama sekali," kata May seperti dikutip oleh surat kabar
tersebut.
May menjelaskan, bahwa semakin lama keputusan
tidak diambil terkait hal ini, maka semakin besar pula resikonya, yakni
bahwa Inggris sama sekali tidak akan bisa keluar dari Uni Eropa.
"Semakin lama ini terjadi, semakin besar risiko Inggris tidak pernah pergi sama sekali."
Sebelumnya
PM Theresa May meminta Uni Eropa mengundur proses bagi negaranya keluar
dari blok tersebut alias Brexit hingga 30 Juni mendatang.
May
mengatakan bahwa penundaan ini sangat penting agar Inggris dapat
memastikan negaranya keluar dengan cara paling baik setelah menjadi
anggota Uni Eropa selama 46 tahun.
Permintaan pengunduran jadwal Inggris keluar dari Uni Eropa itu
mendapat beragam respons dari negara-negara Eropa. Salah satunya
Prancis.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian
mengatakan bahwa kini sudah waktunya krisis penarikan diri Inggris dari
Uni Eropa atau Brexit harus berakhir. Dia menyebut persoalan Brexit
tidak dapat terus-menerus mendominasi diskusi Uni Eropa.
"Sudah
saatnya situasi ini [harus] berakhir," kata Jean-Yves kepada wartawan di
sela-sela pertemuan G7 di Dinard, Prancis utara, Sabtu (6/4) dikutip
AFP.
Jean-Yves meminta pihak pemerintah dan parlemen Inggris
perlu memahami bahwa Uni Eropa tak dapat terus-menerus hanya memikirkan
dan membahas persoalan yang menjadi urusan dalam negeri Inggirs.
Jakarta, CB -- Menteri Luar Negeri Prancis
Jean-Yves Le Drian mengatakan bahwa kini sudah waktunya krisis
penarikan diri Inggris dari Uni Eropa atau Brexit harus berakhir. Dia menyebut persoalan Brexit tidak dapat terus-menerus mendominasi diskusi Uni Eropa.
"Sudah
saatnya situasi ini [harus] berakhir," kata Jean-Yves kepada wartawan
di sela-sela pertemuan G7 di Dinard, Prancis utara, Sabtu (6/4) dikutip AFP.
Jean-Yves
meminta pihak pemerintah dan parlemen Inggris perlu memahami bahwa Uni
Eropa tak dapat terus-menerus hanya memikirkan dan membahas persoalan
yang menjadi urusan dalam negeri Inggirs.
"Inggris perlu memberi tahu kami dengan cepat bagaimana mereka akan keluar dari krisis ini," tambahnya.
"Kita tidak bisa hidup terus-menerus dengan Brexit. Pada titik tertentu, harus ada keberangkatan," ujarnya lagi.
Perancis
telah berupaya untuk meningkatkan tekanan pada Perdana Menteri Inggris
Theresa May menjelang pertemuan puncak darurat para pemimpin Eropa di
Brussels mulai Rabu depan.
Presiden Prancis Emmanuel Macron
mengatakan sebelumnya bahwa permintaan Inggirs untuk perpanjangan
tenggat waktu Brexit tidak akan secara otomatis diterima, yang berarti
Inggris dapat keluar dari blok tanpa kesepakatan.
Sebelumnya PM Theresa May meminta Uni Eropa mengundur proses bagi
negaranya keluar dari blok tersebut alias Brexit hingga 30 Juni
mendatang.
May mengatakan bahwa penundaan ini sangat penting agar
Inggris dapat memastikan negaranya keluar dengan cara paling baik
setelah menjadi anggota Uni Eropa selama 46 tahun.
Jakarta, CB -- Majelis Uni Eropa
menyarankan penundaan proses Inggris untuk keluar dari blok tersebut
atau Brexit hingga satu tahun, atau lebih lama dari permintaan Perdana Menteri Theresa May kepada Uni Eropa untuk mengundur proses Brexit hingga 30 Juni mendatang.
Namun, para pemimpin negara Uni Eropa skeptis dengan permintaan May dan meminta alasan kuat untuk penundaan tersebut.
Perbedaan
visi tentang pelepasan Inggris setelah 46 tahun bergabung dalam Uni
Eropa itu akan dibahas dalam rapat darurat parlemen Uni Eropa pada Rabu
(10/4) mendatang.
Saat ini, batas akhir Brexit dipatok pada
12 April, mundur dari yang sebelumnya ditetapkan yaitu pada 29 Maret.
Proses Brexit terus mundur karena perbedaan pendapat dalam pemerintahan
Inggris.
"Inggris meminta proses berakhir pada 30 Juni 2019. Jika
semua pihak dapat meratifikasi sebelum tanggal itu, pemerintah meminta
periode diperpendek," kata May melalui surat ke presiden Dewan UE,
Donald Tusk.
Sementara itu, seorang pejabat senior Uni Eropa
mengatakan bahwa gagasan Tusk menawarkan kepada Inggris perpanjangan
Brexit 12 bulan akan disampaikan kepada negara-negara anggota parlemen
Uni Eropa hari ini.
Langkah Politis
Dalam
suratnya, May menulis bahwa Inggris akan mengikuti pemilihan Parlemen
Eropa pada 23 Mei mendatang jika penundaan itu disetujui.
Namun,
pengamat politik di London menilai May telah mengetahui bahwa permintaan
tenggat waktu barunya itu akan ditolak. Sebab, para pemimpin Uni Eropa
tidak berpikir ia bisa mendapatkan kesepakatannya melalui parlemen dalam
waktu dekat.
"Saya pikir Theresa May mencari perlindungan
politik karena ia meminta perpanjangan yang ia sendiri paham tidak bisa
didapatkan," kata Profesor Politik Eropa dari King's College Anand Menon
dikutip dari AFP, Sabtu (6/4).
Saat ini, May berlomba melawan
waktu untuk mendapatkan persetujuan atas proposal Brexit, sehingga
Inggris dapat menghindari pemilihan Uni Eropa.
Dua puluh tujuh negara Uni Eropa lainnya harus memberikan dukungan dengan suara bulat untuk perpanjangan tenggat waktu.
Akan
tetapi, pemimpin Eropa seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron
mengatakan ingin mendengar alasan jelas terkait penundaan Brexit lebih
jauh.
Menurut Macron, penundaan ini adalah sebuah langkah yang
akan menambah ketidakpastian sehingga membebani bisnis di seluruh negara
Uni Eropa.
Kantor kepresidenan Macron memberikan pernyataan
resmi pada Jumat (5/4) bahwa terlalu dini untuk mempertimbangkan
penundaan Brexit lain.
Sementara itu, sekutu terdekat May di Uni
Eropa, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menyatakan surat May tidak
menjawab beberapa kekhawatiran penting.
Sebelumnya, May
mengatakan bahwa penundaan ini sangat penting agar Inggris dapat
memastikan negaranya keluar dengan cara paling baik setelah menjadi
anggota Uni Eropa selama 46 tahun.
Garda nasional Venezuela berlindung di
balik tameng saat aksi unjuk rasa menentang pemerintahan Presiden
Nicolas Maduro di Caracas, Sabtu (12/4). (Foto: REUTERS/Carlos Garcia
Rawlins)
Karakas (CB) - Puluhan ribu warga Venezuela turun ke jalan-jalan
pada Sabtu untuk mendukung pemimpin oposisi Juan Guaido dan memprotes
Presiden Nicolas Maduro, yang mereka tuduh membuat perekonomian negara
itu hancur setelah aliran listrik terputus dan akses untuk mendapatkan
air terbatas.
Rakyat Venezuela, yang sudah menderita akibat hiperinflasi dan
kekurangan makanan dan obat-obatan, mengatakan krisis itu telah memburuk
selama sebulan belakangan. Banyak kawasan gelap selama berhari-hari
akibat aliran listrik putus dan pasokan air serta layanan telepon
selular juga putus.
Guaido, kepala Majelis Nasional yang dikendalikan oposisi dan diakui
sebagai kepala negara Venezuela yang sah oleh sebagian besar negara
Barat, menyerukan pawai-pawai pada Sabtu untuk menandai permulaan apa
yang disebutnya sebagai gelombang baru "protes-protes "definitif" untuk
menggulingkan Maduro.
Guaido berusaha konstitusi negara itu diubah agar dapat menjadi presiden
interim pada Januari, mengecam Maduro sebagai "perebut" untuk memulai
periode kedua setelah pemilihan tahun 2018 yang dipandang luas
dicurangi. Madurto, yang tetap memperoleh dukungan tentara dan para
sekutu termasuk Rusia dan China, menganggap Guaido sebagai boneka AS dan
mengatakan ia akan menghadapi keadilan.
Di Karakas, ribuan pendukung oposisi berkumpul di titik utama pawai di
distrik El Marques di bagian timur ibu kota. Para pemerotes mengatakan
rumah-rumah mereka sudah tanpa aliran listrik dan air selama
berhari-hari dan banyak mengambilnya pipa-pipa atau saluran tidak bersih
yang mengalir dari pegunungan Avila menghadap Karakas.
"Kami harus singkirkan perebut ini, dan kami tidak dapat berpikir hal
lainnya," kata Claudia Rueda, 53 tahun, yang di kesehariannya pembuat
rumah dalam aksi itu.
Di satu titik, kerumunan massa meneriakkan,"Air langka, aliran listrik
tak ada, dan sekarang Maduro yang menghilangkannya juga harus enyah."
Dua pemadaman listrik masif dalam beberapa pekan membuat pemerintah
Maduro membatalkan proses belajar-mengajar di sekolah-sekolah dan
mengganggu sektor bisnis. Layanan pasokan listrik belum merata, dengan
kota-kota seperti San Cristobal, Valencia dan Maracay melaporkan masih
menglami gangguan pasokan listrik.
Masyarakat Andes memprotes proyek Conga
Tambang Newmont dalam aksi jalan sepanjang Danau Perol di wilayah bagian
Cajamarca, Peru, Senin (17/6). Ribuan penentang proyek emas Tambang
Newmont senilai USD5 milyar melingkupi dataran tinggi danau di Andes,
bertekad menghentikan perusahaan yang pada akhirnya akan mengeringkan
danau untuk membuka jalan bagi tambang paling mahal Peru. Danau Perol
merupakan satu dari beberapa danau yang akan diubah menjadi tambang
bijih besi dengan proyek Conga. Air dari danau akan dipindahkan ke empat
waduk yang akan atau direncanakan akan dibangun oleh perusahaan AS dan
perusahaan rekanan mereka Buenaventura. (REUTERS/Enrique Castro-Mendivi)
Lima (CB) - Satu desa adat di Peru setuju untuk mengakhiri
blokade jalan raya menuju tambang tembaga Las Bambas milik MMG Ltd
setelah perusahaan itu berkomitmen akan memberikan kompensasi karena
melintasi perladangan masyarakat adat, demikian sebuah dokumen yang
menyebutkan rincian persetujuan itu pada Sabtu.
Jalan-jalan tersebut yang dirintangi oleh masyarakat adat Fuerabamba
selama dua bulan harus dicabut pada Senin, kata dokumen itu yang
ditandatangani oleh Ketua Fuerabamba, Gregorio Rjas, perdana menteri
Peru dan manajer tambang setelah pembicaraan selama 10 jam di ibu kota
Lima.
Persetujuan itu tampaknya memecah kebuntuan antara Fuerabamba dan MMG
yang hampir menutup Las Bambas. Tambang itu berlokasi di bagian selatan
Peru dan memproduksi sekitar 400.000 tembaga setiap tahun.
Fuerabamba mulai merintangi MMG menggunakan jalan lokal yang melintasi
perldangannya pada awal Februari untuk menuntut kompensasi dari
perusahaan tersebut. Tapi konflik meningkat setelah pengacara Fuerabamba
diperintahkan untuk ditahan sementara mereka diselidiki karena tuduhan
mencoba memeras MMG.
Fuerabamba sebelumnya menuntut para pengacara itu, yang membantah
melakukan kesalahan, dibebaskan dari penjara sebelum mengakhiri blokade
jalan raya.
Tetapi tak ada penyebutan terkait pengacara itu dalam perjanjian yang ditandatangani pada Sabtu.
"Las Bambas dan masyarakat Fuerabamba mencapai perjanjian ekonomi yang
saling memuaskan," demikian dokumen itu, tanpa menyebutkan angka. "Akses
ke unit tambang itu tak lagi dirintangi oleh warga desa Fuerabamba,
mereka mengizinkan kendaraan milik Las Bambas dan kontraktornya
melintasi dengan bebas."
Rojas memuji perjanjian tersebut setelah dokumen itu dibacakan dan
dibagikan kepada wartawan oleh salah seorang penengah pada Sabtu malam.
Ia menyebutnya "Langkah tegas menuju pembangunan negara kami dengan
syarat-syarat yang tepat."
Dalam dokumen itu juga disebutkan, pemerintah sepakat untuk berbuat
lebih banyak mendukung pembangunan di komunitas-komunitas lain di
sekitar Las Bambas.
Pastor Tutsi Anastase Sabamungu (kiri) dan guru Hutu Joseph
Nyamutera mengunjungi pemakaman Rwanda di mana 6.000 korban genosida
dimakamkan. ( 2008 World Vision / foto oleh Jon Warren via
worldvision.org)
CB, Jakarta - Rwanda berkabung selama 100 hari untuk mengenang dan menghormati lebih dari 800 ribu orang tewas dalam genosida yang mengguncang dunia.
Hari
berkabung dimulai Minggu, 7 April 2019. Presiden Rwanda, Paul Kagame
akan memimpin upacara berkabung dengan menyalakan api di Monumen
Genosida Kigali, di mana lebih dari 250 ribu korban dimakamkan di
monumen tersebut, sebagian besar korban dari etnis Tutsi.
Setelah
itu, Kagame dijadwalkan akan berpidato di Kigali Convention Centre,
bangunan modern yang melambangkan regenerasi Rwanda sejak peristiwa
genosida terjadi.
Sore harinya, para pejabat Rwanda akan bergabung dengan 2 ribu orang
berjalan bersama ke gedung parlemen. Di sini pada malam harinya mereka
akan menyalakan lilin, seperti dikutip dari Reuters dan
Channel News Asia.
Hari berkabung yang dimulai hari ini untuk
mengenang awal terjadi genosida pada 6 April 1994, ketika Presiden
Juvenal Habyarimana dan presiden Burundi Cyprien Ntaryamira tewas
setelah pesawat yang merka tumpangai ditembaki ketika melintas di ibu
kota Rwanda. Kedua kepala pemerintahan ini beretnis Hutu.
Presiden Rwanda, Paul Kagame
Sampai saat ini tidak diketahui siapa yang menembak pesawat yang membawa pemimpin Rwanda dan Burundi itu.
Peristiwa
penembakan pesawat yang ditumpangi presiden Ntarymira memicu mobilisasi
tentara pemerintah beretnis Hutu dan sekutunya dari kelompok milisi
untuk menyerang warga Rwanda dari etnis minoritas Tutsi.
Dalam kurun waktu 3 bulan, lebih dari 800 ribu orang tewas dibantai. Sekitar 10 ribu orang tewas setiap hari.
Genosida telah menghilangkan sekitar 70 persen populasi etnis minoritas Tutsi atau 10 persen dari total populasi Rwanda.
Aksi
pembantaian etnis ini berakhir pada Juli 1994 ketika Front Patriotik
Rwanda, gerakan pemberontak yang dipimpin Paul Kagame dari etnis Tutsi
berusia 36 tahun.
Kagame kini berusia 61 tahun dan menjadi presiden Rwanda.
Kini, Rwanda menjadi salah satu negara di Afrika yang perekenomiannya terbaik dan maju. Namun trauma atas genosida
1994 masih kuat dialami penduduk Rwanda. Terutama karena masih banyak
keluarga tidak mengetahui keberadaan orang-orang yang mreka kasihi.
Bersamaan itu, para pembunuh masih bebas berkeliaran di Rwanda.
AS siap memperluas penjualan pesawat tempur F-35 ke sejumlah negara. Foto/Istimewa
WASHINGTON
- Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan untuk memperluas
penjualan jet tempur F-35 ke lima negara baru termasuk Rumania, Yunani
dan Polandia ketika sekutu Eropa meningkatkan pertahanan mereka dalam
menghadapi Rusia yang menguat, kata seorang pejabat Pentagon kepada
Kongres pada Kamis.
"Calon pelanggan Penjualan Militer Asing di
masa depan termasuk Singapura, Yunani, Rumania, Spanyol, dan Polandia,"
kata Kepala kantor F-35 Pentagon Wakil Laksamana Mathias Winter dalam
kesaksian tertulis yang disampaikan kepada DPR AS seperti dikutip dari VOA, Jumat (5/4/2019).
Kabar
tentang pembeli baru ini bertepatan dengan ketegangan antara AS dengan
mitra pembangunan F-35 Turki atas rencana Ankara untuk membeli sistem
pertahanan rudal Rusia.
Penjualan
peralatan militer ke pihak asing seperti F-35 dianggap sebagai
perjanjian antar pemerintah di mana Pentagon bertindak sebagai perantara
antara kontraktor pertahanan dan pemerintah asing.
Sekutu-sekutu AS lainnya sedang mengincar pembelian jet siluman itu termasuk Finlandia, Swiss, dan Uni Emirat Arab.
Kesaksian
tertulis penuh Winter, yang akan diumumkan kepada publik, mengatakan
Amerika Serikat akan menanggapi semua permintaan resmi untuk informasi
tentang jet tersebut.
Tahun lalu, Belgia adalah pelanggan baru
pertama untuk F-35 dalam beberapa tahun. Belgia memilih F-35 daripada
Eurofighter Typhoon untuk menggantikan F-16 mereka yang menua dalam
kesepakatan senilai USD4,55 miliar.
Di bawah Presiden Donald
Trump, AS telah meluncurkan rencana "Beli Amerika" yang melonggarkan
pembatasan penjualan dan mendorong pejabat AS untuk mengambil peran
lebih besar dalam meningkatkan bisnis di luar negeri untuk industri
senjata negara itu.
Lockheed
Martin Corp, kontraktor utama jet, sedang mengembangkan dan membangun
tiga model pesawat tempur baru untuk militer AS dan 10 negara lain yang
telah mendaftar untuk membeli jet itu: Inggris, Australia, Italia,
Turki, Norwegia, Belanda, Israel, Jepang , Korea Selatan dan Belgia.
Penjualan
senjata AS ke pemerintah asing naik 13 persen menjadi USD192,3 miliar
pada tahun yang berakhir 30 September, Departemen Luar Negeri mengatakan
pada bulan November.
Lockheed mengirimkan 91 jet tempur F-35 ke Amerika Serikat dan sekutunya dalam kalender 2018.
Pesawat jet tempur siluman F-35 produksi Lockheed Martin, Amerika Serikat. Foto/REUTERS
TEL AVIV
- Keputusan Amerika Serikat (AS) menghentikan pengiriman pesawat jet
tempur F-35 ke Turki karena membeli sistem pertahanan rudal S-400 Rusia
telah menguntungkan Israel. Negara mayoritas Yahudi itu semakin digdaya
di udara Timur Tengah.
Langkah Washington tersebut menyusul
peringatan berulang kali baik dari Amerika Serikat maupun sekutu NATO
lainnya kepada Ankara bahwa membeli sistem rudal Rusia bersama jet
tempur yang diproduksi Lockheed Martin akan mengancam keamanan F-35.
Alasannya, senjata pertahanan Moksow itu bisa mempelajari cara menemukan
dan melacak jet tempur F-35.
Israel, yang juga memiliki hubungan
yang rapuh dengan Turki, saat ini memiliki 14 unit jet tempur F-35 Adir
dan diperkirakan akan menerima total 50 pesawat untuk membuat dua
skuadron penuh pada 2024.
Menurut
sejumlah laporan media asing, Israel telah diam-diam menguji cara untuk
mengalahkan sistem pertahanan udara Rusia yang canggih, termasuk dengan
berpartisipasi dalam beberapa latihan bersama dengan Angkatan Udara
Yunani di pulau Kreta di mana satu sistem pertahanan rudal buatan Rusia
ditempatkan. Latihan itu dilaporkan telah memungkinkan pesawat tempur
Israel untuk mengumpulkan data tentang bagaimana sistem canggih tersebut
dapat dibutakan atau dibodohi.
Tetapi ada kekhawatiran bahwa
radar pada sistem S-400 yang dibeli oleh Turki—yang telah membentuk
semacam aliansi dengan Rusia dan telah bekerja sama erat dengan
Iran—dapat mempelajari titik-titik lemah dalam jet F-35 dan membuatnya
kurang mampu menghindari senjata Rusia di masa depan.
Perwira top
di NATO dan kepala pasukan Amerika di Eropa, Jenderal Curtis
Scaparrotti memperingatkan pada bulan Maret selama rapat dengan Komite
Layanan Angkatan Bersenjata Senat bahwa pembelian S-400 oleh Ankara
menghadirkan masalah tidak hanya untuk F-35 tetapi untuk semua pesawat
Amerika.
"Saran militer terbaik saya adalah agar kita tidak
menindaklanjuti dengan F-35, menerbangkannya atau bekerja dengan sekutu
yang bekerja dengan sistem Rusia, khususnya sistem pertahanan udara,
dengan salah satu kemampuan teknologi kami yang paling canggih,"
Scaparrotti seperti dikutip Defense News.
Dibangun oleh
Lockheed Martin, jet tempur F-35 memiliki sinyal radar yang sangat
rendah yang memungkinkannya beroperasi jauh di dalam wilayah musuh serta
untuk menghindari sistem pertahanan rudal canggih seperti S-300 dan
S-400 buatan Rusia.
Hubungan yang sudah rapuh antara Israel dan
Turki semakin tegang dalam beberapa bulan terakhir ketika Presiden Turki
Tayyip Erdogan—seorang kritikus vokal kebijakan Israel terhadap
Palestina—telah meningkatkan retorikanya.
Para pejabat Israel
telah menyuarakan keprihatinan atas pembelian jet F-35 oleh Turki. Salah
satu pejabat senior pertahanan yang dikutip oleh Haaretz pada bulan
Agustus lalu mengatakan bahwa Israel ingin menjadi satu-satunya negara
di Timur Tengah dengan F-35 untuk menjaga keunggulan kualitatif
militernya. Dia khawatir kemampuan jet tempur itu akan bocor ke
negara-negara musuh jika Turki memilikinya.
Ceng Sagnic dari Moshe Dayan Center di Tel Aviv mengatakan kepada The Jerusalem Post
bahwa untuk sementara Moskow mungkin ragu-ragu untuk berbagi
pengetahuan tentang jet tempur yang mungkin diperoleh dengan S-400.
“Moskow
pasti akan ragu untuk membagikan rahasia militer yang diperolehnya
dengan pihak ketiga. Tetapi jika terjadi perselisihan besar di wilayah
tersebut atau aliansi Moskow-Teheran yang berpotensi diperluas, transfer
pengetahuan tentang sistem senjata AS ke Teheran dapat menjadi topik
diskusi," katanya, yang dilansir Jumat (5/4/2019).
Menurut
Sagnic, tidak mungkin untuk memperkirakan tingkat hubungan antara Ankara
dengan Moskow. "Kehadiran F-35 dan S-400 juga dapat datang dengan hasil
yang sama. Jika Turki membeli F-35 dari AS dan S-400 dari Rusia,
situasinya sebagian akan menyerupai Yunani, di mana kehadiran sistem
S-300 kebetulan diizinkan," ujarnya.
Israel menjadi negara
pertama di luar Amerika Serikat yang mendeklarasikan Kemampuan
Operasional Awal (IOC) jet tempur siluman F-35 pada 2017. Tahun lalu,
kepala Angkatan Udara Israel (IAF) Mayor Jenderal Amikam Norkin
mengumumkan bahwa Israel telah menyerang sasaran di Timur Tengah dengan
jet F-35 Adir sebanyak dua kali.
"Turki
harus secara serius berpikir bahwa Israel mungkin berada di belakang
pembatalan perjanjian F-35 untuk menjaga keunggulan udaranya. Namun,
untuk politik dalam negeri, Ankara membutuhkan 'tersangka biasa' untuk
disalahkan, karena menyalahkan AS tidak cukup untuk menjelaskan gangguan
dalam satu perjanjian senjata terbesar yang telah ditandatangani
Turki," kata Sagnic.
Sebagai mitra Level-3 dalam program
multinasional F-35, Turki menginvestasikan lebih dari USD1 miliar pada
jet tempur itu. Beberapa perusahaan lokal yang memproduksi komponen
untuk pesawat termasuk layar pesawat dan kokpit. Mereka di antaranya,
Alp Aviation, AYESAS, Kale Aviation, Kale Pratt & Whitney dan
Turkish Aerospace Industries.
Perusahaan-perusahaan pertahanan
Turki juga memproduksi rudal kelas SOM-J untuk program Joint Strike
Fighter (JSF) dan Turki adalah pusat pemeliharaan dan perbaikan Eropa
untuk pesawat tempur F-35 yang diproduksi berdasarkan rencana JSF.
Ankara
menerima pengiriman F-35 pertamanya pada bulan Juni di sebuah upacara
di Texas dan negara itu berencana untuk membeli 100 jet siluman itu pada
tahun-tahun mendatang. Pilot-pilot Turki telah belajar menerbangkan jet
itu bersama pilot-pilot AS di Luke Air Force Base, Arizona.
Ankara
berpegang pada harapan bahwa dua jet tempur F-35 lainnya yang
diharapkan diserahkan bulan ini akan benar-benar dikirimkan.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada
Kamis (4/4) mengatakan ia "sangat yakin" AS dan Turki "akan menemukan
jalan maju" di tengah pertikaian yang berlangsung mengenai tekad Ankara
untuk memperoleh sistem canggih pertahanan udara Rusia, S-400. (Anadolu)
Washington (CB) - Menteri
Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Kamis (4/4) mengatakan ia "sangat yakin"
AS dan Turki "akan menemukan jalan maju" di tengah pertikaian yang
berlangsung mengenai tekad Ankara untuk memperoleh sistem canggih
pertahanan udara Rusia, S-400.
"Ada peluang yang sangat besar bagi Amerika Serikat dan Turki untuk
bekerjasama lebih erat lagi," kata Pompeo kepada wartawan saat penutupan
pertemuan menteri luar negeri NATO untuk memperingati ulang tahun ke-70
aliansi tersebut.
Pompeo mengatakan pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut
Cavusoglu pada Kamis positif, dan menyampaikan harapan ketegangan
bilateral akan dapat diselesaikan, demikian laporan Kantor Berita Turki,
Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi.
Tindakan Turki membeli sistem rudal permukaan-ke-udara buatan Rusia
S-400 telah menimbulkan ketegangan dalam hubungannya dengan Washington,
yang pada awal pekan ini membekukan pengiriman suku cadang dan layanan
yang diperlukan untuk Turki menerima jet tempur "stealth" F-35.
Para pejabat AS telah menyarankan Turki membeli sistem rudal Patriot AS
dan bukan sistem S-400 buatan Rusia, dengan alasan S-400 tidak cocok
dengan sistem NATO dan mungkin mengungkap teknologi F-35 kepada Rusia,
termasuk upaya rahasia untuk memperoleh informasi penting mengenai
pesawat jet itu, yang kemudian bisa disalurkan ke Rusia.
Sebagai tanggapan atas keprihatinan AS, Cavusoglu pada Rabu mengatakan sistem tersebut hanya akan digunakan oleh Turki.
"Itu tidak harus dipadukan ke dalam sistem NATO, dan ini bukan tujuan
kami. Ini untuk penggunaan kami sendiri," katanya. "Sistem ini takkan
memandang sistem NATO yang manapun, termasuk F-35, sebagai musuh."
Pentagon pada Rabu mengatakan lembaga pertahanan itu memindahkan jet
F-35 ketiga pesanan Turki ke Luke Air Force Base di Arizona, dan yang
keempat direncanakan dipindahkan pada Jumat.
Beberapa pilot Turki saat ini menjalani pelatihan mengenai generasi
kelima jet tempur canggih tersebut di pangkalan itu, dan Pentagon
menyatakan pelatihan mereka dilanjutkan kendati ada pembekuan pengiriman
suku cadang dan layanan yang diumumkan pada Senin (1/4).
Turki bergabung dengan Program Tempur Serang Gabungan F-35 pada 2002 dan
telah menanam modal lebih dari 1,24 miliar dolar AS. Turki juga
memproduksi bermacam suku cadang buat semua pelanggan dan varian F-35.
ANKARA
- Wakil Presiden Turki Fuat Oktay membalas peringatan Wakil Presiden
Amerika Serikat (AS) Mike Pence terkait kisruh pembelian sistem anti
rudal S-400 Rusia. Pence sebelumnya mengeluarkan ultimatum kepada Turki
pilih untuk menjadi sekutu NATO atau S-400 Rusia.
“Amerika
Serikat harus memilih. Apakah negara itu ingin tetap menjadi sekutu
Turki atau mempertaruhkan persahabatan kita dengan bergabung dengan
teroris untuk melemahkan pertahanan sekutu NATO melawan musuh-musuhnya?"
cuit Oktay di Twitter, sebagai tanggapan atas ultimatum Mike Pence
seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (4/4/2019).
Perang
kata-kata antara politisi top kedua negara meletus dua hari setelah
Pentagon menghentikan pengiriman peralatan terkait jet tempur F-35 ke
Turki. Departemen Pertahanan AS menegaskan bahwa pengiriman tidak akan
dilanjutkan kecuali Turki membatalkan pembelian perangkat keras Rusia.
Turki,
yang telah menjadi mitra penting dalam program F-35 AS, sekali lagi
mengingatkan AS bahwa pembelian S-400 adalah kesepakatan yang telah
dilakukan.
"(S-400) tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.
Cavusoglu
mencoba mengadvokasi pembentukan kelompok teknis multi-partai yang akan
memastikan sistem pertahanan udara tidak akan menjadi ancaman bagi
kedua F-35 atau sistem NATO lainnya. Dia juga mengisyaratkan bahwa
masalah tersebut kemungkinan besar akan diselesaikan antara Presiden
Donald Trump dan Presiden Turki Recep Erdogan.
Turki
telah lama menegaskan bahwa, sebagai negara berdaulat, memiliki hak
untuk memilih mitra dagang dan pemasok senjata. Ankara berulang kali
menekankan bahwa membeli sistem Rusia sangat penting untuk pertahanan
nasional negara itu, di tengah konflik Suriah yang sedang berlangsung
tepat di depan pintunya.
Selain ketegangan yang berpusat di
sekitar kesepakatan senjata, Turki telah menyatakan keprihatinan yang
berkelanjutan atas dukungan Washington terhadap milisi Kurdi Suriah,
yang berada di garis depan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung
AS. Ankara menganggap pasukan Kurdi di Suriah dan Irak sebagai
perpanjangan "teroris" Partai Pekerja Kurdistan (PKK), sebuah
pemberontakan yang berbasis di Turki.
Tentara Rusia berada di Lapangan Merah saat gladi bersih
jelang Parade militer Hari Kemenangan pada 3 Mei 2018. Parade militer
Hari Kemenangan memperingati 73 tahun kemenangan pada Perang Dunia II.
AP
CB, Jakarta - Sebuah majalah militer Angkatan Darat Rusia merilis artikel bahwa militer mengembangkan telepati atau kemampuan parapsikologi untuk menciptakan tentara super masa depan.
Menurut laporan Russia Today, 4 April 2019, Armeisky Sbornik
(Army Digest/Intisari Tentara), majalah yang dikelola oleh Kementerian
Pertahanan, mengklaim militer sangat menyukai parapsikologi, yang
mempelajari hal-hal aneh seperti telepati, prekognisi, pengalaman
mendekati kematian, atau reinkarnasi.
Proyek
ini bukan hal baru di militer Rusia. Kembali pada akhir 1980-an,
militer Uni Soviet mulai mengembangkan apa rencana berjudul "tentara
super untuk perang masa depan" yang disebut "metacontact", atau dengan
kata lain semacam kekuatan telepati yang dapat membuat prajurit memiliki
kemampuan super.
Prajurit dengan parapsikologi mampu menggunakan kekuatan otaknya
untuk membakar chip di generator, menguping pembicaraan atau mengganggu
sistem telekomunikasi, termasuk gelombang televisi dan radio.
Militer
Rusia juga telah bereksperimen dengan keterampilan linguistik
lain-lain. Sebuah telepatis dilaporkan berhasil membaca file yang
dikunci di brankas yang ditulis dalam bahasa yang tidak ia mengerti.
ilustrasi telepati. crystalinks.com
Majalah
tersebut mengungkap bahwa kontak telepati dapat membantu pasukan untuk
menghindari penyergapan, mendeteksi tempat persembunyian dan merawat
mereka yang terluka dalam pertempuran. Telepati juga sangat diperlukan
saat melakukan interogasi non-verbal terhadap prajurit musuh.
"Sang
interogator akan tahu orang macam apa dia, kekuatan atau kelemahan apa
yang dimilikinya, dan apakah dia baik untuk merekrut. Membiarkan pikiran
musuh terbuka lebar adalah 100 persen tepat," klaim artikel tersebut.
Politisi senior Rusia , pemimpin bisnis dan manajer tinggi di sektor perbankan juga diajari beberapa keterampilan telepati.
Mengesampingkan
gurauan, beberapa militer tingkat atas telah dengan cermat mempelajari
cara-cara mempengaruhi pikiran manusia dan memanipulasi perilaku
manusia.
Banyak negara-negara adikuasa telah menggunakan perang
psikologis dalam konflik baru-baru ini. Contohnya Irak dan Afganistan,
di mana kampanye AS untuk memenangkan hati dan pikiran dalam
pertempuran.
Namun, upaya seperti itu tidak pernah dibuktikan secara ilmiah.
Ilmuwan Rusia skeptis
tentang publikasi ini. Yevgeny Aleksandrov, kepala komisi pseudo-sains
di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia mengatakan, bahwa ada beberapa
penelitian rahasia "parapsikologi tempur", tetapi studi telepati semacam
itu dianggap tidak masuk akal.
Pesawat jet tempur MiG-31 Rusia saat menguji terbang rudal hipersonik Kinzhal. Foto/Sputnik/Evgeny Biyatov
WASHINGTON
- Pentagon berencana untuk menyebarkan satelit yang mampu mendeteksi
rudal hipersonik Rusia. Keputusan itu dilatarbelakangi oleh perkembangan
dari kendaraan peluncur hipersonik (HGV) yang terus dikembangkan oleh
Rusia dan China.
Kendaraan peluncur itu mampu bermanuver di
tengah penerbangan dan membuat lintasan mereka tidak dapat diprediksi
oleh sistem pertahanan rudal sehingga membuat sistem pertahanan tersebut
menjadi tidak berguna.
Wakil Menteri Pertahanan Amerika Serikat untuk Kebijakan John Rood, seperti dikutip Sputnik,
Jumat (5/4/2019), mengatakan Pentagon berencana untuk mulai menyebarkan
"sensor berbiaya rendah" ke orbit Bumi yang mampu mendeteksi peluncuran
rudal hipersonik dan melacaknya.
Pengumuman
itu dibuat selama rapat dengar pendapat dengan Komite Layanan Angkatan
Bersenjata Senat AS, di mana Rood menanggapi pertanyaan tentang
bagaimana AS akan melawan senjata hipersonik.
Pada saat yang
sama, wakil menteri itu gagal memberikan perincian tentang bagaimana
Pentagon berencana untuk menjatuhkan rudal hipersonik. Menurutnya,
militer sedang berupaya mengembangkan cara untuk memengaruhi misil
hipersonik musuh selama penerbangan.
Selama rapat dengar pendapat
yang ditujukan untuk permintaan anggaran militer, Rood secara khusus
menekankan perlunya mengembangkan pertahanan terhadap rudal hipersonik.
Dia mengakui bahwa Rusia dan China mengembangkan senjata canggih,
termasuk kendaraan peluncur hipersonik (HGV).
Wakil
menteri mencatat bahwa rudal seperti itu mampu bermanuver di atmosfer,
sehingga membuat lintasan mereka tidak dapat diprediksi oleh sistem
pertahanan rudal.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah
mempresentasikan rudal hipersonik 3M22 Zircon beberapa waktu lalu. Dia
mengungkapkan bahwa misil itu dapat mencapai kecepatan lebih dari 9 Mach
dan menyerang target baik di laut maupun di darat dengan jarak hingga
1.000 kilometer.
Presiden Rusia Vadlimir Putin menyampaikan pidato tahunannya kepada Majelis Federasi Rusia, 20 Februari 2019.[TASS]
CB, Moskow – Rusia telah mengerahkan kemampuan perang elektronik besar-besaran untuk menyembunyikan keberadaan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Sebuah
lembaga riset asal Amerika Serikat, C4ADS, melansir tim ahli dari Rusia
menggunakan trik canggih GPS, yang membuat keberadaan Putin secara
sinyal telekomunikasi tidak bisa diketahui.
Rusia disebut
melakukan 9.883 kali operasi pengelabuan GPS baik di Rusia, Crimea, dan
Suriah antara Februari 2016 hingga November 2018.
“Group
ini mengklaim menemukan adanya korelasi dekat antara gerakan Putin dan
sinyal palsu GPS, yang mengelabui sistem navigasi,” begitu dilansir Moscow Times dan Janes pada Kamis, 4 April 2019.
Menurut
lembaga riset C4ADS, operasi pengelabuan GPS ini berlangsung dalam
cakupan wilayah yang luas, dan durasi yang lebih lama dari yang
diperkirakan sebelumnya.
Pengelabuan
sinyal GPS ini juga bermanfaat untuk menghalau drone dari mendatangi
wilayah udara terlarang. Namun, operasi GPS ini berdampak kepada
kegiatan sipil seperti kapal laut, yang membuat mereka berada di lokasi
yang jauh.
Kemampuan teknologi perang elektronik Rusia
ini menunjukkan negara ini memiliki kelebihan dibanding negara lain
untuk mencapai target taktis dan strategis di dalam negeri dan luar
negeri. Namun, teknologi yang relatif murah dan mudah digunakan ini
beresiko digunakan untuk tujuan kriminal.
Sekretaris
Jenderal NATO, Jens Stoltenberg menyatakan tidak ingin Perang Dingin
dan perlombaan senjata baru dengan Rusia. Foto/Istimewa
BRUSSELS
- Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg menyatakan tidak ingin
Perang Dingin dan perlombaan senjata baru dengan Rusia. Namun, dia
menyebut NATO tidak bisa "naif" terhadap bahaya yang ditimbulkan Rusia.
Stoltenberg
mengawali pernyataannya dengan meminta Moskow untuk kembali mematuhi
perjanjian INF, yang bertujuan mencegah perang nuklir di Eropa. Dia
mengatakan, meskipun ada seruan berulang-ulang agar Rusia kembali
mematuhi INF, Rusia tidak mengambil langkah untuk melakukannya, dan
waktu semakin menipis.
Pelanggaran Rusia, kata Stoltenberg,
menimbulkan bahaya akut bagi Eropa karena rudal baru yang dikerahkan
Rusia ke Eropa sangat sulit dideteksi, membuat waktu peringatan menjadi
hanya beberapa menit. Dia juga mengatakan, hal ini mengurangi ambang
batas untuk penggunaan senjata nuklir di konflik bersenjata.
"Tidak
ada rudal Amerika baru di Eropa, tetapi ada rudal baru Rusia.
Perjanjian yang hanya dihormati oleh satu pihak tidak akan membuat kita
aman," ucap Stoltenberg, seperti dilansir Anadolu Agency pada Kamis
(4/4).
Stoltenberg menegaskan, bahwa sementara NATO harus bersiap
untuk dunia tanpa perjanjian INF, NATO tidak akan "mencerminkan"
tindakan Rusia, dan mengatakan aliansi itu tidak berniat mengerahkan
rudal nuklir berbasis darat di Eropa.
"Tindakan kami akan diukur
dan dikoordinasikan. NATO akan selalu mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk memberikan pencegahan yang kredibel dan efektif,"
tukasnya.
Donald Trump dan Melania Trump di Mar-a-Lago. (AFP PHOTO / NICHOLAS KAMM)
Jakarta, CB -- Biro Investigasi Federal (FBI) memeriksa Yuzing Zhang yang masuk ke Ma-a-Lago, resor milik Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Diduga Zhang memiliki hubungan dengan intelijen China.
Demikian dikatakan sumber pemerintah AS, seperti dikutip Reuters, Kamis (4/4).
Zhang
ditangkap karena masuk ke resor Mar-A-Lago, Florida, secara ilegal,
Sabtu (30/3). Awalnya Zhang mengaku diminta rekannya menemui salah satu
anggota keluarga Trump untuk membicarakan hubungan ekonomi China-AS.
Zhang
bisa mengakses masuk ke wilayah resor karena kesalahan komunikasi di
antara petugas keamanan Mar-A-Lago. Zhang saat itu mengatakan kepada
agen Secret Services di pintu masuk ingin ke kolam renang. Dia
menunjukan dua paspor Republik Rakyat Tiongkok.
Petugas keamanan mengira Zhang merupakan salah satu anggota resor karena
ada seorang anggota bernama sama. Namun, petugas mulai curiga saat
Zhang tidak mengetahui jalan masuk di wilayah resor.
Zhang
berbohong kepada resepsionis, mengatakan dirinya akan menghadiri acara
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu 'United Nations Friendship Event
between China and the United States'.
Agen Secret Services pun curiga dan menagkap Zhang. Petugas menyita empat buah ponsel, laptop, dan sebuah USB yang berisi malware.
Zhang dituduh telah membuat pernyataan palsu dan memasuki area terlarang. Dia ditahan, dan akan disidang pengadilan pekan depan.
Sejak menjabat pada Januari 2017, Trump kerap mengunjungi Mar-a-Lago,
kawasan bisnis di Palm Beach. Dia juga sering menjamu orang terdekatnya
di resor miliknya itu.
Terkait insiden itu, Trump mengatakan insiden tersebut hanyalah insiden kecil dan kebetulan.
Namun, Ketua Komite Intelijen AS Adam Schiff menduga Zhang teridentifikasi memiliki keterkaitan dengan Partai Komunis Tiongkok.
Keberadaan ratusan kapal China di dekat
pulau yang diduduki Manila di Laut China Selatan yang bersengketa,
ilegal dan jelas melanggar kedaulatan Filipina, kata kementerian luar
negeri negara tersebut, Kamis. (AFP/Getty Images)
Manila (CB) - Keberadaan
ratusan kapal China di dekat pulau yang diduduki Manila di Laut China
Selatan yang bersengketa, ilegal dan jelas melanggar kedaulatan
Filipina, kata kementerian luar negeri negara tersebut, Kamis.
"Tindakan seperti itu ketika tidak disangkal oleh pemerintah China
dianggap telah diadopsi olehnya," menurut pernyataan Departemen Luar
Negeri, beberapa hari setelah Filipina mengatakan bahwa pihaknya akan
mengajukan protes diplomatik atas kapal-kapal tersebut.
Keberadaan ratusan kapal di sekitar pulau Thitu secara terus menerus
menimbulkan pertanyaan tentang niat dan kekhawatiran mereka atas
perannya "mendukung tujuan yang bersifat koersif," kata kementerian itu.
Data militer menunjukkan bahwa Filipina mengawasi lebih dari 200 kapal
China di dekat pulau Thitu, atau Pagasa, sejak Januari hingga Maret
tahun ini.
Selain Filipina, Brunei, China, Malaysia, Taiwan dan Vietnam memilik
klaim kedaulatan yang bersaing di perairan ramai tersebut, kawasan yang
dilalui barang dagangan senilai 3,4 triliun dolar AS setiap tahunnya.
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte (kanan), dan Presiden
Cina, Xi Jingping (kiri) menjelang penandatanganan di Beijing, Cina,
pada Oktober 2016. Reuters
CB, Manila – Kementerian Luar Negeri Filipina mengatakan kehadiran ratusan kapal nelayan Cina
dekat pulau yang dikuasai Manila di Laut Cina Selatan sebagai
ilegal. Ini juga disebut sebagai pelanggaran jelas kedaulatan Filipina.
“Tindakan-tindakan
itu jika tidak disangkal oleh pemerintah Cina akan terlihat bahwa
tindakan itu memang dilakukannya,” kata kemenlu Filipina dalam
pernyataan seperti dilansir Reuters pada Kamis, 4 April 2019.
Pemerintah
Filipina mengeluhkan kehadiran kapal nelayan Cina di dekat pulau Thitu,
yang terjadi berulang kali dalam periode yang lama. Ini memunculkan
pertanyaan apakah ada niat atau peran dalam mendukung tujuan yang
bersifat koersif.
Data
pemerintah Filipina mencatat ada sekitar 200 kapal nelayan asal Cina
berlayar di dekat pulau Thitu atau Pagas, yang merupakan nama lokal
pulau itu, dari Januari hingga Maret 2019.
Saat ini, selain
Filipina sejumlah negara ASEAN juga mengklaim kepemilikan wilayah di
Laut Cina Selatan seperti Brunei, Malaysia, dan Vietnam. LCS diduga
memiliki cadangan minyak dan gas berlimpah serta menjadi jalur
perdagangan dunia dengan nilai sekitar US$3.4 triliun atau sekitar Rp48
ribu triliun per tahun.
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. Youtube
Presiden
Filipina, Rodrigo Duterte, mengakui adanya potensi konflik yang besar
dengan Cina. Namun, dia menyebut kemampuan teknologi persenjataan negara
itu masih kalah jauh dari Cina sehingga mudah kalah jika berperang.
Duterte, seperti dlansir Philstar,
mengaku khawatir karena Cina memiliki rudal jelajah presisi yang mampu
menghancurkan ibu kota Manila dalam waktu tujuh menit sejak diluncurkan.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Mike Pompeo. Foto/REUTERS
WASHINGTON
- Amerika Serikat (AS) mendesak sekutu-sekutu NATO untuk beradaptasi
menghadapi ancaman baru Rusia, China dan arus migrasi yang tak
terkendali. Desakan disampaikan Menteri Luar Negeri Michael Pompeo.
Pompeo
menyampaikan seruannya pada awal pertemuan para menteri luar negeri
Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Washington hari
Kamis. Pertemuan itu menandai peringatan 70 tahun aliansi militer
transatlantik.
"Kita harus menyesuaikan aliansi kita untuk
menghadapi ancaman yang muncul, entah itu agresi Rusia, migrasi yang
tidak terkendali, serangan dunia maya, ancaman terhadap keamanan energi,
kompetisi strategis China termasuk teknologi dan 5G, dan banyak masalah
lainnya," kata Pompeo.
Dalam
dokumen strategi 2018, militer AS menempatkan serangan balasan terhadap
China dan Rusia di jantung strategi pertahanan nasional baru.
Sesi
pertama pertemuan para menteri luar negeri NATO berfokus pada cara-cara
untuk mencegah Rusia, termasuk di Laut Hitam tempat militer Moskow
menangkap tiga kapal Angkatan Laut Ukraina tahun lalu. Sekretaris
Jenderal NATO Jens Stoltenberg meminta Moskow untuk membebaskan
kapal-kapal Ukraina dan para awaknya.
Lebih lanjut, Pompeo
menyinggung apa yang dia sebut sebagai pelanggaran Rusia terhadap
Perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF) 1987 merupakan bagian
dari "pola perilaku tidak stabil."
Washington mengatakan akan
menarik diri dari perjanjian itu pada musim panas ini kecuali jika
Moskow mengakhiri pelanggaran perjanjian tersebut.
"Kami tidak
akan mencerminkan apa yang dilakukan Rusia," kata Stoltenberg. "Kami
akan diukur dan dikoordinasikan, dan kami tidak berniat mengerahkan
rudal nuklir yang diluncurkan di darat, di Eropa," paparnya.
Dalam sambutannya, Pompeo mengatakan NATO juga harus menghadapi perang siber yang meningkat, termasuk dari China.
Washington
telah memperingatkan bahwa pihaknya tidak akan bermitra dengan
negara-negara yang mengadopsi sistem Huawei Technologies China, tetapi
telah berselisih tentang masalah dengan Uni Eropa, yang telah menolak
seruan AS untuk melarang perusahaan itu di seluruh blok. Sebagian besar
anggota NATO adalah negara-negara Uni Eropa.
Huawei berada di
bawah pengawasan badan-badan intelijen Barat karena dianggap memiliki
hubungan dengan pemerintah China dan kemungkinan peralatannya dapat
digunakan untuk spionase. Huawei berulang kali membantah terlibat dalam
pekerjaan intelijen untuk pemerintah mana pun.