Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. (Korea Summit Press Pool/Pool via Reuters)
Jakarta, CB -- "Semua ini rahasia dan
saya mengungkap semua rahasia itu kepada dunia. Karena itu, saya bisa
dieksekusi oleh regu tembak kapan pun."
Pernyataan itu terlontar
dari mulut Kenji Fujimoto ketika bercerita mengenai pengalamannya
menjadi koki sushi bagi keluarga pemimpin tertinggi Korea Utara dua dekade silam, Kim Jong-il, ayah Kim Jong-un.
Berani
bersuara, pria Jepang ini pun langsung menjadi "buronan" berbagai media
dan lembaga intelijen yang ingin mengungkap kisah hidup rezim penguasa
di negara paling tertutup tersebut, termasuk mengenai sang pewaris
takhta, Kim Jong-un.
Begitu misterius negara tersebut, tanggal pasti kelahiran Kim saja masih menjadi perdebatan.
Pemerintah Korut menyebut Kim lahir pada 8 Januari 1982, tapi intelijen
Korea Selatan meyakini tanggal sebenarnya adalah setahun setelahnya.
Hanya
satu hal pasti, Kim lahir dari rahim istri ketiga Kim Jong-il, Ko
Yong-hi, yang meninggal dunia akibat kanker payudara pada 2004 lalu.
Kenji
sendiri meyakini bahwa Kim dilahirkan pada 1983. Direkrut sebagai koki
sekitar lima tahun setelah itu, Kenji mengaku sudah mengenal dan
mengetahui karakter Kim sejak sang pewaris takhta masih berusia tujuh
tahun.
Kenji ingat betul Kim pernah mencoba membuatnya terkejut
saat sedang di dalam bilik toilet. Kim memang dianggap sebagai anak yang
ceria sejak kecil.
Kepada
Washington Post,
Kenji juga mengaku pernah meminjamkan CD musik Whitney Houston saat Kim
baru kembali ke Korut setelah bersekolah di Swiss pada usia 17 tahun.
Surat kabar harian Swiss,
L'Hebdo, melaporkan bahwa Kim belajar di Sekolah Internasional Berne dengan nama samaran Pak Chol.
Menurut
Washington Post, Kim berteman dengan sejumlah anak diplomat Amerika Serikat selama di sana. Ia pun sempat belajar bahasa Perancis dan Jerman.
L'Hebdo meberitakan bahwa saat itu, para petugas sekolah dan teman sekelas Kim, "mengira dia adalah putra dari sopir kedutaan besar."
"Teman-teman dan staf di sekolahnya mengingat dia sebagai bocah
pemalu yang suka ski, Asosiasi Basket Nasional (NBA), dan memuja aktor
film aksi Jean-Claude Van Damme," tulis
Washington Post.
Sepulangnya ke kampung halaman, ia dilaporkan bersekolah di Universitas Kim Il-sung pada 2002 hingga 2007.
Hidup Kim berubah sekitar dua tahun kemudian, tepatnya pada 15 Januari 2009, ketika kantor berita
Yonhap melaporkan bahwa Kim Jong-il memilihnya menjadi pewaris takhtanya kelak.
Dua
bulan kemudian, Kim dilaporkan ikut serta dalam pemilihan umum untuk
mengisi posisi di parlemen Korut. Sejumlah laporan kemudian menunjukkan
Kim tak ada dalam daftar anggota parlemen, tapi langsung mengisi posisi
di Komisi Pertahanan Nasional.
Sejak saat itu, karier Kim langsung melesat. Ia bahkan dinobatkan
menjadi ketua Partai Pekerja Korut, partai berkuasa di Korut. Ia lantas
menjadi pemimpin defacto negara itu dengan gelar "Kamerad Brilian."
Sejumlah analis pun mengaku mendapatkan bukti kuat bahwa Kim sudah direstui untuk menjadi pengganti ayahnya.
"Pengunjung
yang kembali ke Jepang dari negara Stalinis itu mengatakan bahwa warga
Korea Utara diperintahkan menyanyikan lagu baru untuk memuji Kim
Jong-un, seperti yang mereka lakukan bagi ayah dan kakeknya," bunyi
laporan
ABC.
Setelah berbagai manuver politik, Kim Jong-il akhirnya wafat pada 17 Desember 2011 dan menyerahkan takhtanya kepada Kim Jong-un.
Foto: SINGAPORE'S MINISTRY OF COMMUNICATIONS AND INFORMATION/via REUTERS Kim Jong-un dengan Menlu Singapura Vivian Balakrishnan
|
Pada 11 April 2012, Kim Jong-un secara formal diberi jabatan
Sekretaris Pertama Partai Pekerja Korea, menggantikan posisi ayahnya
yang sudah menyandang titel abadi sebagai sekretaris jenderal.
Selama
menjabat, Kim juga mewarisi kebijakan yang diterapkan oleh sang ayah,
mulai dari ekonomi hingga senjata nuklir. Ia bertekad terus
mengembangkan program senjata itu sebagai pertahanan diri dari provokasi
AS dan Korsel.
Meski terus bersikap keras dengan meluncurkan rudal dan menguji coba bom nuklir sepanjang 2017, Kim melunak pada awal tahun ini.
Pertengahan
tahun ini, sejarah tertoreh ketika Kim akhirnya bertemu dengan Presiden
Korsel, Moon Jae-in. Dengan pertemuan itu, Kim juga menjadi pemimpin
Korut pertama yang menginjakkan kaki di Korsel.
Dalam perjumpaan tersebut, kedua pemimpin sepakat bakal
menandatangani perjanjian damai kedua negara yang selama ini sebenarnya
masih berstatus berperang karena Perang Korea 1950-1953 hanya berakhir
dengan gencatan senjata.
Kim pun dijadwalkan bertemu dengan
Presiden AS, Donald Trump, pada 12 Juni mendatang di Singapura untuk
membahas perdamaian di kawasan.
Media barat memang selalu
menggambarkan Kim sebagai sosok yang bengis dengan berbagai pemberitaan
kejam, seperti mengeksekusi mati pamannya sendiri.
Namun, orang yang pernah bertemu langsung menganggap Kim sebagai sosok yang misterius, tapi ramah dan mudah bergaul.
Kenji, misalnya, sempat takut diburu oleh Korut karena membocorkan kisahnya selama di negara itu.
Jantungnya berdegup kencang ketika pada 2012, seorang agen Korut
menghampirinya dan berkata, "Pemimpin tertinggi Kim Jong-un ingin Anda
memenuhi janji yang Anda buat pada 2001."
Kenji bernafas lega
ketika mengingat bahwa ia pernah berjanji akan berkuda dengan Kim
sebelum kabur dari Korut. Ia pun sepakat untuk terbang menemui Kim.
"Saat pintu terbuka perlahan, orang pertama yang saya lihat adalah Kim Jong-un, yang berkata, 'Lama tidak berjumpa, Fujimoto.'"
Mengingat
kembali momen itu, Kenji kemudian berkata, "Saya bilang kepada Kim
Jong-un dalam bahasa Korea, 'Saya, Fujimoto sang pengkhianat, sekarang
kembali,' dan dia membalas, 'Tidak apa-apa. Tidak apa-apa,' sambil
menepuk pundak saya. Saya menangis sangat kencang."
Foto: The Presidential Blue House /Handout via REUTERS Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-in
|
Pemain basket NBA yang dua kali bertemu dengan Kim, Dennis
Rodman, pun mengatakan bahwa pemimpin Korut itu sangat ramah dan baik.
"Dia
berkata, 'Saya tidak mau mengebom siapa pun. Namun, kami mempertahankan
bom nuklir kami karena kami negara kecil. Itu satu-satunya cara kami
mempertahankan diri,'" ucap Rodman menirukan perkataan Kim.
Melanjutkan
kisahnya, Rodman berkata, "Mereka hanya ingin orang di Amerika dan
pemerintahannya tahu bahwa mereka tidak benci orang Amerika. Mereka
ingin kerja sama dengan orang Amerika."
Credit
cnnindonesia.com