Rabu, 11 April 2018

Putra mahkota: Saudi mungkin bergabung dalam tindakan militer di Suriah


Putra mahkota: Saudi mungkin bergabung dalam tindakan militer di Suriah
Putra Mahkota baru Arab Saudi Muhammed bin Salman. (Handout via REUTERS)




Paris (CB) - Arab Saudi mungkin akan mengambil bagian dalam aksi militer di Suriah setelah terjadinya serangan yang diduga menggunakan senjata kimia, kata Putra Mahkota Mohammed bin Salman, Selasa.

Serangan itu menewaskan setidaknya 60 orang di wilayah Ghouta Timur pada akhir pekan lalu.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin menjanjikan tindakan cepat dan keras sebagai tanggapan atas serangan tersebut. Ia tampaknya akan mengambil langkah militer sebagai tanggapan.

"Kalau persekutuan dengan mitra-mitra kami membutuhkannya, kami akan ikut (bergabung dalam tanggapan militer, red)," kata Pangeran Mohammed dalam acara jumpa pers bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron pada akhir lawatan tiga harinya di Paris.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengatakan kepada para wartawan bahwa sejumlah negara sedang melakukan pembahasan soal langkah yang akan ditempuh untuk menanggapi serangan senjata kimia di Suriah. Ia mendesak agar pihak yang bersalah dalam serangan itu diadili.

"Sikap kami adalah bahwa mereka yang bertanggung jawab harus diadili dan dibawa ke pengadilan," katanya seperti dikutip Reuters.

Serangan pada Sabtu malam itu menewaskan setidaknya 60 orang dan mencederai lebih dari 1.000 lainnya di beberapa lokasi di Douma, kota di dekat ibu kota negara Suriah, Damaskus, menurut Persatuan Organisasi Layanan Medis.

Ketika ditanya apakah Arab Saudi akan mengambil bagian dalam tanggapan seperti itu, al-Jubeir menolak berkomentar.

"Saya tidak ingin berandai-andai soal apa yang akan terjadi dan tidak terjadi. Yang bisa saya katakan hanyalah bahwa pembahasan sedang berlangsung menyangkut pilihan-pilihan yang ada untuk menangani masalah ini," katanya.




Credit  antaranews.com





Eurocontrol: Dalam 72 Jam Mungkin Ada Serangan Rudal ke Suriah


Eurocontrol: Dalam 72 Jam Mungkin Ada Serangan Rudal ke Suriah
Penerbang militer Amerika Serikat (AS) berada di kapal induk USS Harry S Truman yang dikirim ke perairan Timur Tengah. Foto/REUTERS


BRUSSELS - Eurocontrol, sebuah badan Uni Eropa untuk urusan lalu lintas udara di Eropa mengeluarkan peringatan bahwa kemungkinan ada serangan rudal ke Suriah dalam waktu 72 jam terhitung sejak hari Senin. Badan itu mengeluarkan Rapid Alert Notification agar operator penerbangan di Mediterania timur berhati-hati.

Menurut badan tersebut, potensi serangan rudal kemungkinan berasal dari negara-negara NATO.

"Karena kemungkinan peluncuran serangan udara ke Suriah dengan rudal air-to-ground dan/atau rudal jelajah dalam 72 jam ke depan, dan kemungkinan ada gangguan intermiten peralatan navigasi radio, pertimbangan waspada harus diambil ketika merencanakan operasi penerbangan di daerah FIR (flight information region)  Mediterania Timur/Nicosia," bunyi peringatan Eurocontrol yang dilansir Russia Today, semalam (10/4/2018).

Dalam peringatan tersebut pilot diminta untuk siap untuk NOTAM (Pemberitahuan untuk Penerbang) mengenai risiko penerbangan dan hambatan yang mungkin timbul.


Peringatan tersebut muncul beberapa jam setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan mengambil tindakan terhadap rezim Suriah, termasuk dengan opsi militer. Ancaman Trump itu sebagai respons atas dugaan serangan senjata kimia di Douma, di mana rezim Presiden Bashar al-Assad sebagai pihak yang disalahkan.

Trump telah melakukan pertemuan dengan tim keamanan nasionalnya untuk merespons rezim Suriah. Kepada wartawan, presiden Amerika itu mengatakan bahwa "keputusan besar" akan dia ambil dalam 24-48 jam setelah pertemuan tersebut.

Tak lama setelah ancaman Trump keluar, pangkalan udara T-4 Suriah di dekat Homs diserang rudal oleh dua jet tempur. Rezim Assad sempat menduga AS sebagai pelakunya. Namun, serangan itu ternyata dilakukan oleh dua jet tempur F-15 Israel dengan korban tewas sekitar 14 orang.

Meski demikian, Washington tak main-main dengan ancamannya. Armada kapal induk USS Harry S Truman telah dikerahkan untuk menuju Timur Tengah. 





Credit  sindonews.com





AS Kerahkan Kapal Induk dan 7 Kapal Perang ke Timur Tengah


AS Kerahkan Kapal Induk dan 7 Kapal Perang ke Timur Tengah
Kapal induk Amerika Serikat, USS Harry S Truman dan armada tempurnya dikerahkan ke perairan Timur Tengah dan Eropa. Foto/US Navy/Scott Swofford


WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) sedang mengerahkan kapal induk USS Harry S. Truman lengkap dengan tujuh kapal perang untuk sebuah misi ke Timur Tengah dan Eropa. Armada kapal induk tersebut mulai bergerak ke perairan Timur Tengah hari Rabu (11/4/2018).

Pengerahan kapal induk itu diumumkan Angkatan Laut AS. Langkah militer Washington ini hanya berselang sehari setelah Presiden Donald Trump mengancam akan bertindak terhadap rezim Suriah termasuk dengan opsi militer.

Ancaman Trump sebagai respons atas dugaan serangan senjata kimia di Douma, di mana rezim Suriah pimpinan Presiden Bashar al-Assad sebagai pihak yang disalahkan. Dugaan serangan senjata kimia jenis gas klorin itu dilaporkan menewaskan puluhan warga sipil.



Kapal induk USS Harry S Truman dengan tujuh kapal perang membawa sekitar 6.500 pelaut. Mengutip laporan Military.com, armada kapal induk tersebut melakukan pelayaran bersama kapal frigat Jerman, FGS Hessen.

Armada USS Harry S Truman rencananya akan menggantikan armada kapal induk USS Theodore Roosevelt yang baru saja menyelesaikan misi empat bulannya di Timur Tengah.

Sekadara diketahui, USS Harry Truman berlayar dari Norfolk bersama dengan tujuh kapal perang yang masing-masing dipersenjatai puluhan rudal jelajah. Kapal induk Truman pernah meluncurkan jet-jet tempur untuk menyerang ISIS dari Mediterania pada tahun 2016.



Sebelumnya, kapal perang USS Donald Cook telah meninggalkan Siprus dan bergerak ke Mediterania timur. Kapal perang Arleigh Burke-class ini membawa 60 rudal jelajah Tomahawk.

Belum jelas apakah armada kapal induk Truman akan menyerang Suriah atau tidak. Namun, Presiden Donald Trump telah membuat ancaman militer terhadap rezim Suriah. "Kami memiliki banyak opsi militer, dan kami akan segera memberi tahu Anda," kata Trump kepada wartawan, hari Senin lalu.

Suriah dan sekutunya, Rusia, membantah bahwa rezim Assad melakukan serangan senjata kimia di Douma. Pasukan kedua negara itu bahkan telah memeriksa area Douma dan tidak menemukan jejak racun kimia.

Militer Rusia menuduh serangan kimia dibuat oleh LSM White Helmets dan kelompok Jaish al-Islam yang didukung Barat. Tujuannya untuk memfitnah rezim Assad sebagai dalih agar rezim tersebut diserang negara-negara Barat. 




Credit  sindonews.com






Kapal Perang AS Dilaporkan Menuju Suriah usai Ancaman Trump





Kapal Perang AS Dilaporkan Menuju Suriah usai Ancaman Trump
Kapal perang Amerika Serikat, USS Donald Cook. Kapal itu saat ini sudah siaga di Laut Mediterania. Foto/Sputnik


WASHINGTON - Sebuah kapal perang Amerika Serikat (AS) dilaporkan sedang menuju ke lepas pantai Suriah di Laut Mediterania. Laporan ini muncul setelah Presiden Donald Trump mengancam rezim Suriah, termasuk dengan opsi militer atas tuduhan melakukan serangan kimia di Douma.

The Wall Street Journal pada Selasa (10/4/2018) mengutip sumber Pentagon melaporkan, dalam beberapa hari ke depan kapal perang kedua Angkatan Laut AS mungkin sudah memasuki Laut Mediterania.

AS saat ini sudah menempatkan satu kapal perang jenis perusak, USS Donald Cook, di Mediterania timur. Menurut pejabat pertahanan AS, kapal itu setiap saat bisa meluncurkan serangan peluru kendali (rudal) terhadap Suriah.

Kapal perang kedua yang sedang menuju lepas pantai Suriah adalah USS Porter.

Surat kabar Turki, Hurriyet, menulis bahwa pesawat tempur Rusia mendengung di atas kapal USS Donald Cook setidaknya empat kali. Namun, laporan itu ditepis Pentagon.


Presiden Trump dan tim keamanan nasionalnya telah mendiskusikan berbagai opsi termasuk opsi militer terhadap rezim Suriah pimpinan Presiden Bashar al-Assad. Trump merasa AS harus bertindak setelah rezim Assad dilaporkan melakukan serangan kimia terhadap warga sipil di Douma pada Sabtu pekan lalu dengan korban tewas puluhan orang.

Trump mengatakan, dia kemungkinan akan membuat keputusan cepat dan tidak mengesampikan opsi serangan militer setelah melihat gambar-gambar perempuan dan anak-anak tewas berjatuhan di rumah mereka di Douma.

"Itu akan dipenuhi, dan itu akan dipenuhi dengan paksa, kapan? saya tidak akan mengatakannya," kata Trump, pada Senin malam sebelum bertemu dengan para pemimpin militer AS.

Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan, selama pertemuan dengan tim keamanan nasionalnya, Trump marah melihat gambar anak-anak Suriah tewas dan terluka.

"Kami tidak dapat membiarkan kekejaman seperti itu," kata Trump. "Kami akan membuat beberapa keputusan besar selama 24 hingga 48 jam berikutnya," lanjut Trump.


Dewan Keamanan PBB telah mengadakan pertemuan darurat soal Suriah, namun tidak menghasilkan konsensus untuk tanggapan internasional. Washington sendiri mengancam akan bertindak melawan rezim Suriah dengan atau tanpa mandat DK PBB. 


Trump untuk pertama kalinya berani menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin untuk bertanggung jawab atas yang dilakukan Bashar al-Assad sebagai sekutu Rusia.

"Semua orang akan membayar mahal," kata Trump. "Dia (Putin) akan (membayar), semuanya akan (membayar)," imbuh Trump.

Rezim Suriah dan Rusia menolak tuduhan bahwa Damaskus melakukan serangan kimia di Douma. Menurut Moskow, serangan itu dibuat oleh LSM White Helmets dan kelompok Jaish al-Islam yang didukung Barat. Tujuannya untuk memfitnah rezim Assad agar diserang negara-negara Barat.

Militer Rusia dan Suriah mengklaim sudah memeriksa area di Douma dan tidak menemukan jejak racun kimia. Rumah sakit di sekitar Douma juga tidak ada pasien korban serangan kimia.

Moskow dan Damaskus bahkan meminta Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW) melakukan penyelidikan di Douma. Rezim Suriah menjamin keselamatan para ahli OPCW selama melakukan penyelidikan.


Credit  sindonews.com




AS: Tangan Rusia Bersimbah Darah Anak-Anak Suriah


AS: Tangan Rusia Bersimbah Darah Anak-Anak Suriah
Dubes AS untuk PBB Nikki Haley menuding Rusia bertanggung jawab atas serangan kimia di Suriah. (REUTERS/Stephanie Keith)



Jakarta, CB -- Duta Besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Nikki Haley mengatakan pihaknya akan merespons serangan kimia yang diduga dilakukan pemerintahan Bashar al-Assad. Di saat yang sama, dia juga mengkritik Rusia, menyebut 'tangan' negara tersebut "bersimbah darah anak-anak Suriah."

"Senjata kimia sekali lagi digunakan terhadap warga Suriah, termasuk perempuan dan anak-anak," kata Haley dalam rapat khusus Dewan Keamanan PBB terkait dugaan serangan kimia di Douma, kota terakhir yang masih dikuasai pemberontak Suriah. Tindakan itu menewaskan 49 orang dan melukai puluhann lainnya.

"Sejarah akan mencatat ini sebagai momen apakah Dewan Keamanan melaksanakan kewajibannya atau menunjukkan kegagalannya melindung warga Suriah," kata Haley sebagaimana dikutip CNN. "Yang manapun yang terjadi, Amerika Serikat akan merespons."


Sejumlah gambar anak-anak yang kesulitan bernapas mengejutkan dunia dan memicu respons Presiden AS Donald Trump yang mengecam serangan itu sebagai tindakan "gila." Dia juga mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin dan Iran karena mendukung Assad.

Trump mengancam akan "ada harga mahal yang harus dibayar" atas serangan tersebut.

Pada Senin, Haley menegaskan bahwa Rusia pun mesti "membayar," sementara ketegangan antara Washington dan Moskow tampak jelas di Dewan Keamanan. Duta Besar Rusia menuding AS berniat buruk terhadap Moskow dan Suriah, mengancam keamanan internasional, memicu ketegangan global dan beroperasi di luas hukum internasional.

Haley menggambarkan secara merinci gambar bayi Suriah dengan tubuh membiru yang terbaring tanpa nyawa di lengan orang tuanya setelah dugaan serangan kimia itu. Dia menegaskan AS menilai Moskow bertanggung jawab dan menyiratkan bahwa Rusia adalah negara yang tak beradab.

"Monster yang bertanggung jawab atas serangan ini tidak punya hati nurani untuk merasa terkejut melihat gambar anak-anak tak bernyawa," kata Haley, yang juga mengatakan tak akan menunjukkan foto-foto korban sebagaimana ia lakukan setelah serangan kimia pemicu serangan AS April 2017 lalu.

"Rezim Rusia, yang tangannya bersimbah darah anak-anak Suriah, tidak bisa dipermalukan dengan foto korban-korbannya," kata Haley. "Kami sudah mencoba itu sebelumnya."

"Rusia bisa menghentikan pembantaian kejam ini, jika mereka mau," ujarnya. "Tapi mereka mendukung rezim Assad dan mendukungnya tanpa rasa ragu. Buat apa mencoba mempermalukan orang semacam itu? Lagi pula, tidak ada pemerintahan beradab yang mau mendukung rezim pembunuh pimpinan Assad."
Korban serangan kimia di Suriah 2017 lalu.
Korban serangan kimia di Suriah 2017 lalu. (AFP Photo/Mohamed al-Bakour)
"Sikap Rusia yang menghalang-halangi tidak akan lagi menyandera kami ketika kami dihadapkan dengan serangan seperti ini."

Di sisi lain, Rusia merespons keras. "Tidak ada yang memberikan Anda kewenangan untuk bertindak sebagai polisi dunia ... kami meminta Anda kembali ke ranah hukum," kata Dubes Vassily Nebenzia. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov mengatakan tak ada bukti penggunaan senjata kimia, dan hal itu ditegaskan oleh Nebenzia.

"Penggunaan sarin dan klorin tidak terkonfirmasi," kata Nebenzia dalam rapat tersebut. Dia kemudian mengatakan AS, bersama Inggris dan Perancis, bertindak "tanpa pembenaran, dan tanpa menilai konsekuensi, terlibat dalam kebijakan konfrontasional terhadap Rusia dan Suriah.



Credit  cnnindonesia.com





Arab Saudi Minta Pelaku Serangan Gas Suriah Bertanggung Jawab


Arab Saudi Minta Pelaku Serangan Gas Suriah Bertanggung Jawab
Arab Saudi mengatakan pihaknya dan sejumlah negara telah mendiskusikan respons atas serangan gas di Suriah dan meminta pelakunya bertanggung jawab. (AFP PHOTO / ABDULMONAM EASSA)



Jakarta, CB -- Arab Saudi mengatakan pihaknya dan sejumlah negara mengadakan komunikasi untuk menyikapi serangan gas kimia di Suriah yang terjadi pada akhir pekan lalu.

Negara Arab itu juga menyerukan kepada mereka yang bertanggung jawab untuk mengaku dan dibawa ke meja hijau.

"Ada konsultasi yang terjadi di antara sejumlah negara mengenai langkah apa yang harus diambil untuk menghadapi masalah ini," kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir kepada media di Paris, Selasa (10/4), usai bertemu dengan sejumlah pejabat Perancis.



"Posisi kami adalah pelaku harus bertanggung jawab dan dibawa ke pengadilan," lanjutnya.

Serangan gas yang terjadi di Suriah pada akhir pekan lalu menewaskan setidaknya 60 orang dan melukai lebih dari seribu orang di sejumlah lokasi di Douma, kota dekat Damaskus.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin (9/4) menjanjikan tindakan yang cepat dan kuat sebagai tanggapan atas serangan tersebut.



Respons Trump kemudian dianggap sebagai isyarat respons secara militer.

Ketika ditanya media peluang melakukan respons serupa Amerika Serikat, Arab Saudi menolak berkomentar.

"Saya tidak akan masuk ke spekulasi tentang apa yang mungkin atau tidak akan terjadi. Namun yang bisa saya katakan adalah bahwa ada diskusi yang berkaitan dengan opsi yang tersedia untuk menangani masalah ini." kata al-Jubeir.



Credit  cnnindonesia.com




Tentara Israel Semringah Tembak Warga Palestina


Tentara Israel Semringah Tembak Warga Palestina
Ilustrasi tentara Israel. (REUTERS/Amir Cohen)



Jakarta, CB -- Dua menteri sayap kanan Israel membela tentara negaranya yang terekam semringah setelah menembak seorang warga Palestina. Video itu dilaporkan menyebar luas lewat media sosial.

Penembakan tampaknya terjadi di dekat perbatasan Jalur Gaza dan Israel. Salah satu suara yang terekam di video itu berkata dalam bahasa Ibrani: "Wow video yang luar biasa! Ya! Anak pelacur itu!"

Orang Palestina itu tampak berada di dekat pagar yang memisahkan Jalur Gaza dari Israel, tapi kelihatan tidak mengancam.


Militer Israel menyatakan insiden itu "tampaknya" terjadi beberapa bulan lalu dan pihaknya tengah menyelidiki hal tersebut.

Menteri Keamanan Publik Israel Gilad Erdan mengecilkan tindakan tentara dalam video yang mulai menyebar pada Senin malam itu.

"Kami beraksi biasa saja dengan video ini," kata Erdan yang juga anggota partai Likud, pengusung Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

"Video itu tidak menunjukkan tembakan senjata ke arah sembarangan orang, tapi ke arah seorang teroris yang mendekati perbatasan di zona terlarang, datang dari area kekuasaan teroris Hamas," ujarnya sebagaimana dikutip AFP.

"Saya yakin semuanya oke," ujarnya. Dia pun menyebut tindakan tentara itu merupakan "tindakan manusiawi" saat seseorang dihadapkan pada "situasi menegangkan."

Menteri Pendidikan Naftali Bennett dari partai sayap kanan Rumah Yahudi juga membenarkan sikap yang ditunjukkan dalam video tersebut.

"Menilai tentara karena mereka tidak mengekspresikan diri dengan elegan sementara mereka mempertahankan perbatasan bukanlah hal yang serius," kata Bennett.
Situasi di Gaza saat demonstrasi.
Situasi di Gaza saat demonstrasi. (REUTERS/Mohammed Salem)
Dalam video tidak ditunjukkan apakah warga Palestina tersebut tewas akibat insiden itu. Surat kabar Israel Yediot Aharonot melaporkan rekaman itu diambil pada Desember lalu.

Video itu menyebar menyusul protes massal di sepanjang perbatasan Gaza sejak 30 Maret lalu. Aksi itu mengakibatkan bentrokan yang menewaskan 31 warga Palestina dan melukai ratusan lainnya.

Tidak ada korban jatuh dari pihak Israel.

Israel dihadapkan pada kritik atas penggunaan peluru hidup dalam menangani demonstrasi itu. Sementara Uni Eropa dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menyerukan investigasi independen.

Israel menyatakan pasukannya hanya melepas tembakan untuk menghentikan upaya perusakan pagar, penerobosan, upaya penyerangan dan pada mereka yang berniat melukai tentara.

Negara tersebut menuding Hamas, gerakan Islamis yang menguasai Jalur Gaza dan sempat berperang selama tiga tahun sejak 2008, mencoba menggunakan protes untuk melakukan tindak kekerasan.

Warga Palestina mengatakan para demonstran ditembaki meski tak mengancam tentara Israel.



Credit  cnnindonesia.com




OPCW segera kirim pemeriksa senjata kimia ke Suriah


OPCW segera kirim pemeriksa senjata kimia ke Suriah
Dokumen foto petugas kesehatan menolong korban senjata kimia di Iblib, Suriah, Selasa (4/4/2017). (Reuters)



Amsterdam (CB) - Pemeriksa dari Badan Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) segera dikirim ke kota Douma di Suriah untuk menyelidiki laporan tentang serangan, yang menewaskan sekitar 60 orang, kata badan tersebut, dalam pernyataan pada Selasa.

Suriah diminta "membuat pengaturan, yang diperlukan, terkait kedatangan tersebut," kata OPCW.

"Itu bertepatan dengan permintaan Republik Arab Suriah dan Federasi Rusia agar penyelidikan dilakukan terhadap dugaan penggunaan senjata kimia di Douma. Tim sedang bersiap-siap untuk segera dikirim ke Suriah," katanya.

Dugaan serangan senjata kimia pada Sabtu malam mencederai lebih dari 1.000 orang di berbagai tempat di Douma, kota di dekat ibu kota negara tersebut, Damaskus, kata Persatuan Organisasi Layanan Medis.

Pemerintah Suriah dan pendukungnya, Rusia, membantah terjadi penggunaan senjata kimia.

Sejumlah dokter dan saksi mata mengatakan bahwa para korban menunjukkan gejala-gejala terkena racun, kemungkinan zat saraf, dan melaporkan bahwa mereka mencium bau gas klorin.

OPCW memiliki mandat untuk menyelidiki serangan-serangan senjata kimia di Suriah. Misi pencari fakta yang dijalankannya akan menentukan apakah senjata-senjata terlarang telah digunakan namun tidak akan menentukan siapa yang bertanggung jawab atas penggunaan senjata terlarang.

Amerika Serikat pada Selasa akan membawa rancangan resolusi ke ajang pemungutan suara di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa. Rancangan resolusi itu berisi permintaan pembentukan penyelidikan baru untuk mengetahui pihak-pihak yang berada di balik penggunaan senjata kimia secara sistematis di dalam konflik Suriah.

Sejumlah diplomat mengatakan resolusi itu kemungkinan ditolak Rusia, yang menghadang upaya serupa pada masa lalu, demikian Reuters.




Credit  antaranews.com






Rusia minta PBBB tentukan dua resolusi soal Suriah


Rusia minta PBBB tentukan dua resolusi soal Suriah
Arsip - Penduduk sipil menolong seorang pria dari sebuah tempat berlindung di Kota Douma yang terkepung di Ghouta Timur, Damaskus, Suriah, Kamis (22/2/2018). (REUTERS/BASSAM KHABIEH)



Perserikatan Bangsa-bangsa (CB) - Rusia mengatakan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa pihaknya akan mengajukan dua rancangan resolusi tentang Suriah untuk dibawa ke pemungutan suara pada Selasa.

Langkah itu ditempuh karena Rusia tidak setuju dengan rancangan resolusi Amerika Serikat tentang pembentukan penyelidikan baru untuk mencari pihak yang harus dipersalahkan atas serangan senjata kimia di Suriah, kata diplomat.

Dewan Keamanan, yang beranggotakan 15 negara, dijadwalkan melakukan pemungutan suara terhadap rancangan resolusi buatan AS itu pada Selasa sore.

Rusia meminta Dewan untuk juga melakukan pemungutan suara terhadap rancangan resolusi yang disusunnya. Resolusi buatan Rusia itu berisi desakan soal pembentukan penyelidikan baru terhadap serangan senjata kimia di Suriah, kata diplomat.

Rusia mengatakan pihaknya kemudian akan mengajukan sebuah rancangan resolusi lainnya untuk dilakukan pemungutan suara terhadapnya.

Rancangan resolusi kedua itu akan secara rinci mendukung pengiriman penyelidik dari badan pengawas senjata kimia dunia ke tempat terjadi kemungkinan serangan maut pada Sabtu itu, demikian Reuters.





Credit  antaranews.com





Iran kecam dugaan serangan Israel ke pangkalan udara Suriah


Iran kecam dugaan serangan Israel ke pangkalan udara Suriah
Ilustrasi - Seorang pria terlihat berlari setelah serangan udara di desa terkepung Douma di bagian timur Ghouta di Damaskus, Suriah, Selasa (6/2/2018). (REUTERS/BASSAM KHABIEH)




Teheran (CB - Wakil menteri luar negeri Iran pada Selasa mengecam dugaan serangan oleh Israel ke sebuah pangkalan udara Suriah.

Dengan menyerang pangkalan udara Homs di Suriah, Israel sedang berupaya meningkatkan ketegangan di kawasan, kata Abbas Araqchi.

Araqchi memuji pemerintah Suriah untuk apa yang disebutnya sebagai kemenangan atas kelompok-kelompok garis keras.

Kemajuan yang dicapai militer Suriah telah merugikan musuh-musuh negara Arab, karena itu "mereka berupaya memunculkan kembali ketegangan," katanya.

Araqchi memperingatkan masyarakat internasional untuk mewaspadai langkah-langkah Israel di kawasan Timur Tengah.

Pada Senin, sebanyak 14 orang, termasuk beberapa anggota pasukan Iran yang bersekutu dengan pemerintah Suriah, tewas dalam serangan yang diduga dilancarkan jet-jet tempur F-15 milik Israel ke pangkalan udara T-4 di Suriah tengah.

Pada hari itu, laporan-laporan berbagai media Iran mengatakan empat penasihat militer Iran tewas dalam serangan tersebut.

Sementara itu, laman berita Asr Iran melaporkan pada Selasa bahwa jenazah tujuh warga Iran yang tewas dalam serangan dibawa ke tanah air pada Selasa pagi.

Seorang pembantu Pemimpin Agung Iran mengatakan, Selasa, bahwa serangan Israel baru-baru ini ke pangkalan udara di Suriah itu tidak akan dibiarkan tanpa pembalasan, menurut Press TV.

"Tentu saja, kejahatan ini tidak akan dibiarkan tanpa ada balasan," kata Ali Akbar Velayati, penasihat senior Ayatullah Ali Khamenei untuk urusan hubungan internasional.

Iran akan dengan kuat membela kesatuan wilayah dan kedaulatan nasional Suriah, tambahnya, demikian Xinhua.



Credit  antaranews.com





Rusia: Tindakan Israel Terhadap Demonstran Palestina Tidak Dapat Diterima


Rusia: Tindakan Israel Terhadap Demonstran Palestina Tidak Dapat Diterima
Moskow menyebut apa yang dilakukan tentara Israel terhadap demonstran Palestina sebagai tindakan yang sangat keterlaluan dan tidak dapat diterima. Foto/Reuters


MOSKOW - Rusia turut angkat bicara mengenai serangan yang dilakukan Israel terhadap demonstran Palestina di Gaza. Moskow menyebut apa yang dilakukan Israel keterlaluan dan tidak dapat diterima.

Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan bahwa Moskow mendesak semua pihak, tanpa terkecuali untuk menahan diri dari melakukan tindakan yang hanya akan memperburuk situasi di kawasan tersebut.

"Rusia menganggap bahwa penggunaan kekuatan yang tidak pandang bulu terhadap penduduk sipil di perbatasan antara Israel dan Jalur Gaza menjadi tidak dapat diterima," kata Kemlu Rusia dalam sebuah pernyataan.

"Kami menyerukan kepada warga Palestina dan Israel untuk menahan diri dari langkah-langkah yang akan meningkatkan ketegangan yang berbahaya ini," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Senin (9/4).

Moskow kemudian menuturkan, sebagai akibat dari tindakan keras tentara Israel pada tanggal 6 dan 7 April, setidaknya 10 orang Palestina terbunuh, termasuk satu wartawan dan dua remaja. Hal ini membuat jumlah korban tewas sejak demonstrasi pertama kali digelar akhir Maret lalu mencapai 31 orang.

"Sekali lagi kami menyerukan kepada orang Palestina dan Israel untuk menahan diri dari langkah-langkah yang akan dapat meningkatkan ketegangan," tukasnya. 





Credit  sindonews.com


Merudal Suriah, Israel Bahayakan Hubungannya dengan Rusia


Merudal Suriah, Israel Bahayakan Hubungannya dengan Rusia
Pesawat jet tempur F-15 Angkatan Udara Israel. Foto/REUTERS/Amir Cohen


MOSKOW - Serangan delapan rudal oleh dua jet tempur F-15 Israel terhadap pangkalan udara T-4 Suriah dinilai sebagai kesalahan strategis yang akan sulit dijelaskan kepada Rusia. Tindakan militer Tel Aviv ini juga dianggap bisa membahayakan hubungannya dengan Moskow.

Penilaian itu disampaikan pakar politik terkemuka Vyacheslav Matuzov. Menurutnya, apa yang dilakukan Tel Aviv bisa ditafsirkan Moskow sebagai tindakan menolong teroris. Sebab, militer Moskow yang berada di pangkalan T-4 sedang menjalankan misi memberangus kelompok teroris.

"Orang-orang Israel, saya pikir, telah membuat kesalahan strategis, karena dengan mengambil peran sebagai klien penghasut perang Amerika Serikat, mereka mempertanyakan seluruh hubungan Israel-Rusia," kata Matuzov kepada Russia Today.

"Lapangan terbang T-4 yang dibom oleh Angkatan Udara Israel menjadi tuan rumah sejumlah pesawat Rusia, termasuk Mi-8, helikopter Ka-52. Ada prajurit Rusia, pilot Rusia di sana," ujarnya, yang dilansir Selasa (10/4/2018).

Militer Israel tidak menyangkal serangan rudal tersebut, tetapi menolak untuk mengomentarinya."Ini sama dengan mengakuinya," kata Matuzov, yang juga menjabat sebagai kepala Persahabatan dan Kerja Sama Bisnis Masyarakat Rusia-Arab.

"Tetapi militer Rusia, yang memiliki semua alat khusus, dengan jelas mengidentifikasi siapa yang menembakkan rudal," papar dia.

Kementerian Pertahanan Rusia telah mengumumkan bahwa dua pesawat jet tempur F-15 Israel telah menargetkan pangkalan udara T-4 Suriah di dekat Provinsi Homs. Dua jet tempur itu menembakkan delapan peluru kendali, dengan tiga di antaranya lolos daro sistem pertahanan udara Suriah dan menghantam area darat pangkalan T-4.

Serangan dilakukan dari atas wilayah udara Lebanon. Beirut sendiri mengonfirmasi bahwa wilayah udaranya dilanggar oleh dua jet tempur Israel.

Serangan dua jet tempur itu menewaskan 14 orang, termasuk beberapa di antaranya dari personel militer Iran. Jumlah korban tewas itu dilaporkan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

"Fakta bahwa tidak ada personel dan perangkat keras Rusia yang hilang dalam serangan itu tidak membuat situasi lebih mudah bagi Israel, karena ketika sebuah lapangan terbang diserang seperti ini, apa pun bisa terjadi," kata Matuzov.

"Sekarang mekanisme konsultasi diplomatik dan militer—yang secara tradisional dipelihara antara Rusia dan Israel—telah diluncurkan. Saya pikir akan sulit bagi Israel untuk menjelaskan tindakan agresif ini. Tentara Suriah memerangi terorisme dan apa yang Israel tidak bisa diklasifikasikan dengan cara lain (selain) sebagai kategori membantu para teroris, yang hampir kalah di Ghouta Timur," imbuh dia.

"Saya memiliki keraguan besar atas pernyataan oleh beberapa ahli politik Rusia, yang mengatakan bahwa Israel adalah satu-satunya sekutu terpercaya Rusia di Timur Tengah, bukan negara-negara Arab. Saya pikir sudut pandang ini tidak tahan terhadap kritik."

Matuzov mengatakan sulit untuk berspekulasi jika Israel melakukan serangan udara karena AS mendelegasikan "pekerjaan kotor"-nya kepada Tel Aviv. Namun, spekulasi seperti itu bisa saja tidak salah karena Presiden Donald Trump sudah mengancam akan menyerang Suriah atas tuduhan melakukan serangan kimia di Douma.








Credit  sindonews.com

Selasa, 10 April 2018

Rencana Strategis TNI AU untuk Memperkuat Pertahanan Udara Indonesia


https: img-k.okeinfo.net content 2018 04 09 337 1884133 rencana-strategis-tni-au-untuk-memperkuat-pertahanan-udara-indonesia-gMI9mlvjTG.jpg
KSAU Marsekal Yuyu Sutisna mengecek pasukan saat upacara HUT ke 72 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur (Galih/Antara)


JAKARTA - Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Yuyu Sutisna mengatakan, TNI AU merencanakan terus membangun kekuatan udara pada rencana strategis (Renstra) IV pertahanan 2020-2024.
"Kita akan mengganti pesawat Hawk 100/200 dengan pesawat tempur yang lebih modern, pengadaan pesawat tanker dan pesawat Awacs, serta melanjutkan pengadaan radar GCI dan membangun Network Centric Warfare," kata KSAU dalam amanatnya pada Peringatan HUT Ke-72 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (9/4/2018).

Saat ini, TNI AU berada pada dua tahun diakhir Renstra III (2015-2019) dan kebijakan MEF Tahap II, TNI AU terus berusaha mewujudkan terpenuhinya pengadaan alutsista, seperti pesawat tempur pengganti F-5 dengan pesawat tempur generasi 4,5, pesawat angkut berat, pesawat multipurpose amphibious, pesawat helikopter angkut berat, pesawat tanpa awak (UAV), radar GCI, senjata udara dan rudal penangkis serangan udara serta fasilitas sarana dan prasarana lainnya.
"Dengan demikian, di penghujung Renstra IV, TNI AU akan mampu memantapkan jatidiri sebagai tentara profesional dengan peralatan dan alutsista modern, untuk siap dihadirkan dimana saja dan kapan saja," kata Yuyu.
Menurut KSAU, membangun kekuatan udara tidak bisa dilakukan dalam waktu sekejap dan tidak mungkin menunggu sampai musuh datang menyerang atau mengeksplorasi potensi yang ada di wilayah dirgantara Indonesia.
Mantan Pangkoopsau I ini menjelaskan perlu sebuah konsep strategis dengan elemen yang terkait dengan tujuan, kepentingan dan sasaran kebijakan, komitmen dan program yang realisti serta berkesinambungan.
"Kebijakan minimum essential force (MEF) merupakan jawaban yang tepat dan terus dilaksanakan," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, KSAU mengutip pernyataan Presiden Soekarno pada peringatan lima tahun AURI, 9 April 1951. Soekarno mengatakan, "Jika Angkatan Perang kita hendak berdiri setaraf, setinggi, sederajat dengan angkatan perang dunia internasional, kita harus mempunyai Angkatan Udara yang sebaik-baiknya".
"Pernyataan Presiden pertama tersebut, menggambarkan keberadaan Angkatan Udara dalam angkatan bersenjata yang bertugas menjaga kedaulatan negara, memiliki makna strategis dan penting dalam "effect ditterent" di bidang pertahanan sebuah negara," kata Yuyu.
Ia menambahkan, perkembangan lingkungan strategis dan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan, memicu bentuk ancaman baru dan menyebabkan tantangan yang dihadapi TNI AU kedepan makin berat.
Oleh karena itu, kata Yuyu, seluruh personel TNI AU dalam melaksanakan tugas agar membuat perencanaan yang baik, saling bersinergi dan bekerja sama dengan segenap komponen bangsa dan rakyat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.

"Tunjukkan bahwa personel TNI AU adalah insan dirgantara yang mengerti dan memahami akan tugas dan tanggung jawabnya dalam menjaga pertahanan negara di udara," ucapnya.





Credit  okezone.com




Donald Trump Kembali Ditinggal Pejabat Gedung Putih


Gedung Putih

Gedung Putih
Foto: wordpress.com


Trump kini ditinggal pergi Juru Bicara Kemanan Nasional Gedung Putih, Michael Anton.



CB,  WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali ditinggal seorang pejabat di Gedung Putih. Trump kini ditinggal pergi Juru Bicara Kemanan Nasional Gedung Putih, Michael Anton.

Anton merupakan pejabat Gedung Putih yang telah bekerja sejak pemerintahan Presiden George W. Bush dengan menigisi posisis yang sama. Anton memilih angkat kaki dari Gedung Putih setelah bekerja satu tahun di bawah kepemimpinan Donald Trump.

"Michael adalah sosok yang cerdas dan individu penuh talenta yang pernah bekerja sama dengan saya, kami semua akan merindukannya," kata Juru Bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders.

Meski demikian, Gedung Putih tidak menyertakan alasan spesifik pengunduran diri Michael Anton. Kendati, kepergian Anton diduga merupakan rangkaian perubahan dalam staf kepemerintahan Presiden Donald Trump.

Presiden ke-45 AS itu sebelumnya telah memecat Penasehat Keamanan Negara H.R. McMaster dan menggantinya dengan John Bolton yang segera menjabat aktif dalam waktu dekat. Trump juga mencopot Rex Tillerson sebagai Menteri Luar Negeri AS. Posisi Tillerson akan digantikan oleh Direktur CIA Mike Pompeo.

Sementara, Michael Anton juga belum mengungkapkan alasan meninggalkan Trump. Namun, dia sempat mengatakan akan beralih profesi menjadi penulis dan pengajar. Meski demikian, hal tersebut hingga kini masih belum bisa dikonfirmasi.

"Trump juga sudah mengucapkan terima kasih kepada Anton atas dedikasinya selama ini," kata pejabat Gedung Putih.



Credit  republika.co.id





Klaim Lihat UFO saat ke Bulan, Astronaut Buzz Aldrin Lolos Tes Kebohongan


Klaim Lihat UFO saat ke Bulan, Astronaut Buzz Aldrin Lolos Tes Kebohongan
Buzz Aldrin, astronaut legendaris Amerika Serikat yang injakkan kaki di Bulan dalam misi Apollo 11 tahun 1969. Foto/REUTERS


WASHINGTON - Astronaut legendaris Buzz Aldrin lulus uji kebohongan atas klaim bahwa dia melihat pesawat antariksa alien atau dikenal sebagai UFO (unidentified flying object) saat perjalanan ke Bulan.

Tak hanya Aldrin yang lolos uji kebohongan melalui "lie detector" yang terkenal ketat. Tiga asronaut lain, Al Worden, Edgar Mitchell, dan Gordon Cooper, juga lolos dalam tes yang jadi bagian dari studi yang dilakukan oleh Institute of BioAcoustic Biology di Albany, Ohio.

Aldrin, 88, yang merupakan awak Apollo 11 Amerika Serikat (AS). Dia bersama Neil Armstrong dikenal sebagai manusia yang pernah menginjakkan kaki di Bulan tahun 1969.

Aldrin mengklaim melihat sebuah pesawat ruang angkasa dalam perjalanannya ke Bulan."Ada sesuatu di luar sana yang cukup dekat untuk diamati....semacam L-shaped," katanya.

Hasil uji kebohongan, yang dikutip dari Daily Star, Senin (9/4/2018), menunjukkan Aldrin mengatakan yang sebenarnya.

Worden awak Apollo 15, Mitchel awak Apollo 14 juga mengklaim telah melihat UFO. Sedangkan Cooper mengatakan bahwa dia benar-benar mencoba mengejar sekelompok UFO.

Buzz Aldrin  pada Minggu lalu melayani sesi tanya jawab dengan para penggemarnya di di situs Reddit. Dalam salah satu posting dia berkata; "Mungkin ada alien di galaksi Bima Sakti kita, dan ada miliaran galaksi lain. Probabilitas hampir pasti bahwa ada kehidupan di suatu tempat di ruang angkasa."

"Itu bukan luar biasa, itu istimewa, tidak biasa, bahwa kehidupan di sini di Bumi berevolusi secara bertahap, perlahan, ke tempat kita hari ini," paparnya.

Pada 21 Juli 1969, Neil Armstrong membuat sejarah dengan menjadi orang pertama yang menginjakkan kaki di Bulan. "Ini adalah satu langkah kecil manusia, satu lompatan besar bagi umat manusia," kata Amstrong yang terkenal ketika menginjakkan kaki di Bulan.

Aldrin berada di misi yang sama, Apollo 11, mengikuti jejak Armstrong dan menjadi manusia kedua yang menginjak Bulan.

Secara total, Armstrong dan Aldrin berada di permukaan bulan selama 21 jam, 36 menit, dan 21 detik. 




Credit  sindonews.com






Cina Menentang Penjualan Senjata Amerika Serikat ke Taiwan



Presiden Cina, Xi Jinping dan Presiden AS, Donald Trump. REUTERS
Presiden Cina, Xi Jinping dan Presiden AS, Donald Trump. REUTERS

CB, Jakarta - Cina akan menentang penjualan senjata oleh Amerika Serikat ke Taiwan. Pernyataan itu disampaikan Beijing setelah pemerintahan Presiden Donald Trump menyetujui izin marketing yang dibutuhkan manufaktur-manufaktur Amerika untuk menjual teknologi ke Taiwan sehingga memungkinkan Taiwan membangun kapal-kapal selam.
“Militer Cina memiliki kemampuan dan kebulatan tekad untuk mengalahkan seluruh upaya yang ingin memecah-belah negara kami. Kami akan mengadopsi langkah-langkah yang diperlukan agar secara tegas bisa mempertahankan kedaulatan nasional,” kata Juru bicara Kementerian Pertahanan Cina, Wu Qian, Selasa, 10 April 2018.


Pengunjuk rasa memprotes pertemuan antara Presiden Taiwan, Ma Ying-jeou dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping di Taipei, Taiwan, 7 November 2015. Pertemuan bersejarah antara Presiden Ma Ying-jeou dan Presiden Xi Jinping berlangsung di Singapura. REUTERS/Pichi Chuang
Dikutip dari Reuters pada Selasa, 10 April 2018, Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan telah mengkonfirmasikan bahwa Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat sudah setuju memberikan izin yang diperlukan untuk menjual teknologi ke Taiwan supaya wilayah otonomi Cina itu bisa membangun sendiri kapal selamnya.
Kementerian Pertahanan Cina menuntut Amerika Serikat agar menghentikan segala bentuk hubungan antara Amerika Serikat dengan Taiwan, termasuk segala bentuk penjualan senjata ke Taiwan. Atas permintaan Beijing tersebut, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menolak berkomentar.
Taiwan adalah salah satu masalah paling sensitif bagi Cina. Pulau itu di klaim oleh Beijing sebagai teritorial suci milik Cina. Beijing tak pernah meninggalkan kekuatan militernya untuk membuat Taiwan berada dalam kendalinya. Sikap ini disebut Beijing sebagai cara untuk membuat sebuah provinsi patuh.





Credit  tempo.co





Perwakilan 46 Negara Afrika akan Kunjungi Bali


Peta Benua Afrika.
Peta Benua Afrika.
Foto: Libweb5.princeton.edu/ca


IAF akan mendorong kerja sama konkret Indonesia dan negara Afrika.



CB, DENPASAR -- Perwakilan dari 46 negara Afrika akan menghadiri Forum Indonesia-Afrika (Indonesia-Africa Forum/IAF) 2018 yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali pada 10-11 April.

"Sudah ada perwakilan dari 46 negara Afrika yang menyatakan untuk hadir dalam IAF besok (Selasa, 10/4)," kata Direktur Afrika Kementerian Luar Negeri, Daniel Simanjuntak saat ditemui di Bali Nusa Dua Convention Center pada Senin malam (9/4).

Beberapa perwakilan negara Afrika yang akan hadir dalam IAF 2018, antara lain Menteri Luar Negeri Niger, Menteri Luar Negeri Madagaskar, Menteri Luar Negeri Kamerun, Menteri Perkeretaapian Senegal, Menteri Perdagangan dan Industri Mozambik, Menteri Pertambangan Nigeria, Menteri Perdagangan Niger, Menteri Pertanian Gabon, Menteri Perdagangan Lesotho, Utusan Presiden Aljazair, Wakil Menteri Perdagangan Mauritania, dan Wakil Menteri Luar Negeri Maroko.

Selanjutnya, beberapa menteri dan pejabat tinggi Indonesia pun akan turut hadir dalam rangkaian pertemuan IAF 2018, Menteri Koordinator Kemaritiman, Menteri Luar Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, Menteri Perhubungan, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Menurut Daniel, beberapa acara sampingan sudah mulai dilaksanakan dalam rangkaian IAF, salah satunya Forum Konsultasi Bilateral (BKF) pertama antara Indonesia dan Ethiopia di Bali pada Senin (9/4).

"Pertemuan FKB antara Indonesia dan Ethiopia hari ini salah satunya membahas upaya penguatan kerja sama ekonomi, misalnya pemerintah Ethiopia membahas pembangunan infrastruktur di negara tersebut," ujar dia.

Selain itu, kata Daniel, ada pertemuan antara PT Wijaya Karya (Wika) dengan beberapa mitranya dari negara-negara Afrika untuk menjajaki upaya kerja sama yang terkait dengan proyek pembangunan infrastruktur. IAF akan menjadi acara bersejarah yang diadakan untuk pertama kalinya oleh pemerintah Indonesia sebagai dasar atau platform untuk mendorong kerja sama ekonomi konkret antara Indonesia dengan negara-negara Afrika, khususnya untuk mengincar pasar nontradisional.

IAF itu sejalan dengan dorongan Presiden Joko Widodo agar Indonesia segera memasuki pasar-pasar nontradisional, terutama Afrika. Pemerintah RI berupaya untuk mengonversi kedekatan hubungan politik Indonesia dengan negara-negara Afrika menjadi kedekatan hubungan ekonomi.

Presiden Joko Widodo sebelumnya di sela-sela pertemuan G20 menyampaikan bahwa Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan hubungan politik dengan Afrika menjadi hubungan kerja sama ekonomi yang konkret. Dalam IAF 2018 diharapkan akan ada beberapa terobosan kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan beberapa negara Afrika, seperti penandatanganan kesepakatan bisnis.





Credit  republika.co.id




Pangkalan PBB di Afrika Tengah Diberondong Tembakan


Logo PBB (ilustrasi)
Logo PBB (ilustrasi)
Foto: VOA


Satu warga sipil tewas dalam penyerangan terhadap pangkalan PBB.


CB, BANGUI -- Pangkalan PBB di ibu kota Republik Afrika Tengah, Bangui, diberondong tembakan oleh orang tak dikenal pada Ahad (8/4) malam waktu setempat. Insiden tersebut menewaskan satu warga sipil dan menyebabkan puluhan lainnya luka-luka.

Juru bicara PBB Vladimir Monteiro mengatakan, orang tak dikenal itu menembaki bagian pangkalan yang menampung pasukan pemukim Mesir dan Yordania. Aksi baku tembak sempat terjadi antara pasukan yang berada di pangkalan dan pelaku penembakan.

"Kami membalas tembakan dan mengirim bala bantuan, dan tenang kembali setelah setengah jam (baku tembak berlangsung)," kata Monteiro menerangkan. Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas aksi penyerangan tersebut.

Ribuan warga di Republik Afrika Tengah tewas sejak pemberontak Muslim Seleka menggulingkan presiden Francois Bozize pada 2013. Kekerasan di negara tersebut meningkat ketika mantan kekuatan kolonial Prancis mengakhiri misi pemeliharaan perdamaiannya pada 2016.

Sejak saat itu, misi PBB Afrika Tengah atau lebih dikenal dengan MINUSCA berupaya memulihkan dan mengembalikan ketertiban serta stabilitas di negara tersebut. Kendati demikian, personel MINUSCA kerap menjadi sasaran serangan kelompok milisi di sana.



Credit  republika.co.id







Israel Tuduh Massa Demonstran di Gaza Dibayar Hamas


Warga Palestina berlarian saat tentara Israel menembak dengan gas air mata di Jalur Gaza, Selasa (3/4).
Warga Palestina berlarian saat tentara Israel menembak dengan gas air mata di Jalur Gaza, Selasa (3/4).
Foto: AP Photo/Adel Hana


Semua warga Palestina dituduh berhubungan dengan Hamas.



CB, TEL AVIV -- Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman, pada Ahad (8/4), mengatakan,tidak ada warga yang tidak bersalah di Gaza. Hal itu ia ungkapkan merespons tewasnya puluhan warga Palestina yang berdemonstrasi di perbatasan Gaza-Israel sejak dua pekan lalu.

"Tidak ada orang yang tidak bersalah di Jalur Gaza. Semua orang terhubung dengan Hamas, semua orang mendapat bayaran dari Hamas, semua aktivis yang mencoba menantang kami dan melanggar perbatasan adalah aktivis sayap militer Hamas," kata Lieberman, dikutip laman Al Araby.

Menurutnya, karena semua warga Palestina di perbatasan Gaza-Israel memiliki hubungan dengan Hamas, maka tentara Israel tidak melakukan kesalahan saat membunuh mereka. Sebab, Hamas sedari dulu telah dianggap sebagai kelompok teror oleh Israel.

Sejak akhir Maret lalu, ribuan warga Palestina di Gaza menggelar aksi demonstrasi di dekat pagar perbatasan Israel. Aksi itu digelar guna menuntut Israel mengembalikan tanah-tanah yang direbutnya saat perang Arab-Israel pada 1948 kepada para pengungsi Palestina.

Namun aksi tersebut direspons secara represif oleh pasukan keamanan Israel. Mereka tak ragu menyerang, bahkan menembak mati warga Palestina yang berpartisipasi dalam aksi itu.

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, setidaknya 31 warga Palestina telah tewas oleh pasukan Israel sejak aksi dimulai pada akhir Maret lalu. Sedangkan lebih dari 1.400 orang lainnya mengalami luka-luka.

Israel telah membantah mengerahkan kekuatan berlebihan ketika menghadapi para demonstran Palestina. Israel mengklaim setiap tindakan yang diambil pasukannya diperlukan guna menjaga keamanan warganya. Selain itu, Israel menganggap sebagian besar massa yang berpartisipasi dalam aksi demonstrasi merupakan simpatisan Hamas.

Pada Ahad (8/4), jaksa kepala Pengadilan Pidana Internasional Fatou Bensouda mengatakan dirinya membuka penyelidikan awal guna menentukan apakah terdapat cukup bukti untuk menginvestigasi penuh dugaan kejahatan yang dilakukan Israel atau Hamas.





Credit  republika.co.id






PBB Peringatkan Eskalasi di Suriah Bisa Tak Terkendali


PBB Peringatkan Eskalasi di Suriah Bisa Tak Terkendali
Utusan PBB soal Suriah memperingatkan eskalasi bisa tak terkendali di tengah kemungkinan serangan militer AS terkait dugaan serangan senjata kimia di Douma. (REUTERS/Bassam Khabieh)



Jakarta, CB -- Utusan khusus Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Suriah Staffan de Mistura memperingatkan bahaya situasi menjadi tak terkendali di Suriah saat ini. Di hadapan Dewan Keamanan PBB, de Mistura menyatakan perkembangan di Suriah baru-baru ini lebih membahayakan dari sebelumnya.

"Dewan tidak bisa membiarkan situasi eskalasi tak terkendali berkembang di Suriah, di front manapun," kata de Mistura di DK PBB, Senin (9/4).

De Mistura menyatakan dia harus meredam pidatonya lantaran yang dia bicarakan adalah isu keamanan internasional, tidak hanya kawasan atau Suriah semata.


Situasi Suriah memanas dalam beberapa hari terakhir yang bisa menyeret para pelaku internasional, nasional dan kawasan ke dalam bahaya konfrontasi.

"Ada keperluan bagi Dewan untuk menemukan cara mengatasi situasi dengan persatuan dan tujuan," kata de Mistura.

Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan darurat terkait situasi di Suriah, khususnya setelah dilaporkan penggunaan senjata kimia pada akhir pekan di wilayah yang dikuasai pemberontak di Douma, dekat Ibu Kota Damaskus.

Kantor berita China, Xinhua, mengingatkan bahwa pada 2003, Amerika Serikat menginvasi Irak nerdasarkan informasi intelijen yang belakangan diketahui salah. Kesalahan informasi itu menyeret Irak ke dalam perang.

"Pada 2018, AS kembali mengancam untuk menyerang Suriah, sekali lagi atas tuduhan senjata kimia berdasarkan foto dan video yang belum diverifikasi," tulis Xinhua, Senin (9/4).



Setelah tahun lalu Donald Trump menyerang Suriah atas tuduhan serangan kimia oleh tentara Suriah di wilayah yang dikuasai pemberontak di barat laut Suriah, Amerika Serikat kembali mengancam langkah serupa sambil menuduh tentara Suriah melakukan serangan gas klorin di Distrik Douma, dekat Damaskus.

Pemerintah Suriah berulang kali membantah tuduhan dan menyatakan tidak memiliki senjata tersebut. Pemerintah menyatakan bahwa tentara Suriah sedikit demi sedikit mencapai kemenangan dan tidak memerlukan senjata kimia.

Dalam pertemuan darurat DK PBB soal dugaan serangan senjata kimia di Distrik Douma, ketegangan terjadi antara duta besar Amerika Serikat dan Rusia.

Duta besar Rusia Vassily Nebenzia mengatakan foto-foto serangan kimia di Douma direkayasa, dan mengajukan usulan untuk mengirim tim penyelidik ke Douma untuk memeriksa klaim tersebut.

Tetapi Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley langsung menuding Rusia dengan menyatakan tangan Rusia bersimbah darah anak-anak Suriah.

"Bagaimanapun, Amerika Serikat bakal merespond atas dugaan serangan kimia, apakah DK PBB bertindak atau tidak," kata Haley seperti dilansir Xinhua.


Trump memanaskan tetabuhan hasrat berperang dengan menyatakan bahwa keputusan besar soal Suriah akan diambil dalam 48 jam ke depan. Dia menyatakan negaranya masih menyelidiki kemungkinan keterlibatan Iran dan Rusia terkait dugaan serangan itu.

"Jika itu Rusia, jika Suriah, jika Iran, jika semua mereka bersama, kita akan cari tahu," kata dia.

Sehari sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Suriah merespons klaim pemberontak soal penggunaan senjata kimia di Distrik Douma, dekat Damaskus sebagai 'dalih yang telah direncanakan sebelumnya.'

Dilansir kantor berita pemerintah Suriah, SANA, Kemlu Suriah mengatakan tuduhan penggunaan senjata kimia direncanakan untuk memperpanjang hidup para 'teroris' di Douma. Menurut Kemlu Suriah, para pemberontak kerap melontarkan tuduhan itu tiap kali tentara permintah meraih kemenangan.

Dalam wawancara dengan kantor berita Xinhua bulan lalu, Al Haidar, Menteri Rekonsiliasi Nasional Suriah menyatakan Amerika Serikat memiliki niat terencana untuk menyerang Suriah dan sedang mempelajari kemungkinan hasil dari agresi semacam itu.

"Agresi AS bukanlah hal yang baru, itu bukan yang pertama, tapi perbedaan dari sebelumnya dimana mereka menyerang dan menyebut itu sebagai sebuah kesalahan, kali ini mereka memiliki niat terencana untuk melakukan agresi," kata Haidar.


Dia menambahkan Amerika Serikat seharusnya juga memperhitungkan 'keseimbangan kekuasaan di kawasan dan reaksi Suriah atas serangan itu, juga posisi Rusia," kata Haidar.

Menurut kantor berita AFP, Duta Besar Rusia untuk PBB, Nebenzia mengkhawatirkan Amerika Serikat bakal mengambil opsi militer untuk Suriah. "Dari apa yang saya dengar sekarang, saya khawatir mereka berupaya mengambil opsi militer, yang sangat-sangat berbahaya," kata Nebenzia kepada wartawan.

Tahun lalu, Trump melancarkan serangan rudal ke pangkalan militer Suriah setelah dugaan gas sarin digunakan dalam serangan ke kota Khan Sheikhun. Tim medis di Douma mengatakan lebih dari 40 orang tewas setelah serangan gas klorin di Ghouta Timur, Suriah, Sabtu pekan lalu.





Credit  cnnindonesia.com