CB – Anomali atau gangguan yang terjadi pada
Satelit Telkom 1 pada Jumat, 25 Agustus, pekan lalu, membuat penasaran
perusahaan operator asing asal Amerika Serikat bernama ExoAnalytic
Solutions, Inc.
Menurut CEO ExoAnalytic, Douglas Hendrix, pihaknya
telah melacak objek di orbit geostasioner (GEO) dan menemukan bukti
baru bahwa satelit milik BUMN Telkom itu kemungkinan hancur
berkeping-keping.
Perusahaan yang bermarkas di California ini menggunakan algoritma
untuk meninjau data yang dikumpulkan oleh jaringan globalnya dari 165
teleskop optik untuk anomali, di mana salah satu instrumennya ada di
Australia Timur, yang melihat satelit tersebut 'tampaknya terlepas'.
"Apa
yang Anda lihat tampaknya ada banyak bahan reflektif yang berasal dari
pesawat ruang angkasa. Mereka bisa jadi panel surya atau puing lainnya.
Kami tidak begitu tahu," kata Hendrix seperti dikutip Arstechnica, Kamis, 31 Agustus 2017.
Selain
itu, ExoAnalytic melacak sekitar 2.000 obyek di orbit geostasioner,
beberapa di antaranya ukurannya kecil sekitar 20 sentimeter. Dari jumlah
tersebut, sekitar seperempatnya merupakan satelit - gabungan milik
militer, cuaca, dan komunikasi - dan sisanya adalah puing-puing.
Menurut
Hendrix, peristiwa puing 'tidak terkendali' di orbit geostasioner
relatif jarang terjadi. Walaupun ada kekhawatiran bahwa dirinya mungkin
akan semakin terbiasa menyaksikan lebih banyak satelit di wilayah yang
maha luas dan berharga ini.
"Saya melihat di orbit ada banyak
potongan-potongan puing yang tidak terlacak. Saya tidak tahu apakah ada
yang tahu populasi satelit yang sebenarnya di luar angkasa," ungkap dia.
Sementara
itu, saat dikonfirmasi, Direktur Whosale and International Service
Telkom, Abdus Somad Arief, belum memberikan keterangan apa-apa terkait
temuan tersebut.
Tak hanya Telkom 1, sebelumnya, kira-kira dua
bulan lalu, kejadian yang sama menimpa satelit Luksemburg berbasis SES
di orbit pada jarak 36 ribu km dari Bumi. Pada 17 Juni, satelit tersebut
kehilangan sebagian kontrol terhadap satelit besar di ruang
geostasioner.
CB – Kementerian Komunikasi dan Informatika
menegaskan akan melaksanakan dua fokus utama terkait 'nasib' Satelit
Telkom-1. Yaitu, memperbaiki layanan dan menyelesaikan masalah
adimistrasi ke International Telecommunication Union (ITU).
Menurut
Menkominfo Rudiantara, pihaknya akan mengurus segala persoalan
administratif yang dibutuhkan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk ke salah
satu organisasi internasional di bawah naungan Perserikatan
Bangsa-bangsa itu.
"Dua hal yang diutamakan, pelayanan dan bantuan pemerintah kepada
Telkom untuk mengamankan slot. Karena, Telkom akan meluncurkan satelit
pengganti," kata dia, Gedung Kemenkominfo, Jakarta, Rabu 30 Agustus
2017.
ITU adalah organisasi internasional yang bermarkas di
Jenewa, Swiss, yang bertugas membakukan dan meregulasi radio
internasional serta telekomunikasi, termasuk orbit satelit negara
anggota PBB.
Ia melanjutkan, andaikata Telkom-1 sudah tidak
beroperasi lagi dan masalah administratif tidak diurus, maka yang
dikhawatirkan slot orbit yang kosong akan diisi satelit milik negara
lain.
Dengan begitu, Indonesia tidak akan kebagian slot orbit
satelit dalam jangka waktu lama. "Urus administrasinya di ITU. Kalau
perlu kita datang ke Swiss, ya, tidak apa-apa. Intinya slot kita
amankan," paparnya.
Terkait layanan, Rudiantara menambahkan,
Telkom masih memulihkan layanan transponder dengan melakukan migrasi
transponder ke Satelit Telkom-2 dan 3S, sehingga layanan tetap berjalan.
"Kalau
memang nanti Telkom meggunakan satelit yang bukan miliknya tapi bisa
dimanfaatkan, ya, silakan saja. Itu adalah bisnis. Yang penting
pelayanan harus bisa di-recovery secepat mungkin," katanya,
mengingatkan.
Foto Planet Mars menunjukkan kawasan Terra Meridiani
terlihat dalam gambar NASA. NASA akan mengumumkan temuan baru dari
eksplorasi Mars selama jumpa pers tanggal 28 September di Washington.
REUTERS/NASA/Greg Shirah.
CB, Indiana - Ilmuwan dari Purdue University di West Lafayette, Indiana, Amerika Serikat, membuat studi tentang Mars. Planet Merah tersebut diprediksi bakal memiliki cincin mirip Saturnus di masa depan.
Andrew
Hesselbrock, mahasiswa doktoral Fisika, bersama David Minton, asisten
profesor, membuat sebuah model terhadap objek astronomi di sekitar Mars
pada 4,5 miliar tahun lalu. Objek yang terdiri dari debu, puing
asteroid, dan material lainnya menggumpal membentuk bulan Mars, Phobos,
dan Deimos.
Model
ini didasari cekungan pada kutub yang menutupi sekitar 40 persen
planet. Cekungan ini, menurut keduanya dalam jurnal Nature Geoscience
edisi 20 Maret 2017, terbentuk karena dampak benturan puing-puing di
antariksa. Studi berjudul "An ongoing satellite–ring cycle of Mars and
the origins of Phobos and Deimos" itu menunjukkan proses yang sama di
kemudian hari bisa membentuk cincin di sekitar planet.
Kedua
bulan Mars, tulis Hesselbrock dan Minton dalam jurnal, nantinya akan
bergerak secara perlahan menjauhi planet. Phobos akan semakin menjauh
dari titik roche, titik batas jarak antara satelit dan planet.
"Kehancuran
Phobos akan membentuk cincin, diperkirakan akan terjadi pada 70 ribu
tahun mendatang," kata Hesselbrock, seperti dikutip dari laman berita
Science Daily, Rabu, 30 Agustus 2017. Menurut Hesselbrock, cincin planet
terbentuk antara tiga hingga tujuh kali dalam miliaran tahun.
CB, California - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) akan menjalankan misi terbaru di Mars,
yakni menggali isi perut Planet Merah tersebut. Wahana robot antariksa
terbaru NASA, InSight Mars Lander, akan menggali informasi dari dalam
permukaan planet untuk mengungkap proses pembentukan.
Wahana ini sedang dalam tahap penyempurnaan. InSight Mars Lander akan diluncurkan ke Planet Merah itu pada Mei 2018.
"Perubahan
di dalam permukaan Mars lebih sedikit ketimbang bumi dan mungkin
menyimpan bukti yang lebih baik soal proses kelahirannya," kata Bruce
Banerdt, peneliti InSight Mars Lander yang juga ilmuwan di Jet
Propulsion Laboratory NASA, seperti dikutip dari laman situs NASA.
NASA
menyematkan wahana ini dengan berbagai peralatan drilling canggih,
seperti seismometer untuk mencatat gelombang seismik dan sensor panas
yang bisa menembus hingga kedalaman tiga meter. Ada juga transmisi untuk
menyambung komunikasi antara Mars dan bumi.
"Kami
sedang melakukan pengujian terakhir meliputi akustik, pelepasan
instrumen, dan sensor panas," kata Stu Spath dari Lockheed Martin Space
System. Lockeheed adalah perusahaan yang membangun InSight Mars Lander.
Harusnya,
InSight Mars Lander sudah meluncur pada 2016. Sayangnya, ada kebocoran
sensor seismograf yang memaksa NASA memundurkan jadwal peluncuran.
Saat
ini, sudah ada dua wahana robot NASA di Mars, yakni Mars Opportunity
dan Mars Curiosity. Keduanya masih aktif. Dengan InSight Mars Lander,
ada tiga wahana robot yang termasuk dalam misi mengirim manusia ke Mars
pada 2030.
Para teknisi Rusia telah menciptakan sistem yang mampu menghancurkan misil jelajah antitank yang berjarak dua meter dari tank.
Dua meter di depan rudal,
sistem Arena dapat meluncurkan roket penangkal untuk menghancurkan
proyektil dari musuh.
Sumber: Anton Novoderezhkin/TASS
Jadi,
bagaimana cara menyelamatkan tank dari rudal? Pertama, Anda
meningkatkan lapis bajanya, dan yang kedua Anda dapat menghindarkannya
dari serangan — dan ini tampaknya hal yang paling aman untuk dilakukan.
Untungnya, sistem perlindungan aktif (APS) baru telah dikembangkan untuk
melakukan yang kedua. Sistem ini ringan dan lebih murah daripada harus
menambah lapis baja lagi ke sebuah tank.
APS “Arena” buatan
Rusia - dikembangkan Biro Desain Teknik dari Kolomna — bertindak sebagai
radar untuk tank dan mampu mendeteksi rudal yang mengarah ke tank dari
kejauhan hingga 50 meter. Bahkan jika rudal itu adalah TOW (misil
jelajah antitank) yang melaju dengan kecepatan supersonik.
Saat
target telah terdeteksi dan dikunci sistem, komputer akan mengikutinya
saat mengarah ke tank. Setelah itu, dua meter di depannya, sistem akan
meluncurkan roket penangkal untuk menghancurkan proyektil musuh
tersebut.
Ini adalah sistem otomatis tanpa kendali manual. Sayangnya manusia belum bisa bereaksi secepat komputer.
“Inovasi
dari Rusia ini bisa viral karena industri militer di seluruh dunia
ingin melindungi tentara dan kendaraan mereka apa pun caranya. Lebih
murah, lebih baik,” kata profesor di Akademi Ilmu Militer, Vadim
Kozyulin, kepada RBTH.
Ia membandingkan sistem ini dengan clay pigeon shooting (seni
menembak target terbang khusus), tapi ketimbang memakai butir peluru
seperti yang digunakan dalam senapan, sistem ini menggunakan puing
komposit yang terbang ke arah target dengan kecepatan dua kilometer per
jam.
“Sistem ini bekerja secara otomatis dan misil musuh akan mengalami nasib yang sama seperti clay pigeon — hancur berkeping-keping,” ujarnya menambahkan.
Kozyulin
mengatakan, setiap sistem Arena dilengkapi dengan 22 roket penangkal.
“Sistem ini menggandakan nyawa tank. Ia murah dan mudah digabung ke
dalam kendaraan lapis baja.”
Tentara Rusia, menurutnya, masih perlu menguji coba sistem ini tidak hanya di lapangan tembak, tapi juga di medan perang.
“Jujur
saja. Sistem ini masih perlu melewati uji coba tembakan nyata. Jika
Rusia tidak menggunakannya dalam operasi di Suriah, kapasitas Arena
tidak akan sepenuhnya ditemukan,” ujarnya.
Indonesia tertarik untuk memiliki kapal selam diesel elektrik Proyek 636 “Varshavyanka” buatan Rusia.
Kapal selam Varshavyanka
adalah kapal selam generasi ketiga yang memiliki berat benaman 3.950
ton. Sumber: Yuri Smityuk /
TASS
Indonesia tertarik untuk memiliki
kapal selam diesel elektrik Proyek 636 “Varshavyanka”, kata Kepala
Layanan Federal untuk Kerja Sama Teknik-Militer Rusia (FSMTC) Dmitry
Shugayev dalam sebuah wawancara dengan Kommersant, sebagaimana dilansir RBK.
Shugayev
menganggap bahwa hal ini sebagai “sinyal yang baik”. “Kami telah
membahas hal ini dengan mitra dari Indonesia. Saat ini, kami siap untuk
membuat model kerja sama yang saling menguntungkan,” ujar Shugayev.
Pada
saat yang sama, kepala FSMTC juga menambahkan bahwa Jakarta juga sedang
berupaya mengembangkan produksi peralatan kelautannya sendiri.
Kapal
selam Varshavyanka adalah kapal selam generasi ketiga yang memiliki
berat benaman 3.950 ton. Dengan bobotnya itu, kapal selam ini bisa
melaju di bawah air dengan kecepatan 20 knot dan mampu menyelam sedalam
300 meter. Varshavyanka juga dapat menampung hingga 52 orang awak kapal.
Rusia telah mempertimbangkan
kemungkinan pemasokan kapal selam non-nuklir Varshavyanka (Proyek 636)
untuk Indonesia sejak 2016 lalu. Kapal selam Proyek 636 yang telah
dimodifikasi ini memiliki efektivitas tempur yang lebih tinggi.
Varshavyanka dilengkapi dengan torpedo berkaliber 533 milimeter
(sebanyak enam unit), bom, dan sistem rudal ‘Kalibr’. Kapal ini juga
mampu mendeteksi target pada jarak tiga sampai empat kali lebih besar
dibandingkan kemampuan deteksi musuh. Atas kemampuan silumannya
tersebut, kapal selam ini mendapat julukan ‘lubang hitam’ oleh NATO.
Perdana
Menteri Australia Malcolm Turnbull menyatakan negaranya siap perang
melawan Korea Utara jika diminta Amerika Serikat. Foto/AAP/Lukas
Coch/via REUTERS
SYDNEY
- Perdana Menteri (PM) Australia Malcolm Turnbull mengatakan, Australia
akan berperang melawan Korea Utara (Korut) jika Amerika Serikat meminta
untuk bergabung dengan sekutu. Turnbull menyamakan negara komunis di
Korea itu dengan mafia.
Komentar pemimpin Canberra ini muncul
setelah Presiden AS Donald Trump memperingatkan bahwa berbicara bukan
lagi jawaban untuk ulah Korut. Turnbull setuju opsi militer militer
sebagai pilihan untuk menangani Pyongyang, meski itu bukan opsi
satu-satunya.
”Mereka adalah pedagang yang berdiri sendiri. Apa
yang ingin mereka lakukan adalah mengintimidasi negara lain agar tidak
menjatuhkan sanksi dan itulah sebabnya sanksi tersebut harus
diberlakukan,” kata Turnbull dalam program Sunrise stasiun televisi Australia pada hari Kamis (31/8/2017).
”Cara
terbaik bagi Korea Utara yang masuk akal adalah (sanksi) ekonomi PBB
ditegakkan, dan khususnya oleh China, yang mengatakan bahwa mereka akan
melakukannya. Ingat bahwa China memiliki hubungan ekonomi yang luar
biasa dengan Korut. Mereka memiliki pengaruh terbesar dan karenanya
merupakan tanggung jawab terbesar,” ujar Turnbull.
Ketika
ditanya apakah Australia akan bergabung dengan AS dalam perang jika
Trump memintanya, Turnbull mengatakan bahwa Australia siap membantu
mereka dalam perang.
”Jelas, jika Amerika Serikat diserang, kami
akan datang untuk membantu AS, dan sebaliknya, jika kami diserang, AS
akan membantu kami,” ujarnya.
Turnbull mengatakan bahwa
masyarakat global benar-benar bersatu dalam menghadapi rezim Kim Jong-un
yang berkuasa di Korut. Sanksi yang lebih ketat, kata dia, mulai
berlaku minggu depan.
”Jika Korea Utara menyerang Amerika
Serikat, seperti yang sering mereka lakukan, akan ada konflik yang
menjadi catatan bunuh diri dari sudut pandang Korea Utara,” katanya.
”Kim Jong-un sedang memainkan permainan yang sangat berbahaya.”
Sebelumnya, saat berbicara di Channel Nine, semalam,
Turnbull mengatakan bahwa perilaku negara nakal tersebut semakin
meningkat setelah mereka melepaskan sebuah rudal ke Jepang pada hari
Selasa.
Dia memperingatkan dampak yang sangat menghancurkan bagi Korea Utara jika terus mengejar ambisi rudalnya.
”Jika
pemimpin Korea Utara terus menyusuri jalur provokatif ini, risiko
perang semakin besar sepanjang masa,” kata Turnbull. ”Jika dia memulai
perang, kenyataannya, dia akan kehilangannya seketika. Ini akan menjadi
catatan bunuh diri dari pihaknya.”
Kim Jong-Un mendapat tekanan
internasional dan PBB. Namun ia malah mengancam akan mengirim misil
lebih banyak lagi. (dok. KCNA/via REUTERS)
Jakarta, CB --
Pimpinan Korea Utara (Korut), Kim Jong-Un mengancam akan mengirim
lebih banyak tes misil. Hal ini bahkan dilontarkan Kim Jong-Un setelah
Dewan Keamanan PBB memberi teguran keras terkait uji peluncuran rudal
yang melintasi Jepang, Selasa (29/8).
Namun, Kim tidak
terpengaruh oleh teguran itu. Ia malah makin menjadi dengan menyebut
peluncuran itu hanyalah "pengganjal tirai". Pernyataan ini bahkan dibuat
Kim setelah Trump mengecam Korut lewat akun Twitternya.
"AS
telah berbicara dengan Korea Utara dan membayar mereka uang perasan
selama 25 tahun. Diskusi bukan jawaban!" seru Trump lewat akunnya,
seperti ditulis AFP.
Kantor berita resmi Korea, KCNA, mengutip pernyataan Kim yang
mengatakan bahwa dibutuhkan, "latihan peluncuran roket yang lebih
balistik, dengan Pasifik sebagai target di masa depan".
Lebih
lanjut KCNA mengutip kalau peluncuran Selasa lalu merupakan,
"pendahuluan yang berarti untuk memasukkan Guam, sebagai pendahuluan
basis invasi".
Hal ini dilakukan sebagai protes keras Korea Utara
terhadap latihan militer AS-Korea Selatan yang sedang berlangsung.
Korut menilai latihan tersebut sebagai latihan untuk invasi.
Siapkan sanksi
Selasa
lalu, Korut menembakkan rudal jarak menengah Hwasong-12. Jarak tempuh
rudal ini bisa menghancurkan kota-kota di Jepang atau pulau AS, Guam.
BK
PBB telah menyiapkan tujuh sangsi kepada Pyongyang. Penembakan misil
tersebut dinilai PBB sebagai tindakan yang keterlaluan dan tidak hanya
menjadi ancaman bagi wilayah tersebut, namun juga untuk semua negara
anggota PBB.
Sekutu utama Korut, China dan Rusia, ikut mendukung deklarasi rancangan AS tersebut.
Seruan Trump lewat akun Twitternya tersebut menyiratkan ancaman
sanksi yang lebih banyak terhadap Korut atau bahkan serangan militer.
Ancaman serupa sempat diutarakan Trump sehari sebelumnya lewat
pernyataan resmi dari Gedung Putih. Trump juga menilai diplomasi yang
dilakukan Dewan Keamanan PBB terhadap Korut, lambat.
Sayang,
retorika Trump agak dilemahkan dengan kata-kata yang lebih tenang dari
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis. "Kami tidak pernah keluar dari solusi
diplomatik," jelas Mattis setelah melakukan pembicaraan dengan rekannya
dari Korea Selatan Song Young-Moo.
SEOUL
- Korea Selatan (Korsel) dilaporkan melatih pasukan khusus untuk
melacak dan membunuh Kim Jong-un dan penasihat terdekatnya jika Korea
Utara (Korut) memulai perang. Hal itu berdasarkan sebuah dokumen
pemerintah yang dilaporkan media Korsel.
Strategi tersebut
merupakan bagian dari serangkaian tindakan oleh Seoul untuk beralih ke
posisi ofensif jika negara nakal tersebut menyerang.
"Strategi
itu juga berencana untuk mengidentifikasi dan menghilangkan 1.000 target
utama - termasuk fasilitas peluncuran senjata nuklir dan rudal -
bersamaan dengan menghentikan serangan dari kediktatoran Korut," kata
beberapa laporan seperti dikutip dari Independent, Kamis (31/8/2017).
Presiden
Korsel, Moon Jae-in, dilaporkan diberitahu oleh Kementerian Pertahanan
atas cetak biru yang baru kembali setelah dia menginstruksikan pejabat
untuk melakukan rencana serangan militer.
Mereka membahas
strategi mereka yang direvisi hanya sehari sebelum Pyongyang melepaskan
sebuah rudal balistik ke Jepang pada hari Selasa, dengan Donald Trump
kemudian mengatakan semua opsi sekarang ada di atas meja.
"Moon
mengatakan militer Korsel harus siap untuk dengan cepat beralih ke
posisi ofensif jika Korut melakukan provokasi yang melintasi garis atau
menyerang wilayah Ibu Kota", tulis surat kabar Chosun Ilbo.
Perintah
itu terjadi di tengah latihan militer gabungan Seoul dan Washington
pada minggu ini. Sebelumnya pihak berwenang menyebut bahwa latihan itu
sebagai tindakan latihan defensif jika terjadi serangan oleh Korut.
The
Ulchi-Freedom Guardian adalah operasi tahunan yang sebelumnya
melibatkan pelatihan misi darat dan laut. Sekitar 17.500 tentara AS
mengambil bagian dalam latihan saat ini, menurut kementerian pertahanan
Seoul.
Tapi apa yang disebut latihan defensif dijelaskan oleh
para analis sebagai "misi pemenggalan kepala" untuk membidik Kim
Jong-un. Beberapa bahkan mengatakan bahwa mereka percaya jika pemimpin
tersebut dibunuh atau ditangkap, angkatan bersenjata dapat menyerah.
Klaim
misi pelatihan bersifat ofensif daripada reaksioner telah meningkat
sejak anggota Tim Navy Seal Six Angkatan Laut AS ambil bagian dalam
latihan terpisah dengan pasukan khusus Korsel pada bulan Maret.
Mereka
datang saat seorang anggota parlemen Korsel mengatakan bahwa Kim
Jong-un hidup dalam ketakutan karena dibunuh dalam serangan oleh tentara
yang sangat terlatih.
Lee Cheol-woo, ketua komite intelijen parlemen Korea Selatan, membuat
klaim berdasarkan laporan dari badan intelijen negara tersebut.
"Jong-un
asyik dengan mengumpulkan informasi tentang 'operasi pemenggalan
kepala' melalui badan intelijennya," kata Lee setelah sebuah briefing.
"Jong-un
telah melakukan perjalanan pada waktu fajar dan beralih di antara mobil
bawahan yang berbeda daripada terus bepergian dengan Mercedes-Benz
miliknya sendiri," sambungnya.
Rencana
"pemenggalan" yang dicurigai untuk menargetkan diktator dan deputi
seniornya pertama terungkap saat Washington dan Seoul memulai latihan
latihan bersama mereka pada tahun 2015 dalam latihan yang diberi nama
"Operation Plan 5015".
Kelompok riset Brookings Institute
mengatakan bahwa rencana tersebut memvisualisasikan peperangan terbatas
dengan penekanan pada serangan preemptif terhadap target strategis di
Korut dan 'serangan pemenggalan kepala' untuk memusnahkan pemimpin
Korut.
Korsel Berencana Kirim Pasukan untuk Gulingkan Kim Jong-un
Jakarta, CB --
Korsel telah mematangkan strategi pengiriman pasukan khusus untuk
menyelinap ke Korea Utara dan menggulingkan sang pemimpin tertinggi, Kim
Jong-un.
"[Inti dari rencana baru ini] adalah mengirimkan
pasukan udara dan Marinir untuk menyusup ke Pyongyang dan dengan cepat
menggulingkan rezim Korea Utara," ujar seorang sumber militer Korsel
kepada Chosun Ilbo, Selasa (29/8).
Salah satu strategi
yang sudah disusun untuk menggulingkan rezim tersebut adalah dengan
membunuh sejumlah pejabat penting di Korut.
Susunan rencana ini
sudah diserahkan kepada Presiden Korsel, Moon Jae-in, tak lama sebelum
Korut meluncurkan peluru kendali balistik yang melintasi Jepang dan
jatuh di Samudera Pasifik kemarin.
Sejak
awal menjabat, Moon merupakan sosok pemimpin yang selalu menggaungkan
cara damai untuk mendekati Korut. Namun setelah diberi penjelasan oleh
Kementerian Pertahanan mengenai ancaman Korut, Moon pun mulai berubah
sikap.
Sebagaimana dikutip dalam pernyataan resmi Istana
Kepresidenan Korsel, Moon bahkan menyatakan, "Mendorong reformasi
struktur militer agar dapat langsung siaga jika Korut melakukan
provokasi yang melewati batas atau menyerang ibu kota."
Kini,
Korsel memang sudah memiliki kerja sama pertahanan dengan AS untuk
menghadapi Korut. Namun, butuh waktu beberapa bulan lagi hingga semua
perkakas pertahanan bantuan dari AS tiba di Korsel.
Jika
Korut menyerang Korsel sebelum alat pertahanan AS siaga, Seoul pun
sudah menyiapkan sejumlah langkah pertahanan. Tak hanya mempertahankan
diri, Korsel juga menyusun langkah penyerangan.
Sumber tersebut
menjelaskan, Korsel bahkan sudah menentukan lebih dari 1.000 titik di
Korut yang akan menjadi sasaran rudal negaranya jika Pyongyang kembali
berulah.
"Jika Korut fokus pada pengembangan nuklir dan rudal
ketimbang senjata konvensional, maka kami juga harus memiliki rencana
balasan serupa," ucap Moon sebagaimana dikutip Chosun Ilbo.
Menhan AS James Mattis telah bersumpah
bahwa militernya akan menembak setiap rudal yang dianggap mengancam
wilayah AS dan sekutunya, termasuk rudal Korut. (AFP PHOTO/JUNG Yeon-Je)
Jakarta, CB --
Langkah Korea Utara meluncurkan proyektil melintasi Jepang, Selasa
kemarin, bisa meningkatkan tekanan bagi Amerika Serikat untuk
mempertimbangkan opsi menembak jatuh rudal yang diluncurkan pemerintahan
Kim Jong-un di masa yang akan datang.
Selama 18 tahun terakhir,
AS diketahui telah merogoh US$40 miliar atau Rp533 triliun dari kocek
demi mengembangkan sejumlah instrumen militer anti-rudal seperti kapal
pertahanan rudal Aegis dan sistem anti-rudal THAAD yang ditempatkan di
Korea Selatan dan Guam--wilayah kedaulatan AS di Pasifik.
"Saya
pikir, dalam musyawarah pemerintah, kemungkinan opsi ini sudah menjadi
salah satu yang telah dipersiapkan," tutur eks Wakil Menteri
Pertahanan AS, David Shear.
"Kim Jong-un semakin meremehkan Amerika dan Jepang dengan uji coba rudalnya ini."
Menhan AS
James Mattis telah bersumpah pasukannya akan menembak setiap rudal yang
dianggap mengancam wilayah AS dan sekutu, tak terkecuali rudal Korut.
Meski
begitu, opsi pencegatan rudal ini belum pernah digunakan AS untuk
membendung ancaman rudal Korut. Padahal, sejak awal 2017, Pyongyang
telah melakukan uji coba peluru kendalinya sebanyak 14 kali.
Seorang pejabat AS mengatakan pencegatan rudal harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena berisiko memakan korban sipil.
Selain
itu, menembak rudal di atas wilayah udara negara lain yang hanya secara
tidak langsung mengancam AS bakal memicu perdebatan soal dasar
hukum. Sebab, sejauh ini, Dewan keamanan PBB pun tidak secara eksplisit
memberi kewenangan bagi AS dan negara lainnya untuk melakukan hal
seperti itu.
Di sisi lain, kekhawatiran Gedung Putih akan respons
dan pembalasan Pyongyang turut menjadi pertimbangan yang membuat opsi
penggunaan sistem anti-rudal itu belum juga digunakan.
Pejabat militer dan intelijen AS telah memeringatkan bahwa rezim
Kim Jong-un dapat secara tiba-tiba melepaskan serangan rudal ke wilayah
sekutu AS sebagai balasan dari langkah militer tersebut.
Pengerahan sistem pertahanan rudal disebut hanya akan dianggap musuh
sebagai aksi 'unjuk gigi' Washington, ketimbang upaya pertahanan diri.
Hal itu bisa memicu kemarahan Kim Jong-ubn dan memperkeruh ketegangan di
kawasan.
Selain itu, sejumlah pengamat pun menilai tak ada
jaminan bahwa sistem anti-rudal ini bisa sepenuhnya berhasil mencegat
rudal Korut. Sebab, seluruh instrumen pertahanan itu belum pernah
dioperasikan dalam kondisi perang.
"Sistem pertahanan rudal tidak
bisa dijadikan perisai yang sepenuhnya melindungi dari ancaman rudal.
Sistem ini hanya dirancang untuk meminimalisir kerusakan dari tembakan
rudal," ujar Michael Elleman, ahli rudal di lembaga think tank 38 North.
Terlebih,
jika pencegatan rudal itu gagal, AS hanya akan menanggung malu. Di sisi
lain, menurut Elleman, kegagalan tersebut akan semakin membuat Korut
berada di atas angin dengan ambisi rudal dan nuklirnya.
"Jika pencegatan rudal gagal, ini akan memalukan bagi AS, meski tidak
terlalu mengejutkan," tutur Elleman menambahkan seperti dikutip Reuters. Selain
itu, sanksi internasional dan sikap keras Presiden Donald Trump--yang
selama ini telah berulang kali bersumpah bahwa opsi militer bisa
digunakannya untuk menghadapi Korut nampaknya tak menghalangi Kim
Jong-un untuk terus menggencarkan program rudal dan nuklirnya.
Ilustrasi ABMD milik AS. (Inquam Photos/Adel Al-Haddad/via Reuters)
Jakarta, CB --
Jepang mengincar radar mutakhir dari Amerika Serikat untuk
memperkuat sistem pertahanan peluru kendali mereka, di tengah ancaman
Korea Utara yang kian nyata setelah rudal dari Pyongyang melintasi
Hokkaido pada Selasa (29/8).
Tiga sumber anonim mengatakan kepada Reuters, radar Spy-6 ini dapat melengkapi sistem pertahanan rudal balistik Aegis (ABMD) yang rencananya mulai beroperasi pada 2023.
Ketiga sumber itu mengatakan, pengerahan ABMD dianggap percuma tanpa kehadiran radar Spy-6 tersebut.
Tanpa
radar tersebut, Jepang membutuhkan waktu lama untuk mendeteksi
keberadaan rudal. Sementara itu, ABMD baru dapat dikerahkan setelah
petugas mendeteksi rudal.
Menurut seorang sumber, AS tidak yakin melepas teknologi radar itu
kepada pihak lain sebelum mereka menguji cobanya di negara sendiri. AS
baru akan mengoperasikan radar itu pada 2022.
"Tak ada jaminan Jepang akan mendapatkannya," ujar seorang sumber sebagaimana dikutip Reuters.
Sistem
pertahanan rudal ini menjadi isu penting setelah rudal yang dilontarkan
Korut melintasi langit Hokkaido sebelum jatuh di Samudera Pasifik pada
Selasa.
Peluncuran rudal kali ini menjadi yang paling mengancam
keamanan Jepang karena sempat melewati wilayah udara Negeri Matahari
Terbit itu.
Pada 1998, Pyongyang juga pernah melakukan hal
serupa. Namun, saat itu, Pyongyang hanya meluncurkan kendaraan peluncur
satelit ke wilayah Jepang, bukan rudal balistik seperti kali ini.
Jepang Bekali Warga untuk Hadapi Ancaman Rudal Korut
Ilustrasi rudal Korut. (Kyodo/ via Reuters)
Jakarta, CB --
Jepang terus membekali warganya di tengah ancaman peluru kendali
Korea Utara yang kian nyata setelah rudal dari Pyongyang melintasi
Hokkaido pada Selasa (29/8).
“Kami terus memberikan informasi
yang penting diketahui publik mengenai rudal Korut. Kami juga terus
mengimbau agar seluruh warga di Jepang untuk tetap waspada,” ujar Duta
Besar Jepang untuk Indonesia, Masafumi Ishii, di kediamannya di Jakarta,
Rabu (30/8).
Sejumlah bekal pesan dan informasi tersebut
terbukti berguna bagi warga Jepang, terutama ketika rudal Korut
melintasi langit Hokkaido sebelum jatuh di Samudera Pasifik kemarin.
Warga
Jepang yang tinggal di sekitar wilayah yang dilalui rudal tersebut
bangun dengan notifikasi peringatan ancaman rudal rudal di ponsel mereka
yang tersebar sekitar pukul 06.02 pagi waktu setempat.
Di saat
bersamaan, media penyiaran Jepang NHK pun langsung merilis peringatan
yang memberitahukan warga bahwa sebuah peluru kendali mendekat, dan
meminta mereka untuk berlindung.
Peringatan darurat pun sempat
menyala di Sapporo, ibu kota Hokkaido. Warga diimbau untuk berlindung ke
tempat aman, seperti ruang bawah tanah atau bangunan kokoh, jika
serangan rudal benar-benar menghantam kota.
Duta Besar Jepang untuk Indonesia,
Masafumi Ishii, mengatakan bahwa komunikasi Tokyo dengan negara di Asia
Tenggara harus dipertahankan karena sebagian besar negara di kawasan
memiliki hubungan diplomatik dengan rezim Kim Jong-un. (CNN
Indonesia/Riva Dessthania Suastha)
Jakarta, CB --
Jepang meminta Indonesia dan negara lain di Asia Tenggara untuk
memberikan tekanan lebih keras pada Korea Utara agar menghentikan ambisi
program rudal dan nuklirnya.
“Jepang akan terus menjaga
kedekatan komunikasi dengan Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya
supaya bisa bersatu untuk lebih menekan Korea Utara,” ujar Duta Besar
Jepang untuk Indonesia, Masafumi Ishii, di kediamannya di Jakarta, Rabu
(30/8).
Ishii mengatakan, tekanan dari sejumlah negara akan lebih
efektif. Untuk itu, Jepang akan terus menjaga komunikasi dengan
negara-negara di kawasan.
Menurut Ishii, komunikasi Tokyo dengan
negara di Asia Tenggara harus dipertahankan karena sebagian besar negara
di kawasan memiliki hubungan diplomatik dengan rezim Kim Jong-un,
termasuk Indonesia.
Ia mengatakan, dengan komunikasi intensif, Jepang dan negara di Asia
Tenggara termasuk Indonesia bisa saling bertukar informasi seputar
tanggapan dan pendirian masing-masing negara menyangkut isu Korut ini.
“Kami
sangat menghargai pendirian Indonesia yang segera melontarkan kecaman
terhadap Korut. Pernyataan Indonesia soal Korut kemarin sangat tegas dan
kuat. Jepang sangat mengapresiasi itu,” kata Ishii.
Melalui
pernyataan resmi, Kemlu RI sebelumnya mengatakan uji coba rudal itu
bertentangan dengan kewajiban Korut terhadap resolusi Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa, khususnya resolusi 2270 (2016), 2321 (2016),
2356 (2017), dan 2371 (2017).
"Indonesia menegaskan kembali
bahwa stabilitas di Semenanjung Korea sangat penting artinya. Untuk itu
Indonesia mengajak semua negara untuk berkontribusi terhadap penciptaan
perdamaian dan stabilitas di kawasan," kata Kemlu RI.
Komentar itu dilontarkan menyusul uji coba rudal terbaru Korut pada
Selasa (29/8). Peluncuran rudal kali ini menjadi yang paling mengancam
keamanan Jepang karena sempat melewati wilayah udara Negeri Matahari
Terbit itu.
Peluru kendali Korut sempat terdeteksi terbang sejauh
2.700 kilometer dan melewati langit Jepang sebelum jatuh di perairan
Pasifik—1.200 kilometer dari Hokkaido pada Selasa pagi sekitar pukul
06.00 waktu setempat.
Pada 1998, Pyongyang juga pernah melakukan
hal serupa. Namun, saat itu, Pyongyang hanya meluncurkan kendaraan
peluncur satelit ke wilayah Jepang, bukan rudal balistik seperti kali
ini.
Sebanyak 11.000 pasukan AS berada di Afghanistan. Foto/Ilustrasi/Istimewa
WASHINGTON
- Pentagon telah mengakui bahwa jumlah tentara Amerika Serikat (AS)
yang ditempatkan di Afghanistan mencapai 11.000. Jumlah ini jauh lebih
tinggi daripada yang diinformasikan sebelumnya.
Jumlah pasukan,
yang dimaksudkan agar lebih transparan, diungkapkan pada sebuah
konferensi pers bersama oleh Juru Bicara Pentagon dan Direktur Staf
Gabungan.
Angka baru tersebut bertambah 2.600 dari angka yang
sebelumnya diinformasikan yaitu 8.400. Namun, mereka tidak mewakili
peningkatan pasukan sesuai dengan strategi baru Afghanistan yang
diajukan Presiden AS Donald Trump.
"Ini bukan kenaikan pasukan," kata juru bicara Kepala Pentagon Dana White seperti disitir dari Russia Today, Kamis (31/8/2017).
Sebagai gantinya, angka yang diinformasikan terbaru adalah kenyataan selama 6 bulan terakhir, tambah Direktur Staf Gabungan.
Jumlah 8.400 tentara AS di Afghanistan diberlakukan selama pemerintahan Obama.
Informasi
terbaru ini mengikuti penerapan metode penghitungan baru, karena bahkan
Menteri Pertahanan AS James Mattis sendiri tidak yakin berapa banyak
tentara yang dia miliki di Afghanistan.
"Kami harus mengubah
bagaimana mereka menghitungnya, karena ada begitu banyak kantong yang
berbeda," kata Mattis pada awal Agustus.
"Kami di gedung ini
tidak bisa mengetahuinya. Saya harus mengubah proses pembukuan karena
kami tidak tahu berapa jumlah pasukan yang kami miliki di sana,"
sambungnya.
Juru bicara Pentagon Dana White menolak memberikan jumlah pasukan AS untuk Irak dan Suriah.
Meskipun
kehadiran tentara AS yang baru terungkap, lebih tinggi dari batas yang
diizinkan, jumlah yang diungkap ke publik tetap rendah. Berbagai taktik
akuntansi digunakan untuk itu, termasuk memberi label pada beberapa
tentara dengan status "sementara" dikerahkan dan menghilangkan pasukan
dalam transfer. Sebelum merilis angka terbaru, laporan media menunjukkan
bahwa jumlah tentara AS di Afghanistan kemungkinan sekitar 12.000
orang.
AS diperkirakan akan mengerahkan lebih banyak tentara ke negara tersebut
menyusul pengumuman strategi baru Afghanistan oleh Presiden Trump.
Angka pastinya masih belum diketahui, karena militer pertama kali fokus untuk menghitung prajurit yang sudah berada di lapangan.
"Saya
lebih suka tidak masuk ke nomor itu sekarang juga. Hal pertama yang
harus saya lakukan adalah tingkatkan gelembung dan buat penghitungan
untuk semua orang yang ada di lapangan saat ini, gagasannya adalah
karena kami tidak akan memiliki keranjang berbeda yang kami gunakan
untuk mereka, untuk memberi tahu Anda totalnya. Dan ada sejumlah yang
saya berwenang untuk menaikan," kata Mattis Selasa lalu di Baghdad.
TOKYO
- Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengecam uji coba rudal
balistik Korea Utara (Korut) yang melintas di atas Jepang. Ia pun
menolak untuk mengesampingkan penggunaan perang siber atau bahkan
mengambil bagian dalam tindakan militer.
Mei tiba di Jepang pada
hari Rabu pagi di tengah krisis yang meningkat mengenai peluncuran rudal
terbaru Pyongyang. Ia akan melakukan diskusi dengan Perdana Menteri
Jepang, Shinzo Abe, tentang apa yang bisa dilakukan.
"Kami akan
melipatgandakan usaha kami dengan mitra internasional kami untuk menekan
Korut untuk menghentikan kegiatan ilegal ini," kata May seperti disitat
dari Russia Today, Kamis (31/8/2017).
May pun mendesak
China untuk campur tangan lebih giat dalam menahan ambisi rudal Korut.
Menurutnya Beijing adalah kunci untuk meredakan ketegangan.
"China, menurut saya, mempunyai peran kunci untuk dimainkan dalam hal tekanan yang bisa dilakukannya," urai May.
"Saya
telah mengatakan hal ini kepada Presiden Xi Jinping. Orang lain juga
punya. Kami berpikir bahwa China memiliki peran untuk dimainkan dan kami
akan mendorong China melakukan segala hal untuk menekan Korut guna
menghentikan ini," sambungnya.
May
pun menolak untuk mengesampingkan kemungkinan tindakan militer atau
perang siber melawan negara nakal tersebut. Sumber dalam pemerintah
Inggris bahkan meningkatkan kemungkinan bahwa perang siber mungkin sudah
digunakan, dengan mengatakan: "Jika kita melakukan itu, tentu kita
tidak akan memberi tahu Anda."
Pada hari Selasa, Pyongyang
meluncurkan sebuah rudal yang terbang di atas Jepang sebelum mendarat di
Pasifik. Aksi ini memicu sistem peringatan J-nasional, yang memberitahu
penduduk Jepang untuk berlindung.
Abe menyebut peluncuran rudal
itu sebagai ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya atas negaranya,
sementara Dewan Keamanan (DK) PBB dengan suara bulat mengutuk Korut
atas tindakannya tersebut. DK PBB tersebut menyebut peluncuran tersebut
keterlaluan dan menuntut Korut menghentikan semua pengujian rudal.
Perdana
Menteri Inggris Theresa May meminta China untuk memberi tekanan lebih
besar pada Korut untuk menghentikan uji coba rudal. Foto/Reuters
LONDON
- Perdana Menteri Inggris Theresa May meminta China untuk memberi
tekanan lebih besar pada Korut untuk menghentikan uji coba rudal. Dia
mengatakan, Beijing memiliki peran penting dalam upaya internasional
guna mencegah apa yang dia gambarkan sebagai provokasi yang signifikan
oleh Pyongyang.
"Kami ingin memastikan bahwa mereka menghentikan
tindakan ini. Kami melihat bahwa cara terbaik untuk melakukannya adalah
agar China memberi tekanan kepada Korut," kata May, pasca melakukan
pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, seperti dilansir
Reuters pada Minggu (30/8).
Jepang sendiri sebelumnya telah
meminta China dan juga Rusia untuk memberikan tekanan yang lebih besar
pada Korut. Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga menuturkan, China
dan Rusia adalah dua sekutu terdekat Korut saat ini, dan memiliki
pengaruh besar pada Korut.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS)
menyatakan akan berusaha untuk menghentikan pelanggaran terhadap hukum
internasional yang dilakukan oleh Korut. AS lalu menyebut, Korut harus
sadar bahwa saat ini dunia internasional telah bersatu untuk melawan
kegilaan yang mereka lakukan.
"AS tidak akan membiarkan
pelanggaran hukum Korut berlanjut dan inilah saatnya Pyongyang mengakui
"bahaya yang mereka hadapi" karena dunia bersatu melawan mereka," ucap
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley.
DK PBB mengecam peluncuran rudal Korut di atas wilayah Jepang. Foto/Ilustrasi/Sindonews/Ian
NEW YORK
- Dewan Keamanan PBB mengecam peluncuran rudal balistik Korea Utara
(Korut) di atas wilayah Jepang. DK PBB menyebut tindakan tersebut
keterlaluan dan menuntut agar Pyongyang tidak meluncurkan rudal lagi
serta meninggalkan semua senjata dan program nuklir.
Dalam sebuah
pernyataan, 15 anggota Dewan Keamanan mengatakan bahwa "sangat penting"
bahwa Korut segera melakukan tindakan nyata untuk mengurangi
ketegangan. DK PBB juga meminta semua negara untuk menerapkan sanksi PBB
terhadap Pyongyang.
"Dewan Keamanan selanjutnya mengecam Korut
karena tindakannya yang keterlaluan dan menuntut agar Korut segera
menghentikan semua tindakan tersebut" bunyi pernyataan yang dikeluarkan
oleh DK PBB.
"Dewan Keamanan menekankan bahwa tindakan Korut ini
tidak hanya menjadi ancaman bagi wilayah tersebut, namun juga untuk
semua negara anggota PBB," demikian bunyi pernyataan tersebut seperti
dilansir dari Al Arabiya, Kamis (31/8/2017).
Dewan tersebut juga menyatakan komitmennya terhadap solusi damai, diplomatik dan politis.
"Dunia
bersatu melawan Korut, tidak ada keraguan tentang hal itu, sekarang
saatnya rezim Korut mengenali bahaya yang mereka hadapi. Amerika Serikat
(AS) tidak akan membiarkan pelanggaran hukum mereka berlanjut," kata
Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan kepada dewan tersebut.
Duta
Besar China untuk PBB, Liu Jieyi, meminta semua pihak untuk menahan
diri dan hindari tindakan saling provokatif yang dapat memperburuk
situasi regional.
Sedangkan Duta Besar Rusia Vassily Nebenzia
mengatakan kepada dewan bahwa tidak ada solusi militer terhadap isu-isu
yang mengganggu Semenanjung Korea.
DK PBB awal bulan ini dengan
suara bulat memberlakukan sanksi baru terhadap Korut. Sanksi itu dapat
memangkas sepertiga dari pendapatan ekspor tahunan Korut sebesar USD3
miliar. Sanksi dijaruhkan setelah Pyongyang menggelar dua peluncuran
rudal jarak jauh di bulan Juli.
Korut: Peluncuran Rudal Ditujukan untuk Merespon Latihan AS-Korsel
Pyongyang
menuturkan, uji coba rudal terebut adalah respon atas latihan perang
yang dilakukan Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) di
perairan Korsel. Foto/Reuters
PYONGYANG
- Korea Utara (Korut) angkat bicara mengenai uji coba rudal yang mereka
lakukan kemarin. Pyongyang menuturkan, uji coba rudal terebut adalah
respon atas latihan perang yang dilakukan Korea Selatan (Korsel) dan
Amerika Serikat (AS) di perairan Korsel.
Menurut laporan kantor
berita Korut, KCNA, uji coba rudal tersebut disaksikan langsung oleh
pemimpin Korut Kim Jong-un. Kantor berita itu menuturkan, rudal yang
mereka tembakkan adalah rudal Hwasong-12.
"Latihan peluncuran
roket balistik saat ini seperti perang sesungguhnya adalah langkah awal
operasi militer KPA di Pasifik, dan sebuah pendahuluan yang berarti
untuk memasukkan Guam," kata KCNA yang mengutip pernyataan Jong-un,
seperti dilansir Reuters pada Rabu (30/8).
Peluncuran rudal
balistik Pyongyang yang dilakukan kemarin itu sendiri memaksa Jepang
mengaktifkan sistem peringatan “J-Alert”. Pemerintahan Perdana Menteri
Shinzo Abe mengumumkan, bahwa rudal tersebut jatuh ke Laut Pasifik,
sekitar 1.180 km timur Cape Erimo, Hokaido, hanya 14 menit setelah
ditembakkan.
Sistem J-Alert adalah jaringan informasi buatan
pemerintah Jepang yang dirancang untuk mengirimkan informasi kepada
penduduk melalui email, pembicara luar ruangan dan pemerintah kota
administratif jika terjadi ancaman keamanan ke negara tersebut.
Suara dari peringatan melalui sistem itu otomatis akan terulang beberapa kali melalui pengeras suara milik pemerintah kota.
Otoritas
nuklir setempat memastikan bahwa fasilitas atom Jepang tidak mengalami
kerusakan. Melansir laporan NHK, tidak ada kapal dan pesawat terbang
yang rusak karena rudal yang terpecah menjadi tiga bagian sebelum jatuh
ke perairan.
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis tetap membuka pintu dialog untuk meredakan eskalasi di Semenanjung Korea. Foto/Istimewa
WASHINGTON
- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, telah menutup
kemungkinan dialog dengan Korea Utara (Korut). Namun pendapat ini tidak
sejalan dengan pernyataan Menteri Pertahanan (Menhan) AS, Jim Mattis.
Ketika
ditanya oleh wartawan jika AS keluar dari solusi diplomatik dengan
Korut di tengah meningkatnya ketegangan setelah serangkaian tes rudal
oleh Pyongyang, Mattis dengan tegas menjawab: "Tidak."
"Kami
tidak pernah keluar dari solusi diplomatik," kata Mattis mengatakan
sebelum bertemu dengan rekannya dari Korea Selatan (Korsel) di Pentagon.
"Kami terus bekerja sama, dan kementerian serta Saya berbagi
tanggung jawab untuk menyediakan perlindungan bagi negara, populasi dan
kepentingan kita," terangnya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (31/8/2017).
Mattis
dan Sekretaris Negara AS Rex Tillerson telah menekankan untuk menemukan
solusi diplomatik untuk Korut. Mereka telah menggunakan nada yang lebih
lembut daripada Trump mengenai hal ini dan hal-hal lainnya.
Misalnya,
beberapa hari setelah Trump bersumpah pada 8 Agustus untuk melepaskan
"api dan kemarahan" terhadap Korut jika mengancam AS, keduanya menulis
sebuah komentar di Wall Street Journal untuk meyakinkan Pyongyang bahwa
AS tidak memiliki kepentingan dalam perubahan rezim atau percepatan
reunifikasi Korea.
Korut lantas mengancam akan menembakkan empat
rudal ke laut dekat Guam, yang merupakan lokasi kehadiran militer AS,
setelah pernyataan "api dan amarah" Trump.
Sebelumnya, Presiden
AS Donald Trump mengatakan dialog bukanlah jawaban atas kebuntuan
ketegangan dengan Korut. Pernyataan ini dilontarkan Trump sehari setelah
Korut melakukan uji coba rudal yang melintasi daratan Jepang.
"AS.
telah berbicara dengan Korut, dan membayar uang pemerasan tersebut,
selama 25 tahun. Berbicara bukanlah jawaban untuk Korut!," tulis Trump
di akun Twitternya.
Pernyataan Trump mengenai pembayaran ke Korut tampaknya mengacu pada bantuan AS sebelumnya ke negara tersebut.
Presiden
AS Donald Trump menutup pintu dialog dengan Korut pasca negara itu
kembali meluncurkan rudal. Foto/Ilustrasi/SINDOnews/Ian
WASHINGTON
- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan dialog
bukanlah jawaban atas kebuntuan ketegangan dengan Korea Utara (Korut).
Pernyataan ini dilontarkan Trump sehari setelah Korut melakukan uji coba
rudal yang melintasi daratan Jepang.
"AS telah berbicara dengan
Korut, dan membayar uang pemerasan tersebut, selama 25 tahun. Berbicara
bukan jawaban untuk Korut!," cuit Trump dalam akun Twitternya seperti
dikutip dari Reuters, Kamis (31/8/2017).
Pernyataan Trump mengenai "pemerasan" ke Korut tampaknya mengacu pada bantuan AS sebelumnya ke negara tersebut.
Sebuah
laporan Badan Riset Kongres AS antara tahun 1995 sampai 2008, AS
memberikan bantuan lebih dari USD1,3 miliar kepada Korut. Sedikitnya
lebih dari 50 persen untuk makanan dan sekitar 40 persen untuk bantuan
energi. Bantuan tersebut merupakan bagian dari kesepakatan nuklir yang
kemudian dilanggar Korut.
Sejak awal 2009, AS hampir tidak
menyediakan bantuan ke Korut, meskipun secara berkala telah ada diskusi
tentang melanjutkan bantuan pangan berskala besar.
Sebelumnya,
Trump mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa semua opsi telah ada di
atas meja. Trump telah bersumpah untuk tidak membiarkan Korut
mengembangkan rudal nuklir yang bisa menyerang daratan AS.
Tweet
terbaru Trump ini lebih mengejutkan daripada ucapannya pada minggu lalu.
"Saya menghargai kenyataan bahwa ia mulai menghormati kami dan mungkin
sesuatu yang positif bisa terjadi," cuitnya kala itu merujuk pada
pemimpin Korut Kim Jong-un.
Rusia
menegaskan, solusi militer untuk menyelesaikan masalah di Semenanjung
Korea adalah sesuatu yang tidak dapat diterima. Foto/Istimewa
MOSKOW
- Rusia menegaskan, solusi militer untuk menyelesaikan masalah di
Semenanjung Korea adalah sesuatu yang tidak dapat diterima. Moskow
menyatakan, dialog adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah
yang ada.
"Tidak ada solusi militer untuk masalah di Semenanjung
Korea. Kami percaya bahwa semua resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB
mengenai Korut harus menegaskan kondisi ini," kata Duta Besar Rusia
untuk PBB, Vasily Nebenzya, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (30/8).
"Normalisasi
situasi di Semenanjung Korea memerlukan pendekatan, baik untuk
menghentikan uji coba nuklir, dan rudal Korea Utara dan penghentian
latihan militer Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel),
termasuk sistem THAAD, dan mengurangi manuver militer," sambungnya.
Diplomat
tersebut mencatat bahwa gagasan Rusia dan China yang telah diwakili
dalam berbagai format dapat menjadi peta jalan untuk penyelesaian krisis
yang sedang berlangsung. Dia menuturkan, alat politik harus digunakan
untuk mengatur situasi di Semenanjung Korea.
"Negara-negara
anggota PBB seharusnya tidak mencoba untuk menjatuhkan sanksi sepihak
terhadap Korea Utara dalam upaya untuk mengatasi krisis tersebut. Kami
juga harus mencegah sanksi tambahan unilateral yang dikenakan oleh Dewan
Keamanan PBB itu sendiri," ucapnya.
Dia kemudian mengatakan,
Pyongyang harus menghentikan program yang dilarang dan kembali ke rezim
non-proliferasi NPT, dan pengamanan IAEA, dan bergabung dengan konvensi
senjata kimia tersebut.
Perang
ini, meskipun tanpa melibatkan senjata nuklir, bukan hanya akan
menghancurkan Korut, tapi juga Korsel dan negara-negara lain.
Foto/Reuters
MOSKOW - Professor
Georgy Toloraya, seorang diplomat, sekaligus pengamat situasi di Asia,
menuturkan perang dengan Korea Utara (Korut) akan membuat Korea Selatan
(Korsel) rata dengan tanah.
Toloroya mengatakan, jika
Korut melakukan serangan ke Korsel, maka dipastikan Amerika Serikat (AS)
akan langsung bergerak. Perang ini, meskipun tanpa melibatkan senjata
nuklir, bukan hanya akan menghancurkan Korut, tapi juga Korsel dan
negara-negara lain.
"Semua orang sangat mengerti dengan baik,
bahwa untuk Korut, jika melakukan serangan agresif, sebuah konflik
militer akan berarti kehancuran yang lengkap dan segera, karena tidak
ada yang bisa menyangkal kekuatan militer AS," kata Toloraya, seperti
dilansir Russia Today pada Rabu (30/8).
"Namun, bagi AS, upaya
untuk memecahkan masalah ini secara militer, juga melakukan serangan
balasan terhadap Korut, akan mengubah Korsel menjadi padang pasir. Korut
bahkan tidak memerlukan senjata nuklir untuk itu," sambungnya.
Toloroya
menuturkan, salah satu alasan Korut tidak perlu menggunakan nuklir
untuk bisa menghancurkan Korsel adalah karena Korsel memiliki banyak
situs nuklir. Dia menyebut ada 30 fasilitas nuklir Korsel yang berada di
dekat dengan perbatasan dengan Korut, yang jika terkena rudal akan
berdampak sangat buruk bagi warga Korsel.
Selain Korsel, Tolorya
menyatakan, Jepang juga akan menderita kerusakan, begitu pula pangkalan
militer AS yang di Jepang, jika perang tersebut akhirnya terjadi.
"Diplomasi
dan negosiasi adalah satu-satunya jalan keluar dari krisis. Semua jenis
tekanan telah dicoba selama bertahun-tahun, termasuk sanksi. Tapi tidak
ada yang menyebabkan perubahan posisi Korut," ungkapnya.
Dia
menambahkan, perang di Semenanjung Korea mungkin terjadi secara tidak
sengaja. Dia mengatakan, salah satu memiliki kemungkinan akan melakukan
kesalahan kecil, yang dapat memicu perang.
"Masalahnya, perang
paling berdarah kadang dimulai secara tidak sengaja, atau karena
kesalahan, ini telah terjadi dalam sejarah. Semakin tinggi tingkat
persenjataan dan semakin panas ketegangan di Semenanjung Korea, semakin
besar kemungkinan terjadinya kejadian kesalahan," tukasnya.
Jet
fighter jenis F-15C Eagle milik AS dikerahkan untuk misi pengamanan
udara NATO di Baltik diparkir di lapangan udara militer di Siauliai,
Lithuania. Foto/Reuters/Ints Kalnins
VILNIUS
- Amerika Serikat (AS) telah mengirim pesawat tempur tambahan untuk
memperkuat pengawasan langit anggota NATO, Lithuania, Latvia dan
Estonia. Hal ini dilakukan seiring latihan militer besar-besaran yang
dilakukan Rusia di wilayah Baltik pada bulan depan.
Tujuh jet
fighter jenis F-15C AS mendarat di lapangan terbang Siauliai, Lithuania,
pada minggu ini. Mereka akan berpatroli di negara-negara Baltik. Jumlah
ini tiga kali lebih banyak daripada yang biasa digunakan sejak misi
pengawasan NATO ditingkatkan pasca krisis Crimea pada 2014 lalu.
Tiga negara Baltik tidak mengoperasikan pesawat tempur mereka sendiri dan bergantung pada sekutu NATO mereka untuk patroli.
"Kami
memperkuat misi polisi udara selama periode Zapad. Dan kami juga senang
memiliki tambahan pasukan darat di sini," kata Wakil Menteri Pertahanan
Lithuania Vytautas Umbrasas, merujuk pada 600 tentara udara AS yang
ditempatkan di negara-negara Baltik selama latihan militer Zapad.
"Ini sangat membantu dalam situasi seperti ini," katanya seperti dilansir dari Reuters, Rabu (30/8/2017).
Komandan
tertinggi Angkatan Udara AS di Eropa, Tod Wolters mengatakan, jumlah
pesawat tempur telah meningkat karena "kesempatan pelatihan" di
Lithuania, tanpa menyebutkan Rusia selama konferensi pers di Siauliai.
"Misi
polisi udara akan tetap seperti dulu. Dan tujuan misi polisi udara
adalah melindungi langit berdaulat dari tiga negara Baltik," kata
Wolters.
Rusia akan melakukan latihan Zapad 17 pada 14-20 September mendatang di Belarus, Rusia barat dan eksklusi Rusia di Kaliningrad.
Moskow
mengatakan hampir 13.000 tentara Rusia dan Belarusia akan ambil bagian
pada latihan perang Zapad 17. Selain itu sekitar 70 pesawat dan
helikopter serta 700 buah perangkat keras militer termasuk tank,
artileri dan sistem roket juga turut serta dalam latihan itu.
Sementara
di waktu bersamaan, AS juga melakukan tiga latihan di Swedia, Polandia
dan Ukraina, dan sebuah brigade lapis baja AS telah ditempatkan di
Eropa.
Bersitegang dengan Barat, Rusia Gelar Latihan Militer Besar-besaran
Rusia gelar latihan militer terbesar di tengah ketegangan dengan Barat. Foto/Ilustrasi/Istimewa
MOSKOW
- Rusia sedang mempersiapkan diri untuk menyusun salah satu latihan
militer terbesarnya sejak perang dingin. Latihan yang menunjukkan
kekuatan Moskow ini akan diawasi dengan hati-hati oleh NATO ditengah
ketegangan Timur dan Barat.
Pejabat dan analis Barat
memperkirakan hingga 100 ribu personil militer dan dukungan logistik
dapat berpartisipasi dalam latihan Zapad 17. Latihan ini akan
berlangsung bulan depan di Belarus, Kaliningrad dan Rusia sendiri.
Moskow menempatkan angka tersebut secara signifikan lebih rendah seperti
dikutip dari The Guardian, Kamis (24/8/2017).
Latihan
yang akan diselenggarakan dari 14-20 September ini, dilakukan ditegah
ketegangan antara Rusia dengan AS. Kongres AS baru-baru ini
memberlakukan babak baru sanksi atas Moskow dalam menanggapi tuduhan
campur tangan dalam pemilihan 2016 AS.
Gelombang pertama dari
pasukan Rusia dijadwalkan tiba di Belarus pada pertengahan Agustus.
Zapad 17 adalah latihan rutin yang diadakan setiap empat. Latihan ini
telah direncanakan sejak lama dan bukan reaksi terhadap sanksi terbaru.
Angkatan
bersenjata Rusia telah mengalami modernisasi yang cepat selama dekade
terakhir dan Zapad 17 memberi mereka kesempatan untuk berlatih secara
massal.
Moskow menyalahkan ketegangan barat-Timur yang berkembang
pada perluasan pasukan NATO ke timur. Dalam beberapa tahun terakhir,
penyebaran lebih banyak pasukan NATO di negara-negara yang berbatasan
dengan Rusia. NATO mengatakan bahwa peningkatan penerapan tersebut
merupakan tanggapan terhadap aneksasi Rusia terhadap Krimea pada tahun
2013.
Rusia belum mengatakan berapa banyak tentara yang akan
berpartisipasi dalam Zapad 17. Namun Duta Besar Rusia untuk NATO,
Aleksander Grushko, mengatakan bahwa tidak ada manuver yang melibatkan
lebih dari 13.000 tentara. Jumlah itu merupakan batas di mana Rusia - di
bawah sebuah kesepakatan internasional - berkewajiban untuk mengizinkan
militer dari negara lain melakukan pemantauan terhadap latihan
tersebut.
Rusia dapat, secara teoritis, membagi latihan menjadi
bagian-bagian yang terpisah agar tetap berada di bawah batas 13.000.
Analis Barat mengatakan bahwa latihan terakhir Zapad pada tahun 2013
melibatkan sekitar 70.000 personil militer dan pendukung, walaupun Rusia
menginformasikan kepada NATO bahwa latihannya tidak akan melebihi
13.000.
Igor Sutyagin, penulis Russia’s New Ground Forces, yang
akan diumumkan secara resmi pada 20 September, mengatakan: "Sayangnya,
Anda tidak dapat mempercayai apa yang dikatakan orang Rusia."
"Seratus ribu mungkin dibesar-besarkan tapi 18.000 benar-benar realistis," sambungnya.
Dia
tidak membayangkan sebuah serangan terhadap negara-negara Baltik,
mengingat mereka adalah anggota NATO. "Nah, ada cara mudah untuk bunuh
diri," katanya.
Tapi Putin adalah master yang melakukan hal yang tak terduga, katanya,
dan Rusia dapat mengambil tindakan di tempat lain, seperti mengambil
lebih banyak lahan di Georgia.
Menambah pasukan yang sudah ada di
Belarus dan daerah kantong Rusia Kaliningrad serta tentara yang tiba di
udara, ini mungkin merupakan latihan Rusia terbesar sejak 1991.
Sakhalin,
peta terbesar di Rusia hilang dari peta online saat rudal Korea Utara
melesatkan rudal yang melintasi wilayah udara Hokkaido, Jepang, Selasa
(29/8/2017). Foto/Yandex Maps
MOSKOW
- Pulau terbesar di Rusia, Sakhalin, secara misterius menghilang pada
saat yang sama ketika Korea Utara (Korut) melesatkan peluru kendali
(rudal) yang menerobos wilayah udara Jepang. Namun, tidak ada alarm saat
pulau tersebut lenyap dari layanan pemetaan online.
Yandex yang sering disebut sebagai Google-nya Rusia juga tidak memunculkan lokasi Shakhalin dari peta online.
Pulau yang luasnya mencapai 76.400 kilometer persegi ini berlokasi di
sebelah utara pulau Hokkaido, Jepang, pulau yang dilewati rudal
Pyongyang sebelum jatuh ke perairan Jepang di Laut Pasifik pada hari
Selasa.
Pengguna internet tidak dapat menemukan pulau itu di desktop atau platform selulernya saat skala diperbesar antara 180 dan 3.000 kilometer.
Namun, tak ada yang perlu dikhawatirkan, karena pulau Sakhalin masih berdiri. Yandex mengidentifikasi bahwa hilangnya pulau terbesar di Rusia dari peta online tersebut disebabkan oleh bug selama update harian.
”Hari ini selama update terakhir terjadi kegagalan teknis, akibatnya Sakhalin tidak tampil di beberapa skala,” kata pihak Yandex melalui seorang juru bicara. ”Kami telah mengoreksi ini, dan segera Sakhalin akan kembali ke versi layanan mobile dan web,” lanjut Yandex, seperti dilansir dari IB Times, Kamis (31/8/2017).
Sejak pernyataan tersebut dirilis, pulau Sakhalin kini telah kembali ke visibilitas penuh pada layanan peta.
Insiden
tersebut sempat memicu para pengguna media sosial berspekulasi atas
nasib pulau Sakhalin. Salah satu spekulasi yang ramai muncul adalah
pihak berwenang Rusia dengan sengaja ”mengacak” layanan GPS karena
alasan keamanan, namun spekulasi ini tidak terbukti.
Uji coba
rudal Korea Utara adalah yang pertama kali menerobos wilayah udara atau
langit Hokkaido, Jepang, memicu kecaman masyarakat internasional.
Beberapa negara, termasuk Indonesia meminta krisis rudal Pyongyang
didiskusikan di forum PBB.
Sekjen PBB Antonio Gutteres melakukan kunjungan ke Jalur Gaza untuk pertama kalinya. Foto/Istimewa
GAZA
- Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan bahwa ia
bermimpi untuk melihat Jalur Gaza menjadi bagian dari satu negara
Palestina yang berdaulat. Itu dikatakannya saat melakukan kunjungan ke
Jalur Gaza untuk pertama kali.
"Saya bermimpi melihat sebuah
negara Palestina hidup dalam situasi damai dan aman berdampingan dengan
Israel, dan saya bermimpi melihat Gaza sebagai bagian dari satu negara
Palestina yang berdaulat," kata Guterres dalam sebuah konferensi pers di
salah satu sekolah PBB di Gaza utara.
Guterres dan konvoi
kendaraan PBB memasuki Gaza melalui perbatasan Erez yang melintasi
antara ujung utara daerah kantong pantai yang diblokade dan Israel.
"Kami
meminta masyarakat internasional untuk memberikan bantuan kemanusiaan
yang dibutuhkan ke Jalur Gaza. Perpecahan internal Palestina
menghancurkan rakyat Palestina," ucapnya seperti dikutip dari Xinhua, Kamis (31/8/2017).
Guterres
menyerukan untuk menghapus semua hambatan untuk mendirikan negara
Palestina, dan menekankan pentingnya menyelesaikan krisis kemanusiaan di
Gaza.
"Tapi masalah Gaza tidak hanya kemanusiaan, juga politis," dia mengingatkan.
Sebelumnya,
puluhan warga Palestina, termasuk anggota keluarga dan kerabat tahanan
yang ditahan di penjara Israel, mencegat konvoi Sekjen PBB di Gaza
utara.
Ketika konvoi melewati sebuah pos pemeriksaan yang
dikendalikan Hamas, kerabat tahanan Palestina mencegatnya dan
berdemonstrasi sebelum konvoi tersebut melanjutkan perjalanan ke kota
Gaza.
Sementara
itu, Dewan Hubungan Luar Negeri Palestina menyatakan mengecam
ketidakpedulian Sekjen PBB atas penderitaan lebih daru 2 juta warga
Palestina yang tinggal di Gaza. Pernyataan dari dewan yang berbasis di
Gaza itu dikirimkan melalui surat elektrokik atau email.
"Ketidakpedulian ini melanggar prinsip dan tujuan paling sederhana dari Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata dewan tersebut.
"Kami meminta Sekretaris Jenderal PBB untuk melakukan kunjungan dan
melakukan tur nyata ke Gaza serta melihat penderitaan rakyat yang
mendalam," sambung pernyataan itu.
Sekjen PBB asal Portugal itu
tidak dijadwalkan untuk bertemu dengan pemimpin Hamas lainnya. Kelompok
pembebasan Hamas telah memerintah Gaza sejak gerakan mereka dengan keras
menguasai wilayah tersebut pada bulan Juni 2007.
Sehari
sebelumnya wakil ketua Dewan Legislatif Palestina atau parlemen, Ahmed
Bahar mengatakan, kunjungan Guterres ke Gaza tidak disukai. Pasalnya ia
menyatakan solidaritas terhadap sandera Israel dan mengabaikan ribuan
orang Palestina yang dipenjara di penjara-penjara Israel.
Namun
kemudian juru bicara Hamas di Gaza mengatakan, Fawzi Barhoum mengatakan,
kunjungan Guterres ke Gaza diterima, setelah kepala PBB melakukan
kunjungan ke keluarga tahanan Palestina selama turnya di Tepi Barat.
Guterres
juga bertemu dengan tiga keluarga pengungsi dari Jalur Gaza dan
mendengarkan mereka mengenai situasi di daerah kantong pantai.
"Dia harus membantu mengakhiri blokade Israel dan menyelamatkan situasi kemanusiaan yang memburuk," kata Barhoum.
Pejabat
lokal PBB mengatakan Guterres akan mengunjungi markas PBB di kota Gaza
dan mendapat pengarahan dari pejabat PBB mengenai situasi di Gaza.
Dia akan berkeliling Gaza dan bertemu dengan tokoh-tokoh Palestina dan pemimpin klan di daerah kantong.
Guterres
tiba di Israel pada hari Senin dan mengadakan pembicaraan dengan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Pada hari Selasa, dia
mengunjungi kota Ramallah di Tepi Barat dan mengadakan pembicaraan
dengan Perdana Menteri pemerintah konsensus Palestina Rami Hamdallah.
Aksi Protes Iringi Kunjungan Sekjen PBB ke Jalur Gaza
Sejumlah
anggota keluarga tahanan Palestina menggelar aksi demonstrasi ditengah
kunjungan Sekjen PBB Antonio Guterres ke Jalur Gaza. Foto/Istimewa
GAZA
- Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, tiba di Jalur Gaza dalam
kunjungan pertama kalinya ke Israel Palestina. Kedatangannya ke Jalur
Gaza dilakukan di tengah kemarahan keluarga tahanan Palestina
terhadapnya karena menolak bertemu.
Keluarga tahanan Palestina
menggelar aksi protes di persimpangan Beit Hanoun. Begitu Guterres tiba,
konvoinya dihalangi massa demonstran dan mereka mengutuk penolakannya
untuk bertemu mereka.
Orang-orang Palestina telah melakukan
demonstrasi di persimpangan Beit Lahiya di bagian utara Jalur Gaza, dan
juga di pintu masuk Sekolah Dasar Aleppo UNRWA, tempat Guterres
menyelenggarakan konferensi persnya.
Mereka membawa sejumlah
poster yang menyatakan tuntutan mereka, seperti hak mereka untuk
mendirikan sebuah negara bagian, pendidikan, perawatan kesehatan. Mereka
juga menuntut untuk mencegah pendudukan Israel melakukan tindakan
eskalasi terhadap Gaza, dan menuntut untuk mengangkat pengepungan
tersebut.
Sekjen PBB tersebut menekankan perlunya meluncurkan
proses politik yang kredibel untuk menerapkan solusi dua negara
tersebut, menghapus semua hambatan di lapangan, mematuhi resolusi PBB,
dan tidak mengambil tindakan yang menghancurkan kepercayaan antara
Palestina dan Israel.
Dalam konferensi persnya, Guterres
mengatakan bahwa tindakan harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi
kehidupan orang-orang Palestina. Ia memandang penting untuk mengakhiri
blokade. Ia juga menganggap penting untuk menghindari penumpukan militan
yang bisa melemahkan kepercayaan antara kedua belah pihak.
"Saya
meminta persatuan, sejalan dengan prinsip-prinsip Organisasi Pembebasan
Palestina. Perpecahan hanya merusak rakyat Palestina," katanya seperti
dinukil dari Middle East Monitor, Rabu (30/8/2017).
"Saya
mempunyai impian. Sebuah mimpi untuk suatu hari melihat tanah suci itu
dengan dua negara - Israel dan Palestina - hidup dalam kedamaian dan
keamanan bersama," tukasnya.