Senin, 07 Maret 2016

Indonesia Latih 353 Polisi Afghanistan


Indonesia Latih 353 Polisi Afghanistan  
Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi, dengan Menteri Luar Negeri Afghanistan, Salahuddin Rabbani, di sela-sela KTT Luar Biasa ke-5 OKI mengenai Palestina dan Al-Quds Al-Sharif, di Jakarta, Minggu (6/3). (CNN Indonesia/ Hanna Azarya Samosir)
 
Jakarta, CB -- Selama empat tahun terakhir menjalankan program kerja sama, Indonesia telah melatih 353 polisi Afghanistan. Ke depan, kedua negara juga akan menguatkan kerja sama di bidang pendidikan.

"Dalam kerja sama teknis selama empat tahun belakangan, ada 44 program pelatihan yang diikuti oleh 353 partisipan kepolisian, ada pula pelatihan untuk para diplomat," ujar Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi, setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Afghanistan, Salahuddin Rabbani, di sela-sela KTT Luar Biasa ke-5 OKI mengenai Palestina dan Al-Quds Al-Sharif, di Jakarta, Minggu (6/3).

Dalam pertemuan tersebut, Retno dan Rabbani kembali menyatakan komitmen tersebut dengan menandatangani nota kesepahaman mengenai Pelatihan Diplomatik dan Kerja Sama Pendidikan.

Masih di ranah pendidikan, Retno juga menyebut bahwa kini Indonesia sedang membangun Indonesian Islamic Center di Kabul, Afghanistan.

"Ini merupakan salah satu simbol persahabatan dan demi menyebarkan Islam yang rahmatan lil alamin," ucap Retno.

Rabbani berharap, pembangunan pusat kajian Islam Indonesia di negaranya dapat mendukung perdamaian di negaranya.

Selain itu, Retno juga mengundang Afghanistan untuk hadir dalam pertemuan Bali Process yang berfokus pada penanganan masalah imigran.

"Kedua negara mengalami masalah yang serupa sehingga kami mengundang Afghanistan untuk turut hadir.

Tak kalah penting, kedua negara juga menyatakan dukungannya terhadap kemerdekaan Palestina dari Israel.

Keseluruhan KTT LB OKI ini memang menitikberatkan pada masalah pembebasan Palestina dari Israel. Kini, para pejabat tinggi negara sedang mengadakan pembahasan mengenai pokok pikiran yang akan dituangkan dalam dua dokumen hasil dari KTT LB OKI ini.

Hasil pembahasan dari para pejabat tinggi akan dibawa ke meja diskusi tingkat menteri pada siang hari ini. Semua hasil pembahasan itu akhirnya akan disempurnakan dan dituangkan dalam dua dokumen yang dibicarakan oleh para pemimpin negara pada Seni (7/3).

KTT Luar Biasa OKI di Jakarta akan menghasilkan dua dokumen soal Palestina, yaitu resolusi dan deklarasi. Dokumen resolusi akan berisi konfirmasi kembali negara-negara OKI dengan fokus Palestina dan Yerusalem, yang menjadi lokasi Masjid al-Aqsa.

Sementara dokumen deklarasi akan akan lebih padat dan singkat, berisi langkah konkret ke depan untuk menindaklanjuti hal-hal yang disepakati negara-negara OKI terkait Palestina dan Yerusalem.




Credit  CNN Indonesia


OKI dan Cita-cita Kemerdekaan Palestina


OKI dan Cita-cita Kemerdekaan Palestina  
OKI selama ini dianggap tak mampu membantu mewujudkan kemerdekaan Palestina. (Paula Bronstein /Getty Images)
 
Jakarta, CB -- Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) soal Palestina berlangsung di Jakarta mulai hari ini, Minggu (6/3) hingga Senin besok.

KTT Luar Biasa OKI di Jakarta kali ini dilatarbelakangi oleh adanya keinginan Palestina agar persoalan di negara tersebut dibahas khusus dalam sebuah pertemuan luar biasa OKI. Usulan tersebut mendapatkan respon oleh negara-negara anggota OKI, dan Palestina secara khusus meminta Indonesia agar menjadi tuan rumah pertemuan tersebut.

Menilik ke belakang, OKI dibentuk pada 1969, setelah para pemimpin negara Islam mengadakan konferensi di Rabat, Maroko. Pembentukan OKI ditujukan untuk meningkatkan solidaritas Islam di antara negara anggota, mengoordinasikan kerja sama, mendukung perdamaian dan keamanan internasional, serta melindungi tempat suci Islam dan membantu perjuangan pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.

Pertemuan di Rabat ketika itu, memang terjadi setelah Israel membakar satu bagian dari masjid Al-Aqsa pada 21 Agustus 1969.

Ini membuat OKI di masa awal menaruh perhatian besar pada masalah politik, terutama masalah Palestina. Namun dalam perjalanannya, organisasi ini menjadi wadah kerja sama di berbagai bidang baik politik, ekonomi, sosial, buday a, dan ilmu pengetahuan antarnegara Muslim di seluruh dunia.

Sebanyak 57 negara tergabung di dalam OKI, baik yang merupakan negara Islam maupun negara dengan populasi Muslim besar, seperti Indonesia.

Bela Palestina hanya tataran wacana

Dari negara yang tergabung didalamnya, OKI merepresentasikan 1,4 miliar orang, berdasar pada data 2008. Namun jumlah yang besar ini belum mampu membuat OKI berbuat untuk mewujudkan cita-cita awal pembentukannya, yakni untuk memerdekakan Palestina.

“KTT OKI sangat kuat membela kemerdekaan dan kedaulatan Palestina, tetapi hanya pada tataran wacana,” ujar pengamat Timur Tengah, Zuhairi Misrawi dari Middle East Institute, ketika dihubungi CNN Indonesia pada Kamis (3/3).

Zuhairi menyatakan bahwa hasil konferensi tak akan bisa memuluskan kemerdekaan Palestina karena “yang menentukan kemerdekaan Palestina adalah Amerika Serikat.”

“Oleh karena itu, KTT OKI yang akan datang, solusinya adalah melakukan lobi secara serius kepada AS untuk menyetujui kemerdekaan Palestina,” lanjutnya.

Selama ini, kekuatan OKI belum mampu meyakinkan AS dan negara sekutunya untuk menyetujui kemerdekaan Palestina. Padahal, AS memegang veto di Dewan Keamanan PBB, dan sejauh ini kerap membela kepentingan Israel.

“Kalau [lobi] tidak dilakukan, maka kemerdekaan Palestina hanya akan menjadi isu politis yang tidak akan menjadi kemerdekaan,” ujar Zuhairi.

Pendapat senada juga diutarakan oleh Fahmi Salsabila, pengamat Timur Tengah dari lembaga Indonesian Society for Middle East Studies (IMES), yang menilai KTT Luar Biasa OKI di Jakarta hanya merupakan pernyataan sikap negara-negara Muslim.

"KTT OKI di Jakarta menjadi bukti dukungan negara-negara Islam yang tergabung dengan OKI. Memang sejak didirikan pada 1969, tujuan memerdekaan Palestina dan mengembalikan hak-hak kemerdekaan dari negara Palestina, belum tercapai," ujar Fahmi ketika dihubungi pada Kamis.

Fahmi menyatakan penyelenggaraan KTT OKI di Jakarta juga sejalan dengan upaya Presiden Jokowi untuk membawa masalah kedaulatan Palestina ke sejumlah konferensi internasional, seperti KTT AS-ASEAN bulan lalu dan Konferensi Asia-Afrika tahun lalu.

Fahmi juga menyinggung bahwa dua dokumen yang akan dihasilkan oleh KTT OKI di Jakarta, yakni resolusi dan deklarasi, tidak mengikat secara hukum.  Sehingga, jika resolusi dan deklarasi tidak dilaksanakan maka tidak ada sanksi hukum apapun.

Fahmi menyatakan bahwa kunci untuk memuluskan jalan kemerdekaan di Palestina berada di PBB. "Kuncinya ada di PBB. Sayangnya, PBB hingga kini masih ompong. Rohnya masih roh perang dunia, sehingga [mengadopsi] hak veto di situ," ujar Fahmi.

Dengan hak veto, lanjut Fahmi, Amerika Serikat dan sejumlah negara besar lainnya pemegang hak veto dapat mementahkan berbagai kepentingan Palestina dan memihak Israel.

Meski demikian, Fahmi menilai KTT OKI kali ini akan menunjukkan bahwa meski dihalangi kekuatan yang sangat susah dilawan, negara-negara Islam tidak tinggal diam. Harapannya, ini dapat membuat kemajuan di PBB.

Dua kaki
Fahmi juga menyinggung bahwa Indonesia dapat memainkan peran yang signifikan dalam upaya mendukung kedaulatan Palestina. Indonesia, lanjutnya, memiliki reputasi baik sebagai salah satu negara moderat dengan penduduk Muslim terbesar dunia.

Fahmi menilai bahwa jika Indonesia ingin mendukung solusi dua negara, yakni Palestina dan Israel, Indonesia seharusnya melakukan langkah diplomatis dua kaki. Fahmi menjabarkan bahwa Indonesia seharusnya tidak hanya membuka konsul kehormatan di Ramallah, tetapi juga membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

"Walaupun Indonesia ingin membuka konsul kehormatan di Ramallah, pendekatan dua kaki akan lebih mudah, dengan cara membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Karena ini masalah dua arah, bukan satu arah. Dan selama ini Israel menganggap Indonesia bukan kawan," tuturnya.

Meski demikian, Fahmi mengakui bahwa pendekatan semacam itu akan menimbulkan polemik di dalam negeri. Sehingga menurutnya terdapat sejumlah alternatif lain untuk memberikan pendekatan ke Israel.

"Mungkin melalui mediasi, atau menjalin kontak yang intens," ujarnya.



Credit  CNN Indonesia




Jumat, 04 Maret 2016

RI Pastikan Solusi yang Adil dari Hasil KTT OKI

Karena hasilkan dua dokumen, bukan sekadar seremoni.

RI Pastikan Solusi yang Adil dari Hasil KTT OKI
Hasan Kleib (kiri) dan Arrmanatha Nassir (VIVA.co.id/Rebecca Reiffi Georgina)
CB - Direktur Jenderal Multilateral Kemlu, Hasan Kleib, mengungkapkan, hasil yang akan dicapai pada KTT Luar Biasa OKI yang kelima nanti akan merupakan sebuah solusi yang adil. Tema dalam konferensi ini adalah "United for Adjust Solution".

"Solusi yang dicapai nanti akan menjadi solusi yang adil, karena selama ini sudah banyak perjanjian yang dinilai masih memiliki unsur ketidakadilan dari sisi Palestina. Jadi, kali ini kami memastikan solusi dari hasil KTT nanti harus adil menyeluruh," kata Hasan, di Gedung Kemlu RI, Jakarta, Jumat, 4 Maret 2016.

KTT Luar Biasa OKI akan menghasilkan dua dokumen, yakni resolusi dan deklarasi. Dalam hal ini, Indonesia sudah menerima beberapa masukan dari beberapa negara mengenai draf resolusi terkait pandangan anggota OKI.

Isi dari resolusi, lanjut Hasan, adalah pernyataan dan posisi negara anggota OKI terhadap Palestina. Sementara itu, deklarasi lebih ke langkah konkret. Hasan juga menegaskan, untuk pertama kalinya, Indonesia ingin melihat KTT ini sebagai suatu proses bukan seremoni belaka.

"Indonesia sudah memastikan ke Palestina bahwa akan ada langkah tindak lanjut mengenai apa yang akan dilakukan setelah KTT ini. Draf resolusi akan dibawa pada hari pertama (Minggu) untuk dibahas pada tingkatan menteri, dikaji lalu disepakati dalam KTT," paparnya.



Credit  VIVA.co.id


China Pastikan Anggaran Militernya Naik Tujuh Persen

Hadapi sengketa wilayah dan reformasi struktural.

China Pastikan Anggaran Militernya Naik Tujuh Persen
Parade militer China di Lapangan Merah, Beijing (REUTERS)
CB - Juru Bicara Parlemen China, Fu Ying, mengatakan bahwa anggaran pertahanan negeri Tirai Bambu pada tahun ini akan meningkat sekitar tujuh hingga delapan persen dibandingkan dengan tahun lalu (year on year/yoy).

"Untuk angka sebenarnya akan dirilis hari Sabtu, saat Kongres Nasional Rakyat China dalam sesi laporan rancangan anggaran tahunan," kata Ying, mengutip situs Reuters, Jumat, 4 Maret 2016.

Tahun lalu, anggaran pertahanan China meningkat 10 persen menjadi 887 miliar yuan (US$135,4 miliar). "Itu tingkat pertumbuhan paling lambat dalam lima tahun," tutur Ying.

Pada 2014, anggaran pertahanan China tumbuh 12,2 persen, atau sebesar US$132 miliar dan berada di urutan kedua setelah Amerika Serikat. Saat ini, China sedang dihadapkan masalah sengketa di wilayah Laut China Selatan (LCS).

Sejumlah pengamat memprediksi bahwa anggaran pertahanan China tahun ini bakal meningkat tajam. Hal itu sejalan dengan kebijakan reformasi militer struktural dan ketegangan di pulau sengketa.

Pengamat militer, Ni Lexiong, mengatakan, kemungkinan besar anggaran pertahanannya naik bakal disetujui mengingat Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sedang menjalani kebijakan reformasi struktural untuk meningkatkan kemampuan tempur dalam menghadapi "situasi yang rumit" seiring meningkatnya tekanan.


Credit  VIVA.co.id


Jepang Tangguhkan Pembangunan Pangkalan Militer AS

Mengakomodir protes penolakan pemerintah daerah Okinawa.

Jepang Tangguhkan Pembangunan Pangkalan Militer AS
Penolakan warga Jepang bangun pangkalan militer AS (Reuters/Issei Kato/Files) 
 
 
CB - Pemerintah Jepang akan menangguhkan sementara relokasi dan pekerjaan konstruksi pembangunan pangkalan militer milik Marinir Amerika Serikat di Teluk Henoko, Nago, Okinawa.

Seperti dikutip dari situs Reuters, Jumat, 4 Maret 2016, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, menyetujui penyelesaian sengketa pembangunan pangkalan militer dan menangguhkan segala aktivitas pekerjaan di sana.

"Sikap pemerintah tetap pada keputusannya, merelokasi dari Pangkalan Futenma ke Henoko. Tapi, kami akan berdialog dengan pemerintah Okinawa dan menangguhkan pekerjaan konstruksi untuk mencapai solusi damai," kata Abe.

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah Okinawa telah berselisih mengenai relokasi pasukan Marinir AS dari sebelumnya di Pangkalan Udara Futenma. Pada April 2016, Gubernur Okinawa, Takeshi Onaga, dan Abe akan bertemu guna membahas keberlanjutan pembangunan pangkalan militer tersebut di Tokyo.

Tujuan Pemerintah Jepang memindahkan pangkalan karena Henoko adalah wilayah yang kurang padat penduduknya.






Credit  VIVA.co.id










Jet Tempur RI Buatan 'Sendiri' Mengangkasa 9 Tahun Lagi


Foto: Dok. PT Dirgantara Indonesia
 
“Tak banyak negara yang bisa membuat pesawat, dan tak lebih dari 10 negara yang bisa membuat pesawat tempur.”

Ucapan itu keluar dari mulut Wakil Ketua Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Republik Indonesia, Eris Herryanto. Mantan penerbang TNI Angkatan Udara yang pernah menjabat Panglima Komando Pertahanan Udara Indonesia dan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan RI itu lantas menyebutkan nama sejumlah negara.

“Amerika Serikat, Brasil, konsorsium Eropa (Jerman, Inggris, Italia, Spanyol), Perancis, Rusia, Swedia, China –bekerja sama dengan Pakistan,” kata Eris saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Selasa (9/2).

“Jepang, sebentar lagi,” imbuh Eris. Baru 28 Januari lalu Negeri Sakura memamerkan perdana pesawat tempur siluman X-2 karya mereka sendiri yang diuji terbang bulan Februari dan diuji lanjutan pada Maret.

Kini Indonesia hendak masuk deretan negara elite pembuat pesawat tempur tersebut. Tak tanggung-tanggung, Indonesia bekerja sama dengan Korea Selatan akan menciptakan jet tempur generasi 4,5 dengan kemampuan hampir setara dengan pesawat tempur siluman (stealth fighter) generasi 5.

Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KF-X/IF-X) direncanakan bakal menandingi kehebatan Dassault Rafale produksi Perancis, Eurofighter Typhoon buatan konsorsium Eropa, F/A-18 Super Hornet dan F-16 Fighting Falcon asal AS, serta Sukhoi Su-30 buatan Rusia.

Jakarta dan Seoul menandatangani kontrak cost share agreement atau kesepakatan berbagi biaya untuk mewujudkan KF-X/IF-X yang ditargetkan mengudara sembilan tahun lagi.

Kolaborasi antarpemerintah kedua negara diperkuat dengan kerja sama konkret melalui skema business to business antara PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dengan Korea Aerospace Industries (KAI) yang menyertakan kesepakatan transfer teknologi.

“Mulai tahun ini sampai 2019, kami buat prototipe bersama Korea. Lalu akan kami uji terbang di Korea dan Indonesia karena kedua negara punya kondisi alam dan geografis yang berbeda. Tahun 2020 mulai produksi, tahun 2025 pesawat beroperasi,” kata Direktur Utama PTDI Budi Santoso di markas PTDI, Bandung, Jawa Barat.


Dalam pembuatan prototipe pesawat tempur multiperan itu, menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan Anne Kusmayati, PTDI akan membuat sayap, penguat di bagian bawah sayap, dan ekor.

Nantinya untuk tiap pesawat tempur K-FX/I-FX yang diproduksi, PTDI akan tetap membuat komponen-komponen tersebut. Itu sebabnya untuk menunjang penggarapan, PTDI membuat hanggar composing.

Untuk merealisasikan pesawat tempur idaman kedua negara, Indonesia menyumbang 20 persen pembiayaan, sedangkan 80 persen anggaran berasal dari Korea Selatan. Format international joint development ini dipilih untuk mengurangi risiko finansial maupun pengembangan proyek.

Pengerjaan jet tempur KF-X/IF-X akan dipusatkan di Sacheon, Provinsi Gyeongsang Selatan, Korea Selatan –kota yang menjadi lokasi markas dan pabrik utama Korea Aerospace Industries.

Sebanyak 200 insinyur Indonesia secara bertahap berangkat ke Sacheon selama satu-dua tahun ini. Mula-mula mereka akan merancang desain pesawat. Para insinyur itu juga akan ikut mendesain seluruh komponen pesawat.

Dari total pekerja kedua negara yang terlibat pembuatan KF-X/IF-X, 30 persen lebih berasal dari Indonesia dan mayoritas sisanya dari Korea Selatan. Ini pula alasan pembuatan pesawat dipusatkan di Sacheon, bukan di Indonesia.

Proporsi 30 persen lebih insinyur Indonesia yang terlibat pengerjaan KF-X/IF-X itu sesungguhnya bertambah dari jumlah semula sebanyak 20 persen. Penambahan pekerja Indonesia itu terjadi seiring berjalannya waktu penggarapan.

“Itu menandakan insinyur Indonesia diperhitungkan Korea. Bahkan ada paket pekerjaan yang satu teknologinya hanya dimiliki orang Indonesia. Dia doktor dari ITB (Institut Teknologi Bandung), satu-satunya yang memiliki kemampuan inlight design. Jadi Korea tak memandang enteng Indonesia,” kata Anne.

Harus berhasil

Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan sama-sama bertekad menyukseskan program pembuatan jet tempur KF-X/IF-X ini. Masing-masing negara punya kepentingan atas proyek yang diinisasi oleh Korea Selatan itu.

“Indonesia memang harus buat pesawat tempur karena Indonesia ini negara besar, nomor tiga terbesar di dunia dengan daratan dan lautan begitu luasnya. Tentu harus punya kemampuan laut dan udara yang andal. Harus,” kata Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu saat menghadiri penandatanganan kontrak kerja sama Indonesia-Korea Selatan di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, 7 Januari.

“Kalau tak dimulai dari sekarang, kapan lagi Indonesia bisa membuat (pesawat tempur). Kalau membeli, semua bisa. Kalau membuat kan tidak semua bisa,” ujar Ryamizard yang bulan Maret dijadwalkan ke Rusia untuk menandatangani kontrak pembelian Sukhoi Su-35 sebagai bagian dari modernisasi armada Angkatan Udara RI.

Ryamizard menargetkan memiliki sedikitnya dua skuadron KF-X/IF-X untuk memenuhi kebutuhan TNI AU. Satu skuadron bisa terdiri dari 12 sampai 24 pesawat. Total sekitar 50 unit pesawat yang diincar Indonesia.

“Pesawat kesatu dan kedua dibuat di Korea Selatan. Selanjutnya pembuatan pesawat ketiga akan dilakukan di Indonesia, dengan pengerjaan melibatkan 80 persen orang Indonesia,” kata Ryamizard.

Miniatur pesawat tempur KF-X/IF-X yang sedang dikembangkan Korea Selatan dan Indonesia. (CNN Indonesia/Prima Gumilang)
Korea Selatan sebagai pihak yang menginisiasi proyek tersebut gembira dengan kerja sama antara negaranya dan Indonesia. Korsel pertama kali mengumumkan rencana mereka membuat pesawat tempur Maret 2001, saat Presiden Kim Dae-jung berpidato pada upacara kelulusan Akademi Angkatan Udara Korea.

“Ini titik awal kerja sama ilmuwan Indonesia dan Korea Selatan. Saya bertanggung jawab penuh dan optimistis proyek ini akan sukses,” kata Kepala Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korea Selatan, Chang Myoung-jin.

Demi keberhasilan KF-X/IF-X, Korea Selatan mengeluarkan anggaran tak sedikit, bahkan termasuk yang terbesar sepanjang sejarah Negeri Ginseng.

“Proyek ini menghabiskan biaya paling besar. Kami tak membatasi kapasitas kami demi kesuksesan KF-X/IF-X,” ujar Chang.

Dana yang digelontorkan Indonesia untuk KF-X/IF-X, Rp18 triliun atau setara 1,65 triliun Won (US$1,3 miliar), ialah 20 persen dari total anggaran 8,6 triliun Won untuk pembuatan prototipe pesawat.

Sama seperti Korea Selatan, Indonesia rela merogoh kocek untuk mengegolkan KF-X/IF-X. Mengambil alokasi anggaran Kementerian Pertahanan, Indonesia menyuntikkan 20 persen dana dari total biaya yang dibutuhkan untuk tiap tahap pembuatan KF-X/IF-X.

“Untuk tahap EMD (engineering manufacturing development) saat ini dibutuhkan sedikitnya 8,3 triliun Won,” kata Anne.



Kerja sama KF-X/IF-X antara Korea Selatan dan Indonesia yang dimulai tahun 2009 pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Lee Myung-bak ini sesungguhnya sempat tertunda.


Proyek Jet Tempur KF-X/IF-X Sempat Tertunda
Kerja sama KF-X/IF-X antara Korea Selatan dan Indonesia yang dimulai tahun 2009 pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Lee Myung-bak sesungguhnya sempat tertunda.

Pada September 2015, Ryamizard menyatakan menunda kerja sama pembuatan KF-X/IF-X. Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dalam kunjungannya ke Korea Selatan juga mengatakan proyek KF-X/IF-X ditunda.

Kala itu Ryamizard berkata, KF-X/IF-X –yang sudah melewati tahap pengembangan teknologi oleh kedua negara, dengan Rp600 miliar telah dikucurkan Indonesia untuk kepentingan riset teknologi– bukan prioritas.

Ada tiga fase pembuatan KF-X/IF-X, yaitu pengembangan teknologi atau pengembangan konsep (technology development), pengembangan rekayasa manufaktur atau pengembangan prototipe (engineering manufacturing development), dan terakhir proses produksi massal.

Saat Ryamizard menyampaikan penundaan kerja sama itu, proyek KF-X/IF-X telah merampungkan fase pengembangan konsep dan hendak memasuki fase pengembangan rekayasa manufaktur.

Tak pelak pengumuman penundaan proyek KF-X/IF-X mengejutkan berbagai pihak, termasuk anggota Komisi Pertahanan DPR Tantowi Yahya. Ia menyayangkan terjadi penundaan sementara Indonesia telah menanamkan investasi untuk KF-X/IF-X.

Sebulan kemudian, Oktober 2015, Presiden Korea Selatan Park Geun-hye memerintahkan lembaga pengadaan pertahanan negaranya, Defence Acquisition Program Administration (DAPA), memastikan proyek pengembangan pesawat tempur mereka terlaksana sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan.

Yonhap News Agency, kantor berita Korea Selatan, ketika itu melaporkan proyek KF-X mengalami kemunduran karena pemerintah Amerika Serikat menolak untuk mentransfer empat dari 25 teknologi yang semula ditawarkan perusahaan raksasa pertahanan AS Lockheed Martin ke Korsel.

Penawaran Lockheed Martin itu merupakan bagian dari kesepakatan pembelian 40 unit jet tempur siluman F-35 Lightning II buatan perusahaan itu oleh Korea Selatan.
Korea Selatan memborong 40 unit pesawat siluman F-35 Ligthing, dan sebagai imbalannya mendapat janji transfer teknologi dari perusahaan pembuatnya, Lockheed Martin Amerika Serikat. (commons.wikimedia/United States Air Force)
Empat teknologi inti Lockheed Martin yang dilarang ditransfer oleh AS itu ialah radar pindai elektronik aktif, pelacak dan pencari inframerah, optik elektronik targeting pod, dan penghambat frekuensi radio (jammer).

Namun kendala transfer teknologi tersebut tak menyurutkan ambisi Korea Selatan mewujudkan pesawat tempur mereka. Penasihat Keamanan Nasional Korsel Kim Kwan-jin mengatakan Negeri Ginseng dapat mengembangkan sendiri keempat teknologi inti itu. DAPA pun berencana mencari bantuan teknis dari Israel, Inggris, dan Swedia untuk mengembangkan radar.

Maka meski sempat terhambat, Seoul dan Jakarta terus mencoba mempersiapkan rincian pengerjaan proyek menuju fase kedua KF-X/IF-X, yakni pengembangan rekayasa manufaktur atau pembuatan prototipe.

Terobosan terjadi Desember 2015. Korea Aerospace Industries menandatangani kontrak dengan DAPA, dan kesepakatan penting tercapai antara AS dan Korea Selatan. AS akhirnya mengizinkan transfer teknologi untuk proyek KF-X/IF-X meski detail final belum diputuskan.

Satu demi satu pemecahan masalah tersebut akhirnya berujung pada penandatanganan cost share agreement antara Indonesia dan Korea Selatan di Jakarta pada 7 Januari. Kontrak diteken oleh Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI Timbul Siahaan dan CEO Korea Aerospace Industries Ha Sung-yong.

Selain cost share agreement, perjanjian penugasan pekerjaan atau work assignment agreement ditandatangani antara CEO Korea Aerospace Industries Ha Sung-yong dan Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso.

Penandatanganan kesepakatan tersebut disaksikan oleh Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu dan Kepala Defence Acquisition Program Administration Korea Selatan Chang Myoung-jin.

KF-X/IF-X bukan proyek main-main. Kedua negara mengerahkan sumber daya dan pendanaan optimal. Ilmuwan-ilmuwan terbaik Indonesia dan Korea Selatan akan bekerja sama erat selama 10 tahun di bawah satu atap.

“Jika sudah rampung, pesawat-pesawat F-16 dan Sukhoi yang sekarang dimiliki Indonesia, nanti kalah semua oleh KF-X/IF-X,” ujar Eris.





















Credit  CNN Indonesia










Terjal Jalan Indonesia Wujudkan Pesawat Tempur Siluman



Ilustrasi. (ANTARA/Regina Safri)
 
Semua bermula dari Korea Selatan, negeri yang memendam konflik 'abadi' dengan saudaranya, Korea Utara.

“Sepuluh tahun dari sekarang, Korea Selatan akan menjadi satu dari produsen senjata dan kedirgantaraan dunia bersama Amerika Serikat, Rusia, dan China.”

Perkataan yang menggambarkan ambisi dan tekad Korea Selatan menggarap proyek pesawat tempur itu diucapkan oleh seorang pejabat lembaga pengadaan pertahanan Korsel, Defence Acquisition Program Administration (DAPA), pada 2014.

Niat Korea Selatan mengembangkan jet tempur kelas berat yang kini dikenal dengan sebutan Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KF-X/IF-X), diumumkan pertama kali Maret 2001 oleh Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung pada wisuda Akademi Angkatan Udara negeri itu.

Melalui proyek tersebut, Korea Selatan hendak menciptakan pesawat tempur multiperan canggih untuk menggantikan armada McDonell Douglas F-4 Phantom II dan Northrop F-5F Tiger II milik Angkatan Udara mereka yang kian usang.

KF-X bukan proyek pesawat tempur pertama Korea Selatan. Sebelumnya, Negeri Ginseng telah sukses membuat pesawat latih dasar KT-1 Woongbi yang 100 persen buatan mereka sendiri, juga jet tempur ringan T-50 Golden Eagle hasil pengembangan Korea Aerospace Industries dengan raksasa dirgantara AS Lockheed Martin.

Pesawat tempur supersonik buatan Korea Selatan yang pertama, T-50 Golden Eagle. (Getty Images/Chung Sung Jun)
Pengalaman membuat T-50 Golden Eagle membuat Korea Selatan percaya diri memulai proyek KF-X yang lebih sulit. Pun, negara yang kerap berseteru dengan Korea Utara itu memiliki sekitar 63 persen teknologi yang diperlukan untuk memproduksi pesawat tempur multiperan.

Meski demikian, 63 persen penguasaan teknologi tak menjamin KF-X bakal sukses. Korea Selatan lantas mencari mitra. Korsel berharap menemukan mitra asing yang dapat mendanai 40 persen dari total biaya pengembangan KF-X, sementara pendanaan mayoritas sebanyak 60 persen mereka tanggung.

Korea Selatan mengincar beberapa perusahaan sebagai calon mitra, mulai PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Turkish Aerospace Industries, perusahaan pertahanan dan dirgantara Swedia Saab, pabrik pesawat AS Boeing, sampai Lockheed Martin AS.

Keputusan Korea Selatan memasukkan Indonesia sebagai mitra, menurut Kepala Program KF-X/IF-X PTDI Heri Yansyah, bukan tanpa alasan dan tak terjadi dengan tiba-tiba. Saling percaya antardua negara terentang sejak tahun 2006.

“Tahun 2006 Presiden Indonesia dan Korea Selatan pernah menandatangani Deklarasi Bersama mengenai Kemitraan Strategis untuk Mempromosikan Persahabatan dan Kerja Sama antara Republik Indonesia dan Republik Korea,” kata Heri dalam wawancaranya dengan CNNIndonesia.com, Jumat (19/2).

Penandatanganan tersebut berlangsung saat Presiden Korea Selatan Roh Moo-hyun berkunjung ke Indonesia pada 4 Desember 2006. Deklarasi yang diteken Roh dan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono itu mengatur bahwa kedua negara akan saling melengkapi satu sama lain.

Tahun 2008, Korea Selatan menawarkan kerja sama ke Indonesia untuk mengembangkan jet tempur. Tahun berikutnya, 2009, kedua negara meneken Letter of Intent.

“Korea saat itu sudah melakukan feasibility study (studi kelayakan), dan mencoba mengajak Indonesia dan Turki karena mengembangkan pesawat tempur kan mahal,” ujar Heri yang ikut ke Korea Selatan pada 2011-2012 untuk mengerjakan fase pengembangan konsep KF-X/IF-X.

Pun mengembangkan pesawat tempur berisiko tinggi. “Selain biaya pengembangan mahal, setelah jadi pasarnya susah. Tapi kalau kerja sama antarnegara, minimal pangsa pasarnya sudah ada,” kata Heri.

Tahun 2010, Indonesia melakukan studi kelayakan dan audit atas tawaran kerja sama Korea Selatan mengembangkan jet tempur.

“Untuk memutuskan bilang ‘iya’, kedua negara melakukan audit teknologi. Indonesia mengaudit Korea, Korea mengaudit Indonesia. Dari hasil audit itu, terlihat Korea punya kemampuan dan Indonesia juga memiliki kemampuan tapi perlu ditingkatkan. Barulah masing-masing negara saling berkomitmen,” kata Wakil Ketua Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Republik Indonesia, Eris Herryanto.

Juli 2010, Indonesia sepakat untuk mendanai 20 persen biaya proyek KF-X dengan imbalan mendapat 50 unit pesawat tersebut setelah proyek selesai. Dua bulan kemudian, September 2010, Indonesia mengirim tim hukum dan pakar penerbangan ke Korea untuk membahas masalah hak cipta pesawat.

Di tengah proses yang berlangsung antara Korea Selatan dan Indonesia itu, pada 7 September 2010, Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Korsel mengatakan Turki tertarik untuk bergabung.

Namun delapan hari kemudian, 15 Desember, pejabat senior Turki mengatakan negaranya membatalkan niat untuk berpartisipasi pada proyek KF-X.

Pada bulan yang sama, proyek KF-X diubah dari ‘sekadar’ pesawat tempur sekelas F-16 Fighting Falcon menjadi jet siluman (stealth fighter). Perubahan ini terkait eskalasi konflik antara Korea Selatan dengan Korea Utara.

Tahun 2010 itu, Indonesia dan Korea Selatan meneken nota kesepahaman soal KF-X.

April 2011, DAPA mengumumkan penandatanganan kesepakatan antara Korea Selatan dan Indonesia untuk bersama-sama mengembangkan pesawat tempur. Fase awal proyek KF-X/IF-X, yakni pengembangan konsep, pun dimulai.

Saling butuh, saling untung

Sejak awal menawarkan proyek jet tempur kepada Indonesia, ujar Eris, Korea Selatan mengatakan tak bisa mengembangkan KF-X sendirian. Terlebih di kemudian hari K-FX berubah menjadi proyek ambisius berupa pengembangan jet tempur generasi 4,5 dengan kemampuan siluman untuk menghilang di radar.

Pesawat generasi ini bakal lebih hebat dari Dassault Rafale asal Perancis, Eurofighter Typhoon buatan konsorsium Eropa, dan F-16 Fighting Falcon produksi AS, serta setara dengan Sukhoi Su-35 buatan Rusia.


Desain pesawat KF-X/IF-X yang tengah dikembangkan Korea Selatan dan Indonesia. (Dok. PT Dirgantara Indonesia)
“Korea butuh Indonesia. Korea memilih Indonesia karena Indonesia sudah punya kemampuan dalam membuat pesawat meski untuk jenis kecil seperti CN212, CN235, helikopter. Indonesia pun sudah memiliki fasilitas pabrik pesawat. Itu sebabnya Korea mengajak Indonesia,” kata Eris.

Indonesia dan Korea Selatan memiliki sejarah panjang kerja sama, termasuk di bidang industri pertahanan.

“Ada kerja sama soal kapal selam, propelan untuk roket, dan lain-lain. Jadi bukan pesawat tempur saja,” ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Anne Kusmayati.

Korea Selatan juga merupakan konsumen PTDI. Negeri itu bahkan membeli selusin atau 12 unit pesawat CN-235 buatan PTDI untuk berbagai keperluan, mulai digunakan sebagai alat transportasi militer, angkutan bagi very very important person (VVIP), sampai pesawat intai maritim.

Sebaliknya, Indonesia membeli pesawat-pesawat tempur buatan Korea Selatan. TNI AU memiliki armada KT-1 Woongbi dan T-50 Golden Eagle masing-masing satu skuadron.

“Ekspor pertama kedua pesawat itu ke Indonesia. Indonesia jadi pelanggan internasional pesawat Korea Selatan,” kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisjahbana.

Soal kerja sama pengembangan KF-X, tak hanya Korea Selatan yang butuh Indonesia sebagai mitra. Indonesia pun mengincar transfer teknologi dari Korsel.

“Korea terbuka untuk transfer of technology. Korea juga konsisten dalam strategi pembangunan dan pengembangan industrinya. Indonesia butuh Korea, Korea butuh Indonesia. Saling menguntungkan,” kata Anne.

Kala itu, ujar Anne, Presiden SBY melihat tawaran Korea Selatan sebagai kesempatan. “Dia melihat Korea sebagai negara yang konsisten mengembangkan industrinya.”

Dengan menerima tawaran Korea Selatan mengembangkan pesawat tempur, kata Heri, Indonesia juga jadi bisa menguasai teknologi upgrading.

“Target Indonesia ialah mencapai kemandirian. Minimal Indonesia mampu untuk melakukan upgrading, tidak hanya pada KF-X/IF-X, tapi semua jet tempur yang dimiliki TNI AU sehingga seluruh pesawat bisa menggunakan teknologi terbarukan,” kata Heri.

Direktur PTDI Budi Santoso mengamini peran Korea Selatan dan Indonesia yang saling membutuhkan. Saat ini, ujarnya, Indonesia punya kesempatan untuk belajar sekaligus bekerja bersama Korea Selatan.

“Ada bidang tertentu di mana Indonesia lebih maju dari Korea, contohnya waktu dulu kami (Indonesia dan Korsel) mengerjakan struktur aerodinamik pesawat (pada fase pertama KF-X/IF-X). Tapi soal elektronik, Korea lebih jago dari Indonesia. Mereka punya banyak perusahaan elektronik seperti Samsung, LG, dan lain-lain,” kata Budi.



Jalan bagi Korea Selatan dan Indonesia untuk mewujudkan KF-X/IF-X masih jauh dari selesai. Saat ini kedua negara baru akan memasuki fase kedua proyek KF-X/IF-X, yakni pengembangan rekayasa manufaktur atau pembuatan prototipe.

Proyek Jet Tempur KF-X/IF-X Masuki Fase Penting
Jalan bagi Korea Selatan dan Indonesia untuk mewujudkan KF-X/IF-X masih jauh dari selesai. Saat ini kedua negara baru akan memasuki fase kedua proyek KF-X/IF-X, yakni pengembangan rekayasa manufaktur atau pembuatan prototipe.

Total ada tiga fase dalam proyek KF-X/IF-X, yaitu pengembangan teknologi atau pengembangan konsep (technology development), pengembangan rekayasa manufaktur atau pengembangan prototipe (engineering manufacturing development), dan terakhir proses produksi massal.

Kesepakatan Korea Selatan dan Indonesia dibuat tidak untuk ketiga fase itu sekaligus, melainkan dipisah-pisah untuk tiap fase. “Satu fase, satu kontrak,” ujar Anne.

Fase pertama, pengembangan konsep, dimulai Agustus 2011 hingga Februari 2013. Pada fase ini, selama 18 bulan, Indonesia mengirim 52 insinyur ke Korea Selatan. Mereka berasal dari PTDI, TNI AU, Institut Teknologi Bandung, dan Kementerian Pertahanan RI.

Rampungnya fase pertama mestinya diikuti langsung oleh dimulainya fase kedua pada tahun yang sama, 2013. Namun sejumlah peristiwa membuat rencana tertunda, termasuk pemilihan presiden di Korea Selatan dan alotnya transfer teknologi inti jet tempur dari Lockheed Martin AS ke Korsel.

Baru pada 7 Januari 2016 Jakarta dan Seoul akhirnya meneken kontrak kerja sama dimulainya fase kedua proyek PF-X/IF-X, yaitu pembuatan prototipe pesawat. Total ada delapan prototipe yang akan dibuat –enam prototipe terbang, dan dua prototipe tak terbang untuk uji struktur.

Fase kedua yang dimulai tahun 2016 ini akan terentang panjang hingga 10 tahun ke depan, dan ditargetkan rampung pada 2026. Pada fase ini, 200 insinyur Indonesia dikirim ke Korea Selatan secara bergelombang.

Untuk memastikan fase kedua ini berjalan mulus, Indonesia dan Korea Selatan menggelar pertemuan trilateral dengan Amerika Serikat, termasuk Lockheed Martin sebagai pihak yang akan mentransfer teknologi inti untuk KF-X/IF-X.

Meski semula Amerika Serikat keberatan atas transfer teknologi dari Lockheed Martin tersebut, Negeri Paman Sam belakangan melunak.
Korea Selatan dan Indonesia berharap transfer teknologi inti dapat terlaksana. Seperti ucapan melegenda ilmuwan Inggris Francis Bacon: knowledge is power.
















Credit  CNN Indonesia





Kembangkan Jet Tempur, Tonggak Baru Industri Dirgantara RI



Kembangkan Jet Tempur, Tonggak Baru Industri Dirgantara RI Proyek KF-X/IF-X jadi debut Indonesia ikut mengembangkan jet tempur canggih. (Dok. PT Dirgantara Indonesia)
 
Jakarta, CB -- Salah satu pejabat Kementerian Pertahanan Republik Indonesia menyebut proyek pengembangan pesawat tempur Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KF-X/IF-X) antara Korea Selatan dan Indonesia sebagai tonggak baru dalam industri dirgantara nasional.

“Ini satu lompatan. Indonesia mesti memberdayakan industri pertahanannya secara maksimal,” kata Anne Kusmayati, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan RI kepada CNNIndonesia.com, Selasa (16/2).

Pilihan kalimat berbeda diucapkan Eris Herryanto, Wakil Ketua Komite Kebijakan Industri Pertahanan RI. Menurut mantan penerbang TNI Angkatan Udara itu, memang sudah saatnya Indonesia sampai pada tahap pengembangan jet tempur, sebab Indonesia telah memiliki tekad membuat pesawat bahkan sebelum merdeka.

“Ini perjalanan sejarah, kesinambungan sejarah bangsa untuk menguasai teknologi di bidang kerdirgantaraan,” ujar Eris.

Dalam proses perjalanan itu, kata Eris, kabut-badai pasti ada, dan itu semua perlu dihadapi untuk mencapai kemandirian bangsa di industri dirgantara.

Indonesia bahkan telah membuat pesawat tempur secara mandiri hanya dalam kurun waktu 10 tahun setelah merdeka. Prototipe pesawat serang antigerilya Sikumbang diuji terbang pada Agustus 1954.

Sikumbang dirancang oleh Komando Depot Perawatan Teknik Angkatan Udara Republik Indonesia, Laksamana Muda Nurtanio Pringgoadisurjo –perintis industri dirgantara Indonesia yang namanya kemudian diabadikan menjadi nama perusahaan industri pesawat terbang Indonesia, PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (selanjutnya berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara, dan kini berubah jadi PT Dirgantara Indonesia setelah restrukturisasi)

Pesawat Sikumbang ketika itu bahkan diulas di majalah penerbangan Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang.

Empat tahun setelah prototipe Sikumbang terbang, 1958, Subdepot Penyelidikan, Percobaan, dan Pembuatan AURI menerbangkan Belalang, prototipe pesawat latih dasar yang kemudian digunakan untuk mendidik calon penerbang di Akademi Angkatan Udara dan Pusat Penerbangan Angkatan Darat.

Masih pada tahun yang sama, Indonesia menerbangkan Kunang, pesawat berkursi tunggal. Seperti Sikumbang, Kunang dan Belalang pun dirancang oleh Nurtanio.

Sebelum ketiga pesawat itu, pesawat terbang bermotor WEL-X/RI-X telah lebih dulu dibuat oleh Wiweko Soepono pada 1948.

Tahun 1938 sebelum Indonesia merdeka pun, putra-putra Indonesia dipelopori Tossin membuat pesawat terbang di salah satu bengkel di Pasirkaliki, Bandung. Pesawat itu kemudian diberi nama PK.KKH.

Kepak sayap Indonesia membangun industri dirgantaranya berlanjut pada era Bacharuddin Jusuf Habibie yang pernah mengemban jabatan Presiden Direktur PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio.

“Indonesia membuat pesawat NC-212, CN-235, N-250, dan masih banyak lagi,” kata Eris.

Proses produksi pesawat CN-235 di hanggar PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat. (ANTARA/Novrian Arbi)
Jadi, ujar Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI Andi Alisjahbana, industri dirgantara Indonesia sesungguhnya telah berkembang sejak dulu. “Hanya ini kali pertama Indonesia ikut membuat pesawat tempur secanggih ini.”

“Kebangkitan industri dirgantara RI misal 10 Agustus 1995, saat penerbangan pertama N-250. Indonesia sekarang bisa ikut membuat jet tempur karena, salah satunya, pernah membuat N-250,” ujar Andi.

N-250 merupakan pesawat penumpang sipil rancangan asli Indonesia. Kode N di depan angka 250 merupakan singkatan dari ‘Nusantara’ –menunjukkan bahwa desain dan produksi pesawat sepenuhnya dikerjakan di Indonesia. N juga kependekan dari ‘Nurtanio’, perintis industri penerbangan Indonesia.

Terakhir, 10 Desember 2015, PTDI meresmikan pesawat perintis N-219 yang seluruhnya murni buatan Indonesia. Seperti N-250, N-219 dirancang sendiri oleh PTDI dan dibuat untuk melayani daerah-daerah terpencil, termasuk di dataran tinggi dan wilayah dengan landasan pacu pendek.

Masuk rantai pasokan global

Ada syarat penting agar industri dirgantara suatu negara berkembang dan diakui dunia: memiliki produk utama, dan harus eksis dengan menjadi bagian dari rantai pasokan global produk-produk dunia.

Soal produk utama, PTDI sudah memiliki CN-235, NC-212, dan sebentar lagi N-219.

Sementara untuk masuk ke rantai pasokan global, perusahaan mesti bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang sudah mapan. PTDI misalnya dengan pabrikan pesawat Airbus asal Eropa yang menerima banyak pesanan pesawat dari berbagai penjuru dunia.

Airbus, berdasarkan data yang dilansir perusahaan itu pada laman resmi mereka di airbus.com, per Januari 2016 telah menerima total pesanan 16.360 pesawat. Dari jumlah itu, 9.542 unit telah dirampungkan dan diserahkan kepada pemesan, sedangkan 6.818 unit lainnya belum rampung

“Lion Air saja pesan ke Airbus sampai sekian ratus. Itu baru satu pemesan. Padahal maskapai penerbangan di dunia ini banyak. Mungkin baru dalam beberapa tahun semua pesanan itu bisa dipenuhi Airbus. Artinya Airbus pasti overload dan perlu bantuan. Itulah kesempatan yang bisa diambil (PTDI) misal dengan membuat sayap pesawat. Suplai komponen-komponen untuk Airbus,” ujar Eris.

Untuk bisa membuat komponen-komponen tersebut untuk Airbus, PTDI bersaing lebih dulu dengan perusahaan-perusahaan lain melalui tender.

“Di situ ada kompetisi soal kualitas dan harga. Kalau bisa bersaing, akan langsung dipakai (Airbus). Akhirnya kita masuk global supply chain. PTDI sudah melakukan itu,” kata Eris.

Seluruh Eurocopter E725 Caracal atau Super Couger keluaran Airbus Helicopters misal, tail boom-nya dibuat dibuat oleh PTDI.


Helikopter Super Cougar di hanggar perakitan PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat. (CNN Indonesia/Iwan Hermawan)
“Jadi Airbus tidak membuat sendiri seluruh komponen pesawatnya. PTDI membuatkan sejumlah komponen untuk Airbus, dan dengan demikian menjadi bagian dari global supply chain industri penerbangan. Ini bisa menghidupi dan membuat perusahaan diakui dunia selain punya produk utama buatan sendiri untuk dijual,” papar Eris.

Dua lagi hal penting yang mesti dimiliki industri pertahanan, menurut Anne, ialah kemampuan diversifikasi dan menghasilkan produk komersial.

Pada akhirnya, ujar Andi, Indonesia mutlak memerlukan kemampuan penguasaan teknologi dirgantara. Dengan jumlah penduduk besar –lebih dari 240 juta jiwa– dan wilayah kepulauan amat luas, Indonesia setidaknya membutuhkan sekitar 4.000 pesawat untuk sarana transportasi.

“Lima puluh pesawat tempur tambahan tak akan cukup untuk menjaga seluruh wilayah Indonesia. Butuh lebih banyak. Indonesia juga perlu memperbaiki sistem pertahanannya karena lawan pun makin canggih,” kata Andi.

Credit  CNN Indonesia


'Napas' Amerika dalam Pesawat Tempur Indonesia-Korsel


 
AS, Korea Selatan, dan Indonesia menggelar pertemuan trilateral, membahas rencana transfer teknologi untuk pesawat tempur KF-X/IF-X yang dibuat Korsel bersama RI. (Dok. PT Dirgantara Indonesia)
Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Indonesia menggelar pertemuan trilateral akhir Februari. Ketiga negara membicarakan rencana transfer teknologi untuk pesawat tempur Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KF-X/IF-X) yang sedang dikembangkan bersama oleh RI dan Korsel.

Dalam pertemuan di AS itu, perwakilan perusahaan dirgantara masing-masing negara –Lockheed Martin, Korea Aerospace Industries, dan PT Dirgantara Indonesia– ikut hadir.

Jika mulus, Lockheed Martin akan mentransfer teknologi penting untuk pengembangan KF-X/IF-X yang direncanakan mewujud jet tempur generasi 4,5 dengan kemampuan nyaris setara dengan pesawat siluman (stealth fighter) generasi kelima.

“Pertemuan trilateral ini belum tentu sebulan selesai. Butuh waktu. (Perundingan) bisa sampai enam bulan atau satu tahun,” kata Kepala Program KF-X/IF-X PTDI Heri Yansyah, Jumat (19/2).

Berdasarkan data yang dihimpun CNNIndonesia.com, Korea Selatan telah berencana meminta bantuan Lockheed Martin untuk mengembangkan KF-X sejak Maret 2014 saat mereka memutuskan membeli 40 unit pesawat tempur siluman keluaran perusahaan itu, F-35 Lighting II.

F-35 Lighting II, jet tempur siluman terbaru buatan raksasa dirgantara Amerika Serikat, Lockheed Martin. Lockheed menawarkan transfer teknologi ke Korea Selatan untuk mengembangkan KF-X/IF-X. (U.S. Navy photo courtesy Lockheed Martin)
Sebagai bagian dari kesepakatan memborong F-35 tersebut, Lockheed menawarkan keahlian teknik setara 300 tahun masa kerja individu untuk membantu merancang KF-X. Lockheed bahkan berencana menyodorkan lebih dari 500 ribu halaman dokumentasi teknis terkait pembuatan jet tempur generasi keempat mereka, F-16 Fighting Falcon, serta F-35 Lighting II dan F-22 Raptor dari generasi kelima.

Korea Selatan, melalui Korea Aerospace Industries (KAI), dan Lockheed Martin memiliki sejarah kerja sama mengembangkan pesawat tempur ringan T-50 Golden Eagle –yang kini juga menjadi bagian dari armada udara Republik Indonesia.

Meski demikian, untuk proyek KF-X yang berjalan saat ini, Lockheed ragu memberikan dukungan penuh karena khawatir KF-X pada akhirnya menjadi kompetitor mereka sendiri di pasar ekspor jet tempur.

Penawaran saat itu bukan hanya datang dari Lockheed Martin dan KAI. Desember 2014, Airbus Eropa, Boeing AS, dan Korean Air bergabung dalam satu tim untuk mengusulkan alternatif pembuatan pesawat tempur yang lebih murah bagi Korea Selatan.

Tim Airbus-Boeing-Korean Air juga menawarkan alih teknologi. Boeing misalnya dapat menyediakan pengetahuan soal radar dan teknologi siluman pada jet tempur. Bermitra dengan Airbus membuat Boeing dapat mentransfer informasi tersebut meski aturan AS membatasi transfer teknologi hingga tingkat tertentu ke luar negeri.

Namun pada 9 Februari 2015, tenggat waktu yang ditetapkan bagi kedua tim untuk mengajukan penawaran, hanya KAI-Lockheed Martin yang menyerahkan proposal mereka, sedangkan Korean Air-Airbus masih memerlukan waktu untuk mempersiapkan penawaran mereka.

Batas waktu penyerahan proposal pun diundur karena aturan hukum Korea Selatan mensyaratkan tender diikuti oleh minimal dua peserta. Akhirnya pada 30 Maret 2015 pemerintah Korea Selatan mengumumkan tender proyek KF-X dimenangkan oleh Korea Aerospace Industries yang menggandeng Lockheed Martin sebagai mitra.

Namun enam bulan kemudian, September 2015, pemerintah Amerika Serikat dilaporkan menolak transfer empat dari 25 teknologi inti ke Korea Selatan. Transfer teknologi utama jet tempur dinilai AS melanggar kebijakan keamanan negara itu.

Harian Korea Selatan Chosun Ilbo melansir, salah satu yang dilarang AS untuk ditransfer ialah data teknologi terkait radar AESA (active electronically scanned array). Ini sistem radar canggih dengan kemampuan perang elektronik. AESA dapat mencari dan melacak target lebih cepat dan akurat daripada sistem-sistem yang sudah ada selama ini.

Selain radar AESA, tiga teknologi inti lain yang tak diizinkan pemerintah AS untuk ditransfer ialah sistem perang elektronik, pencari dan pelacak inframerah atau IRST (infrared search and track), serta electro-optical targeting pod.

Terancamnya transfer teknologi jet tempur dari Lockheed Martin membuat Presiden Korea Selatan Park Geun-hye dan Menteri Pertahanan Han Min-koo mencoba melobi AS dalam pertemuan mereka dengan Presiden Barack Obama dan Menteri Pertahanan AS Ashton Carter, Oktober 2015.

Sampai sekarang transfer teknologi inti untuk KF-X/IF-X masih terus diupayakan terwujud. Perundingan kini melibatkan Indonesia setelah pemerintah RI resmi menandatangani kontrak kerja sama dengan Korea Selatan untuk menggarap fase kedua proyek KF-X/IF-X, yakni pembuatan prototipe pesawat, pada 7 Januari 2016.


Asal Jangan Siluman
Sampai sekarang transfer teknologi inti untuk KF-X/IF-X masih terus diupayakan terwujud. Perundingan kini melibatkan Indonesia setelah pemerintah RI resmi menandatangani kontrak kerja sama dengan Korea Selatan untuk menggarap fase kedua proyek KF-X/IF-X, yakni pembuatan prototipe pesawat, pada 7 Januari 2016.

“Korea belum tentu mendapatkan semua teknologi Amerika. Perlu negosiasi. Oleh sebab itu Korea juga mengembangkan teknologi sendiri. Soal ini harus kami selesaikan dalam waktu dua-tiga tahun ke depan. Teknologi mana yang bisa dapat dari Amerika, dan mana ya tidak sehingga dicari dari sumber lain,” ujar Heri Yansyah, Kepala Program KF-X/IF-X PT Dirgantara Indonesia.

Direktur Utama PTDI Budi Santoso berkata, “Jujur saja, tidak ada satu perusahaan pun yang akan memberikan teknologi kuncinya kepada siapapun. Yang namanya transfer teknologi, yang kita dapatkan itu bukan teknologi kunci.”

Proyek pesawat tempur selalu menjadi perhatian dunia. “Proses pembuatan pesawat KF-X/IF-X pun sudah menjadi perhatian internasional, bahkan saat masih rencana penentuan jenis pesawat. Baru mau bilang stealth, pesawat siluman, sudah ada yang ‘teriak-teriak’,” ujar Budi.

KF-X/IF-X lebih tepat disebut jenis pesawat semisiluman –mengadopsi teknik geometri pesawat siluman, namun tak menggunakan material jet siluman.

“KF-X/IF-X mendekati pesawat tempur generasi kelima (stealth fighter), tapi tidak menyaingi,” kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisjahbana, dalam wawancara dengan CNNIndonesia.com.


Pun, mengharapkan lisensi sejumlah komponen avionik sepeti radar dan rudal yang masih diproduksi terbatas oleh negara-negara besar seperti AS, agak sulit.

“Kebijakan Amerika, kerahasiaan teknologi kunci harus dijaga, tidak boleh diberikan ke siapapun dan negara manapun,” kata Eris Herryanto, Wakil Ketua Komite Kebijakan Industri Pertahanan RI.

Walau begitu, ujar Eris, perusahaan-perusahaan Korea Selatan yang bergerak di bidang teknologi sejak dua tahun lalu mulai mengembangkan teknologi jet tempur. “Sekarang memang belum selesai, tapi tingkat keberhasilannya sudah mendekati 100 persen.”

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan RI Anne Kusmayati mengatakan, total tak kurang dari 74 jenis teknologi yang harus dimiki suatu pesawat tempur, mulai aerodinamik, struktur, persenjataan, sistem logistik teintegrasi, dan lain-lain.

Berbagai teknologi dalam pengembangan KF-X/IF-X dibagi dalam paket pekerjaan. “Ada yang bisa diikuti Indonesia, ada yang tidak. Tapi Korea tetap memberikan kesempatan,” kata Anne.

Kompatibel dengan AS

Teknologi yang akan digunakan dalam KF-X/IF-X sesungguhnya bukan hanya berasal dari AS. “Ada teknologi Eropa juga, tapi bukan Rusia. Tapi memang lebih banyak teknologi Amerika,” kata Andi.

Ini karena Korea Selatan dan AS selama ini memang bersekutu. “Korsel memiliki pakta pertahanan dengan Amerika. Jadi semisal Korsel diserbu Korea Utara, Amerika akan menolong,” ujar Andi.

Untuk itu peralatan tempur Korea Selatan dengan AS mesti kompatibel satu sama lain. “Kalau Korsel pakai peluru lima milimeter, Amerika tujuh mili, ya tidak masuk ke senjatanya sehingga jika peluru Korsel habis, tidak bisa pakai peluru Amerika. Sederhananya begitu,” imbuh Andi.

Pesawat tempur siluman F-22 Raptor Amerika Serikat unjuk kekuatan dengan terbang di wilayah Korea Selatan menyusul langkah Korea Utara melakukan uji coba nuklir dan meluncurkan roket satelit. AS dan Korsel yang mengikat diri dalam pakta pertahanan akan kembali menggelar latihan militer bersama. (REUTERS/Wolfgang Rattay)
Persenjataan Korea Selatan dan AS yang mesti kompatibel satu sama lain, di dalamnya termasuk pesawat tempur. Apalagi perhatian utama Korsel ialah konfliknya dengan Korea Utara yang tak kunjung reda. Sampai sekarang kedua negara berstatus dalam gencatan senjata dan tak pernah berdamai.

Soal teknologi Korea Selatan yang berkiblat ke AS itu, menurut Andi, bukan persoalan bagi Indonesia dalam mengembangkan jet tempur KF-X/IF-X. “RI kan juga punya F-16 dan F-5 buatan AS. PTDI dalam membuat pesawat pun kerap bekerja sama dengan Boeing AS. Jadi tak ada masalah,” kata Andi.











Credit CNN Indonesia









Pesawat Mata-mata Rusia Tu-214R Tiba di Suriah




Tu-214R
Tu-214R Sumber: Rimma Sadykova

Pesawat pengintai Tu-214R, yang dilengkapi dengan perangkat optik dan elektronik canggih serta sistem radar yang mumpuni, tiba di Suriah pada pertengahan Februari lalu. Meski pesawat ini sangat dirahasiakan, RBTH berhasil mengumpulkan data mengenai karakteristik utama dan tugas tempur pesawat ini.
Rusia menempatkan pesawat pengintai terbaru di Suriah, yang dapat melacak aktivitas militer Turki dari jarak ratusan kilometer. Demikian hal tersebut dilansir dalam blog The Aviationist, mengutip data dari situs Flightradar24.
“Pada 15 Februari, Tu-214R yang terdaftar sebagai RA-64514, dengan nomor seri 42305014, pesawat kedua dari jenis ini yang dibangun di bawah kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia, terbang dari Kazan ke markas Latakia, Suriah,” tulis blog tersebut.
Rute pesawat ini tersedia bagi para pengguna internet karena transponder mentransmisikan posisi, ketingian, dan kecepatannya pada frekuensi 1.090 MHz.
Kemunculan pesawat pengintai terbaru Rusia di tengah konflik bersenjata di Suriah bukanlah tanpa alasan.
Menurut pakar, pemimpin militer Rusia sangat membutuhkan informasi intelijen untuk memahami situasi di perbatasan Suriah-Turki — jika ada bukti kredibel mengenai persiapan militer Turki untuk melakukan operasi darat di Suriah dan bagaimana Angkatan Bersenjata Turki dikelompokkan ulang.

Traktat Ruang Angkasa Terbuka

Traktat Ruang Angkasa Terbuka (The Treaty on Open Skies) menetapkan sebuah program penerbangan pengintaian tak bersenjata di seluruh wilayah peserta perjanjian (ada 34 negara yang menandatangi traktat ini).
Perjanjian ini dirancang untuk meningkatkan saling pengertian dan kepercayaan antara negara peserta dengan memberikan negara-negara yang tergabung dalam perjanjian tersebut peran langsung dalam mengumpulkan informasi kekuatan militer dan aktivitas-aktivitasyang menarik perhatian mereka.
Perjanjian ini adalah salah satu upaya internasional yang paling luas sampai saat ini dalam hal mempromosikan keterbukaan dan transparansi pasukan dan aktivitas militer.
Pada 3 Februari, Turki menolak memberikan Rusia izin melakukan penerbangan pengintaian di atas wilayahnya di bawah Traktat Ruang Angkasa Terbuka.
Rusia menjawab hal tersebut dengan membawa artileri berat, yaitu menempatkan pesawat pengintai Tu-214R, yang mampu melakukan pengintaian komprehensif tanpa melintasi perbatasan Suriah-Turki.
Tak seperti Tu-214ON, yang diciptakan khusus bagi misi inspeksi di bawah Traktat Ruang Angkasa Terbuka dan hanya dilengkapi perangkat fotografi, Tu-214R nyaris memiliki kekuatan super untuk pertemuan intelijen.

Mata-mata Sempurna

United Aircraft Corporation (UAC), yang memproduksi Tu-214R, tak membeberkan karakteristik taktis dan teknis pesawat ini pada RBTH, dan menyebutkan bahwa level kerahasiaan pesawat ini sangat tinggi. Namun, RBTH berhasil mengetahui beberapa detail dari laporan tahunan 2014 Vega Radio Engineering Corporation (bagian dari UAC).
Tu-214R dapat dibedakan dari pesawat sipil oleh tonjolan yang terletak di depan dan belakang badan pesawat, serta cantelan berbentuk tetes air di sisi badan pesawat, tempat sistem radar powerful all-sky dan sideways-looking phased-array diletakkan.
Radar tersebut tergabung dalam sistem rekayasa radio multifrekuensi MRK-411 yang merupakan mata dan telinga pesawat ini: operator menerima informasi dalam moda aktif dan pasif (tanpa menunjukkan lokasi mereka) dan dapat mencegat komunikasi radio musuh.
Fitur utama radar Tu-214R adalah radar pemindai penetrasi darat (ground-penetrating radar/GPR). Dengan kata lain, objek yang tersembunyi dapat diidentifikasi dari pesawat ini. Semua objek yang tersembunyi, tertutup oleh salju atau pasir, atau disamarkan oleh pohon, akan terdeteksi oleh Tu-214R. Ia akan mengambil gambar radar dan segera mengirim informasi pada pos komando.
Sistem rekayasa radio didampingi oleh sistem gambar elektro-optik Fraktsiya, yang digunakan oleh kru Tu-214R untuk menerima gambar berketepatan tinggi secara real-time, dari medan yang terlihat hingga rentang inframerah.
Sebelumnya, Tu-214R (berdasarkan data, Rusia memiliki dua pesawat ini) mengganggu Pasukan Pertahanan Diri Udara Jepang, yang menemukan salah satu pesawat ini pada pertengahan Desember 2015 di atas perairan netral Laut Jepang. Pada musim panas 2015, Tu-214R kedua terlihat di dekat perbatasan Ukraina.

Proyek yang Tertunda

Tu-214R menghabiskan banyak waktu di lantai pabrik dan merupakan subjek dari sejumlah langkah hukum antara Kementerian Pertahanan dan manufaktur karena penundaan berulang pengiriman pesawat ini.
Konflik di Suriah mempercepat penyelesaian pengintai bersayap ini. Laporan tahunan Vega menyebutkan bahwa karakteristik performa sistem rekayasa radio diperbaiki untuk secara efektif mendeteksi objek tersembunyi, kumpulan gambar radar dibentuk, dan algoritma khusus untuk menguraikan kode dan mengirim data ke pesawat dikembangkan.
Dilengkapi oleh perangkat yang terbilang unggul, Tu-214R akan dioperasikan bersama pesawat pengintai Angkatan Udara dan Antariksa Rusia di Suriah — Il-20 dan A-50. Berkat Tu-214R, pemimpin militer RUsia akan menerima data intelijen komprehensif tepat waktu, meski Turki ‘menutup ruang udaranya’.




Credit  RBTH Indonesia





TNI AU Akan Gelar Bulan Dirgantara Indonesia April Mendatang


TNI AU Akan Gelar Bulan Dirgantara Indonesia April Mendatang
Ilustrasi (SINDOphoto).

JAKARTA - Korps TNI Angkatan Udara (AU) akan menggelar Bulan Dirgantara Indonesia pada April 2016 di Jakarta dan Bandung.

Kepala Staf TNI AU Marsekal Agus Supriyatna mengatakan, penyelenggaraan Bulan Dirgantara Indonesia merupakan kegiatan penting TNI AU dalam upaya pembinaan dan pengembangan potensi kedirgantaraan untuk memberdayakan potensi masyarakat menjadi kekuatan pertahanan negara.

“Acara ini digelar sekaligus menyambut HUT TNI AU setiap tanggal 9 April,” tutur Marsekal Agus Supriyatna dalam peluncuran Bulan Dirgantara Indonesia, di Gedung Persada Executive Club, Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (3/3/2016).

Dalam Bulan Dirgantara Indonesia akan diselenggarakan berbagai kegiatan berupa kompetisi cabang cabang olahraga dirgantara memperebutkan KSAU Cup, Dirgantara Education and Technology Expo 2016, serta Seminar Kedirgantaraan.

Marsekal Agus Supriyatna memaparkan dalam setiap kegiatan perlombaan selalu melibatkan peran masyarakat dalam beberapa acara pendukung seperti bazar rakyat, panggung hiburan dan kegiatan lainnya.

Sepekan sesudahnya, pada Jumat-Minggu, 15 sampai 17 April 2016, TNI AU bekerja sama dengan bersama PB FASI dn Satuan Karya Pramuka Dirgantara didukung oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Pariwisata, Pemprov DKI, Pemkab Subang dan Bogor akan menyelenggarakan Dirgantara Edu-Tech Expo di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Dirgantara Edu-Tech Expo merupakan kegiatan edukatif dimana pengunjung diajak melihat, mengerti, memahami, dan merasakan perkembangan teknologi kedirgantaraan, baik militer dengan menampilkan sebagian besar alutsista TNI AU maupun sipil.

Dalam Dirgantara Edu-Tech Expo dipertunjukkan sejumlah hal seperti Dinamic dan Static Air show, pameran kedirgantaraan dan persenjataan, atraksi berbagai aksi operasi khusus Korps Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU.

“TNI AU sangat berharap semua rangkaian kegiatan Bulan Dirgantara Indonesia 2016 dengan dukungan media massa sebagai komponen masyarakat dirgantara nasional dapat berjalan lancar dan semakin mendekatkan TNI AU kepada masyarakat luas,” tutup Agus.




Credit  Sindonews


TNI sedang Mengkaji Bikin Markas di Indonesia Bagian Timur



TNI sedang Mengkaji Bikin Markas di Indonesia Bagian Timur
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.

JAKARTA - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyatakan pihaknya tengah mengkaji rencana pembentukan markas baru di Indonesia. Berdasarkan kajian sementara yang dilakukan TNI, markas tersebut akan diprioritaskan di wilayah timur Indonesia.

"Kami masih melakukan kajian. Kemungkinan di wilayah timur. Di sana masih kosong," kata Gatot di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (3/3/2016).

Disebutkan Gatot, kajian yang dilakukan TNI tengah dilakukan pihaknya meliputi sejumlah faktor, di antaranya termasuk perhitungan anggaran, lokasi, serta potensi ancaman yang terdapat di suatu wilayah.

Sejumlah markas TNI yang recanananya bakal diperuntukan bagi Komando Armada Tengah, Markas Divisi Tiga Kostrad dan sejumlah Kodam di wilayah timur Indonesia. Meski akan membangun markas, Gatot menegaskan tidak akan ada penambahan personel TNI.

"Penambahan personel tidak ada. Kita masih menghitung berapa rupiah dibutuhkan dan tempatnya di mana," ucap mantan KSAD itu.



Credit  sindonews





Penjelasan Panglima TNI Soal Pasukan Pemukul Reaksi Cepat


Penjelasan Panglima TNI Soal Pasukan Pemukul Reaksi Cepat
Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo. (Dok. Sindo).

JAKARTA - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memimpin serah terima Alih Komando Pengendalian (Kodal) Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI dari Panglima Divisi Infanteri-2/Kostrad Mayjen TNI Ganip Warsito, kepada Panglima Divisi Infanteri-1/Kostrad Mayjen TNI Sudirman.

Pada kesempatan itu dia menjelaskan PPRC TNI merupakan komando tugas gabungan TNI yang dibentuk secara khusus dan berkedudukan langsung di bawah Panglima TNI.

"Alih Kodal merupakan bagian dari ketentuan dari Komando yang dilakukan dua tahun sekali," ujar Gatot serah terima alih Kodal PPRC TNI dalam upacara militer di Taxi Way Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (3/3/2016).

Menurutnya, pasukan ini bertugas melaksanakan tindakan reaksi cepat terhadap berbagai ancaman yang terjadi dalam rangka menangkal, menyanggah awal dan menghancurkan musuh yang mengganggu kedaulatan NKRI.

Dia menambahkan, dalam pelaksanaan tugas pokoknya, PPRC TNI memiliki fokus pada kekuatan wilayah darat tertentu guna melaksanakan operasi sendiri ataupun membantu pelaksanaan operasi yang dilaksanakan Komando Operasional TNI lainnya. Baik dalam rangka melaksanakan Operasi Militer Perang maupun Operasi Militer Selain Perang. 

Lanjutnya, pada tugas operasi militer untuk perang PPRC TNI memiliki tugas lain, yaitu menahan dan mendisorganisir kekuatan musuh atau lawan di wilayah darat tertentu serta menghancurkan atau mencegah infiltrasi musuh atau lawan di wilayah darat tertentu. 

"Sementara pada operasi militer selain perang PPRC TNI memiliki tugas sebagai penindak awal atau mencegah meluasnya gerakan separatis pengacau bersenjata dan melaksanakan penindakan terhadap terorisme bersenjata dalam batas kemampuan PPRC," jelasnya.

Dia menerangkan, dalam mengemban tugas tersebut, PPRC TNI mempunyai pedoman yang sangat melekat, yaitu cepat dalam melaksanakan manuver atau gerakan, tepat dalam menuju sasaran dan wilayah tertentu serta singkat dalam proses dan waktu yang dibutuhkan.

"PPRC harus mampu melaksanakan tugas dengan cepat, tepat dan singkat. Karenanya, PPRC harus dididik, dilatih agar memiliki profesionalisme tinggi dan selalu siap siaga dalam mengatasi tantangan dan ancaman," terangnya.

Alih Kodal PPRC tahun 2016 melibatkan sebanyak 3.274 personel TNI (AD, AL dan AU) yang terdiri dari Peserta 2.351 personel, penyelenggara 407 personel dan pendukung 516 personel.


Credit  Sindonews



Runtuhnya Menara 'Magis' Masjid Agung Aleppo Berusia 1.000 Tahun



Kisah Runtuhnya Menara Masjid Agung Aleppo Berusia 1.000 Tahun (Alamy/BBC)



CB, Aleppo - Berusia lebih dari 1.000 tahun, menara masjid agung Aleppo menjulang ke langit kota terbesar di Suriah. Namun, kini bangunan tinggi itu tinggal puing, salah satu korban dari perang bersaudara yang tak berkesudahan.
Menara masjid agung Aleppo bentuknya berbeda. Tidak seperti menara lainnya yang biasanya silinder, bangunan itu berbentuk kotak panjang dan letaknya di persimpangan.
Bangunan batu bata itu memiliki tinggi 45 meter berwarna merah jambu muda. Dihiasi tulisan Arab dan berdiri di tengah-tengah kota.
Menara tersebut berkisah tentang riwayat Aleppo--atau Halab dalam bahasa Arab. Salah satu kota tertua yang pernah diduduki oleh manusia.

Dalam masjid itu disebut-sebut bersemayam Nabi Zakaria. Dibangun pada awal Abad ke-8, masjid dan menara itu menjadi saksi sejarah kependudukan suku Fatimid, Abbasid, Bizantium, Armenia, Mongolia hingga momen gempa bumi.
"Ketika memasuki halamannya seakan Anda berada di 'dunia lain' ," kata arkeolog dan seniman, Zahed Tajeddin, seperti dilansir BBC Magazine, Kamis (3/3/2016). Tajeddin lahir dan besar di Aleppo, namun kini ia tinggal di London.
"Murni, bersih dan diri Anda terlindung dari keriuhan, kemacetan lalu lintas, dan kebisingan. Kita akan melihat langit membiru. Terasa ketenangan, kedamaian dan ketentraman. Dan yang jadi pusat bukanlah masjid, melainkan menaranya yang berbentuk aneh namun magis," ujarnya lagi.
Menara itu nyaris berusia 1.000 tahun ketika runtuh saat musim semi 2013. Tentara Suriah dan pemberontak saling menyalahkan satu sama lain atas kehancuran itu.
"Menara itu bagaimanapun tidak selaras dengan bangunan masjid. Bangunan itu jelas jauh dari proporsional, lebih besar, dan justru paling menarik perhatian," kata Nasser Rabbat, ahli sejarah Suriah dari Massachusetts Institute of Technology.
"Aku rasa masjid itu kehilangan keindahan, seiring dengan runtuhnya menara tersebut," ujarnya lagi.


Menara itu memiliki 4 kolom, dan masing-masing dihias berbeda.
"Hal itu terjadi karena menara dibangun saat Syiah berkuasa dan terakhir diukir oleh penguasa dari Turki yang merupakan kelompok Sunni. Menara itu merangkum sejarah yang mengubah kota karena pada saat itu kaum Sunni datang kembali dan menghidupkan keberadaan tasawuf di Suriah, dan Syiah yang mundur dari kekuasaan," terangnya.
Hal itu terjadi pada Abad ke-11, ketika penjajah Turki datang ke Timur Tengah untuk melebarkan wilayah Asia Tengah.
"Ada semacam energi yang meledak ke negara itu seiring dengan kedatangan Turki," jelas Rabbat.
"Menara itu menjadi semacam simbolik yang berada di masjid sebagai tanda era baru," ujarnya.
Sementara itu, Rabbat meyakini prasasti berbahasa Arab yang menghiasi dinding ditulis dengan dua gaya yang berbeda.
Di bawah menara itu, tertera tulisan kuno Kufic, sementara di atasnya terpahat tulisan aksara yang lebih modern.
"Perubahan gaya penulisan juga merupakan hal yang simbolik," jelas Rabbat.
"Cetakan yang berada di atas lebih mudah dibaca. Hal itu menandakan maksud bahwa agama itu adalah sesuatu yang mudah dipelajari bagi semua orang. Dijelaskan di situ, umat manusia tidak perlu pendidikan atau pengetahuan yang tinggi untuk mengerti hal itu," terang Rabbat menjelaskan simbol itu.
Masjid dan menaranya dikelilingi oleh keriuhan aktivitas warga. Di pintu masuknya merupakan pasar utama Aleppo. Di situ adalah pusat jantung Kota Tua yang padat dengan toko-toko dan penjual kaki lima.
"Orang-orang sudah tinggal di situ sepanjang sejarah manusia. Mereka berbelanja, bertukar barang, membuat benda-benda, dan bersosialisasi di situ," kata Heghnar Watenpaugh, ahli sejarah keturunan Lebanon-Armenia yang pernah tinggal dan bekerja di Aleppo.
"Saat kau melangkahkan kakimu ke situ, kau sudah menjadi saksi sejarah manusia paling tua," ujarnya.
"Di situ yang kalian rasakan bukan sekedar kota, kamu bisa menemukan barang-barang eksotik hingga benda-benda yang membosankan seperti kepala kambing sampai kain sutra dari oriental (Asia Timur)," kenang Watenpaugh.
Di bawah masa pemerintahan Ottoman pada Abad ke-16 dan 17, pasar itu berubah menjadi pusat kota paling terkenal. Orang-orang dari Eropa, India, Persia, baik itu pedagang, turis, hingga diplomat pasti menyempatkan diri datang ke situ
Di pasar itulah, mereka asik menikmati musik, manusia dan hewan campur aduk.
"Saat siang hari, sebagai pusat perdagangan, namun di malam hari jadi pusat hiburan. Penari pria dan wanita asik meliukkan badannya, aroma alkohol dan opium tercium di udara," kata Watenpaugh.
Ia juga menjelaskan raja Prancis, Louis, pernah merayakan ulang tahunnya di lokasi tersebut
Namun, kini kejayaan pusat manusia berkumpul itu tinggal kenangan. Area itu menjadi kawasan perang.
Zona Tempur
Ketika perang pecah pertama kalinya pada 2011, Aleppo merupakan zona tempur. Pemberontak memasuki Kota Tua lewat pasar itu. Alhasil, wilayah niaga itu menjadi pusat tentara pemberontak. Pada 2012, kawasan itu terbakar habis dan sebagian besar bangunannya hancur.
Menurut wartawan perang BBC, Will Wintercross, penembak jitu juga turut memasuki kawasan tersebut.
Lewat pasar, para pemberontak mempunyai akses ke menara.
Namun, banyak yang mengklaim para penembak jitu juga menguasai menara itu. Hingga akhirnya simbol perdamaian itu hancur. Baik pemerintah Suriah dan pemberontak saling menyalahkan kerusakan menara tersebut
Tapi, bagi Nasser Rabbat, menara itu hanyalah salah satu korban kebodohan perang.
"Kami punya catatan 250 ribu orang tewas di Suriah. Juga kerusakan benda-benda bersejarah lainnya, tidak hanya menara masjid itu," kata Nasser Rabbat.
"Meskipun aku adalah ahli sejarah bangunan, aku tak perlu mengekspresikan kesedihanku atas hancurnya bangunan. Tapi yang kusesalkan adalah kehilangan warga Suriah dan gaya hidup mereka," terang Rabbat.
Rabbat percaya, Aleppo pernah mengalami pasang surut perang di masa lalu dan selamat. Ia percaya akan ada seseorang yang menyelamatkan puing-puing menara di tempat yang aman.
"Jadi, pada suatu hari, mungkin, kami bisa membangunnya kembali," tutup Rabbat.



Credit  Liputan6.com



Kapal Induk & Rombongan Kapal Perang AS Masuk Laut China Selatan


Kapal Induk Rombongan Kapal Perang AS Masuk Laut China Selatan
Kapal perang AS patroli di Laut China Selatan. | (Reuters)

BEIJING - Armada Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) yang dipelopori oleh kapal induk, USS John C Stennis, berlayar di Laut China Selatan di dekat pulau sengketa. Kapal Induk AS itu disertai rombongan kapal perang dan ribuan pelaut AS.

Dua kapal perang AS dalam rombongan itu antara lain, kapal perusak USS Stockdale dan USS Chung-Hoon. Selain itu kapal penjelajah Mobile Bay dan Atietam ikut serta dalam pelayaran.

Para pejabat AS berdalih, pelayaran kapal induk dan rombongan kapal perang itu merupakan misi patroli rutin. Patroli itu berlangsung di tengah ketegangan di Laut China Selatan setelah China mengerahkan sistem rudal canggih dan sistem radar militer di pulau sengketa.

Patroli rombongan kapal perang AS itu membuat pejabat pemerintah Beijing marah.

Kami merasa bahwa tindakan AS dalam mengirim kapal dan pesawat di dekat Kepulauan Spratly dan terumbu sebagai unjuk kekuatan bukan hal yang baik. Ini membangkitkan perasaan jijik di kalangan orang-orang China,” kata Fu Ying, juru bicara dari National People Congress (NPC) yang juga mantan Wakil Presiden China, kepada wartawan pada Jumat (4/3/2016).

AS telah mengatakan; tidak mengambil sikap atas sengketa teritorial Laut China Selatan, tetapi tindakannya tampaknya ditujukan untuk memanaskan ketegangan, yang menimbulkan pertanyaan serius atas motifnya,” lanjut Fu.

AS telah lama menuduh Beijing melakukan militerisasi di Laut China Selatan. Namun Beijing membela diri dengan mengklaim bahwa apa yang dilakukan China adalah untuk pertahanan atas pulau-pulau di wilayah kedaulatannya.

Tuduhan (China melakukan militerisasi) dapat menyebabkan salah perhitungan situasi. Jika Anda melihat pada materi yang erat, AS justru mengirim pesawat paling canggih dan kapal militer ke Laut China Selatan,” imbuh Fu, seperti dikutip IB Times.

AS telah melakukan dua patroli navigasi kontroversial di Laut China Selatan sejak Oktober 2015. Dalam salah satu patroli, kapal perang AS berlayar 12 mil laut dari pulau yang disengketakan yang dianggap Beijing sebagai langkah provokatif.



Credit  Sindonews