Kawat berduri dicopot usai polisi berhasil
mengambilalih Mako Brimob yang sempat dikuasai tahanan teroris. (CNN
Indonesia/Bimo Wiwoho)
Jakarta, CB -- Insiden kerusuhan dan penyanderaan oleh sejumlah narapidana terorisme di Mako Brimob dinyatakan polisi telah berakhir, Kamis (10/5) pukul 07.15 WIB.
Berikut adalah sejumlah fakta kasus tersebut.
Awal Mula Insiden
Pada Selasa (22.00 WIB) beredar kabar terjadi
kerusuhan di dalam Mako Brimob
dan terdapat korban jiwa. Polisi baru memberikan keterangan resmi pada
pukul 01.00 WIB dini hari dan membenarkan terjadi kerusuhan, tapi
membantah ada korban jiwa.
Di tengah ketidakjelasan situasi,
kondisi Mako Brimob pun mencekam. Arus lalu-lintas sejak Rabu (11/5)
pukul 01.00 WIB dialihkan dan warga dilarang mendekat dalam jarak
sekitar 200 meter.
Pemicu InsidenMenurut
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen M. Iqbal,
insiden terjadi akibat adanya kesalahpahaman yang dipicu oleh pembagian
makanan.
Korban JiwaPada Rabu sekitar
pukul 15.30 WIB, kepolisian mengonfirmasi enam orang meninggal pada
insinden kericuhan, yaitu lima aparat kepolisian dan satu lainnya adalah
tahanan yang melawan petugas.
Aparat yang tewas:
1. Briptu Fandi Setio Nugroho, lahir tgl 9 Desenber 1988, Penyidik Densus 88.
2. Syukron Fadhli
3. Wahyu Catur Pamungkas
4. Yudi Rospuji Siswanto
5. Denny Setiadi
Tahanan teroris tewas:
1. Beni Samsutrisno
Lima
polisi yang tewas mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa anumerta
berdasarkan Surat Keputusan Nomor KEP/615/V/2018 tertanggal 9 Mei 2018.
Penyanderaan Seorang PolisiBrigadir Kepala
Iwan Sarjana dari satuan Densus 88 Antiteror sempat disandera oleh napi
teroris di Mako Brimob selama lebih dari 24 jam.
Ia dibebaskan
dalam keadaan hidup tapi dengan luka disekujur badan pada Kamis (10/5)
dini hari, sekitar pukul 01.00 WIB, dan kemudian dibawa ke Rumah Sakit
Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Otak SeranganDikutip
dari kantor berita ISIS, Amaq News Agency, organisasi itu mengklaim
kerusuhan di Mako Brimob melibatkan anggotanya yang ditahan di dalam.
"Telah
terjadi baku tembak yang sengit antara anggota pasukan perang Negara
Islam (ISIS) dengan pasukan pemberantas terorisme dan pemberontak di
dalam penjara Kota Depok, Jakarta Selatan," begitu bunyi lengkap
pernyataan yang ditayangkan, Rabu (8/5).
Polisi membantah klaim tersebut dan teori-teori yang berkembang seputar penyanderaan tersebut.
"Saya
lihat proses demi proses. Bahwa yang diklaim oleh si A, si B, dari
luar, dan lain-lain sama sekali tidak benar," ujar Brigjen Pol M. Iqbal.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto juga
menyatakan kelima polisi tewas bukan dibunuh dengan cara yang biasa
dilakukan ISIS.
Akhir InsidenPada pukul 04.22 WIB
kepolisian mengirim sejumlah personel tambahan ke Mako Brimob dengan dua
bus polisi berwarna abu-abu dan dua truk. Semua armada itu terisi penuh
oleh aparat dengan senjata lengkap.
Sebelumnya kepolisian juga mengirim satu mobil Tim Gegana pada pukul 00.32 WIB dan mobil barracuda pada pukul 01.14 WIB.
Pada
pukul 07.20 WIB, berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, suara dentuman
keras terdengar empat kali di sekitar Rutan Mako Brimob. Berdasarkan
informasi dari dalam Markas Badan Pemeliharaan Mabes Polri di sekitar
lokasi, juga terjadi satu kali rentetan tembakan pada pagi hari ini.
Lewat
konferensi pers, Wakapolri Komisaris Jenderal Syafruddin menyatakan
sekitar 90 persen tahanan kasus terorisme telah menyerahkan diri.
Ultimatum dari AparatMenko Polhukam Wiranto menyatakan aparat memberi batas waktu agar napi menyerah sebelum fajar merekah, dan tidak bernegosiasi.
Rencana
penyerbuan oleh aparat itu kemudian batal dan para tahanan menyerah,
keluar satu per satu tanpa syarat. Semua senjata yang dirampas dari
polisi pun ditinggalkan.
Para PenyanderaBerdasarkan
keterangan Wiranto, ada 155 napi terlibat dalam insiden penyanderaan
tersebut. Wiranto juga mengatakan bahwa serbuan saat fajar untuk
mengatasi perlawanan merupakan hasil rapat koordinasi beberapa pemangku
kepentingan.
Sebelumnya diketahui tahanan teroris menguasai tiga
dari enam blok yang ada di Mako Brimob. Tiga blok yang dikuasai tahanan
teroris itu antara lain Blok A, B, dan C.
Senjata yang Sempat DikuasaiWakapolri
Komjen Syafruddin mengatakan narapidana kasus terorisme berhasil
merampas sejumlah senjata laras panjang dengan jangkauan 500 hingga 800
meter.
Sementara itu, Komandan Korps Brigade Mobil (Dankor
Brimob) Polri, Inspektur Jenderal Rudy Sufahriadi, mengatakan tahanan
sempat menguasai sejumlah bom sitaan tim Detasemen Khusus 88 Antiteror
Polri beberapa waktu silam.
Bom semula disimpan di ruang penyidik karena belum sempat diletakkan di gudang.
Pemindahan Napi TerorismeSetelah
insiden berakhir, kepolisian menyatakan 145 dari 155 narapidana kasus
terorisme yang menghuni Rutan Mako Brimob telah dipindahkan ke Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, sementara 10
sisanya ditahan.
Berdasarkan pemantauan CNNIndonesia.com di
lapangan, pada pukul 07.25 WIB ada sembilan bus Brimob yang melaju
kencang keluar dari Rutan Mako Brimob dan diduga membawa para narapidana
teroris tersebut.
Lalu Lintas DibukaSetelah nyaris 36 jam
ditutup, arus lalu lintas di Jalan Komjen. Pol. M. Jasin, Kelapa Dua,
Depok, Jawa Barat atau tepat di depan Markas Korps Brigade Mobil (Mako
Brimob) Polri telah kembali dibuka untuk umum sejak pukul 09.25 WIB.
Bukan Kerusuhan PertamaInsiden bentrok aparat dengan narapidana terorisme juga pernah terjadi pada 10 November 2017.
Peristiwa
itu bermula saat petugas rutan menemukan empat unit telepon seluler
milik tahanan kasus terorisme, yakni Juhanda, Saulihun, Kairul Anam, dan
Jumali, usai salat Jumat.
Salah satu tahanan tidak terima dan
memancing petugas dengan melontarkan ucapan yang tidak sopan sehingga
memicu reaksi tahanan dari blok lain.
Belum DiketahuiHingga
saat ini, belum diketahui otak serangan di balik insiden rusuh Mako
Brimob, dan bagaimana cara para narapidana terorisme mendapatkan akses
pada senjata.
Credit
cnnindonesia.com