Ilustrasi kapal selam. (Istimewa)
Jakarta - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) menargetkan tahun 2025 Indonesia bisa mempunyai purwarupa
(prototipe) kapal selam mini. Sebagai negara maritim Indonesia harus
menguasai teknologi bawah laut.
Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT
Wahyu W Pandoe mengatakan, penguasaan teknologi kapal selam melibatkan
banyak cabang keilmuan seperti desain kapal, mesin (
engine), baling-baling, dan persenjataan.
"Untuk desain kapal selam kita masih dalam tahap riset dan
pengembangan diharapkan kita bisa menguasai teknologinya dari kapal
selam awal, menengah hingga besar," katanya di sela-sela Seminar BPPT-
SAAB "Meraih Pertahanan yang Tangguh Melalui Teknologi Pertahanan Bawah
Air", Selasa (29/8).
Wahyu mengungkapkan, ada tahapan yang masih perlu dikuasai Indonesia.
Oleh karena itu berbagai peluang kerja sama dijajaki dalam transfer
teknologi untuk meningkatkan penguasaan teknologi.
Ia menambahkan, untuk bisa berhasil menguasai teknologi kapal selam
memang membutuhkan proses panjang. Butuh pula sinergi Kementerian
lembaga terkait.
"Konsorsium akan dibentuk dalam waktu dekat. Kita mulai penjajakan ke
Kementerian Pertahanan, TNI Angkatan Laut, PT PAL, ITB, ITS , UPN
Veteran dan beberapa perusahaan swasta untuk desain kapal," ucapnya.
Senior Engineer Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan BPPT
Mohamad Dahsyat mengungkapkan, tahun 2025 ditargetkan Indonesia
memiliki purwarupa kapal selam mini dengan panjang 30-32 meter, mampu
berada di kedalaman 150 meter, diawaki 11-12 orang dan bertahan 2-3 hari
di dalam air.
"Teknologi bawah air kompleks. Bagaimana bisa berlama-lama di air.
Kapal bisa layaknya siluman, mampu mendeteksi berbagai ancaman dan orang
yang di dalam kapal selam mampu bertahan lama, sehat, dan nyaman,"
papar Mohamad.
Saat ini sejumlah negara yang sudah menguasai kapal selam antara lain
Rusia, Amerika Serikat, Tiongkok, Prancis, Swedia, Jepang, dan Korea
Selatan.
Vice President Head of SAAB Indonesia Anders Dahl mengatakan,
Indonesia memiliki kesamaan dengan Swedia yang memiliki pulau-pulau.
Untuk itulah sangat penting bagi SAAB memberikan transfer pengetahuan
dan teknologi.
"Kami sudah menguasai teknologi bawah laut hingga pesawat tempur," ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, perusahaan pertahanan dan keamanan SAAB
kembali mengukuhkan komitmen jangka panjangnya untuk Indonesia melalui
perpanjangan kemitraan dengan BPPT.
Sebelumnya beberapa bidang teknologi yang pernah diulas SAAB bersama
BPPT antara lain informasi geospasial, peluru kendali, ancaman perang
elektronika (
electronic warfare), dan kali ini teknologi pertahanan bawah air.
Credit
beritasatu.com
Indonesia kembangkan kapal selam mini
Kapal
selam buatan Saab Kockums, Swedia, yang bersedia melakukan alih
teknologi untuk membantu pengembangan kapal selam mini Indonesia. (Saab)
Jakarta (CB) - Indonesia akan membentuk konsorsium untuk
mengembangkan kapal selam mini yang ditargetkan selesai pada 2025, kata
Deputi Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) bidang
Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, Wahyu W Pandoe
"Saat ini konsorsium tersebut sedang dijajaki dan akan dibentuk
dalam waktu dekat," katanya di sela Seminar BPPT-Saab "Meraih Pertahanan
yang Tangguh melalui Teknologi Pertahanan Bawah Air" di Jakarta,
Selasa.
Konsorsium yang akan melibatkan BPPT, TNI, PT PAL, ITS, ITB, PT
Risea, dan lembaga lain itu akan mengembangkan industri pertahanan bawah
laut guna membangun kemandirian bangsa.
Prototipe kapal selam mini tersebut rencananya dibangun dengan
dimensi 32 meter x 3 meter yang mampu menyelam di kedalaman 150 meter di
bawah laut selama 2-3 hari dengan kapasitas 11 awak.
"Ini hanya sasaran antara, tujuan berikutnya adalah mengembangkan
kapal selam ukuran besar jenis U209. Penguasaan teknologi bawah laut
sangat penting untuk negara maritim sehingga harus dimulai dari
sekarang," kata Wahyu.
Untuk mengembangkan kapal selam ini, BPPT mulai menjajaki kerja
sama dengan Saab, industri pertahanan Swedia yang bersedia melakukan
alih teknologi pertahanan bawah air.
Kepala Bagian Program dan
Anggaran Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan BPPT Dr
Fadilah Hasim mengatakan, Indonesia memiliki potensi besar untuk
menguasai teknologi bawah laut.
BPPT, ia menjelaskan, juga memiliki berbagai laboratorium yang
mendukung alih teknologi bawah laut seperti Balai Teknologi
Hidrodinamika, Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan
Aeroakustika, Balai Besar Kekuatan Struktur, Balai Teknologi Mesin
Perkakas Produksi dan Otomasi, Balai Teknologi Polimer dan Balai
Teknologi Termodinamika Motor Propulsi.
"Negara yang mengembangkan teknologi kapal selam tidak banyak di
dunia, misalnya AS, Rusia, Perancis, Jepang, dan Korea Selatan dan cukup
sulit untuk melakukan alih teknologi, khususnya negara anggota NATO.
Sedangkan Swedia karena bukan anggota NATO, sehingga lebih terbuka dalam
alih teknologi," katanya.
Manajer Teknologi Saab Kockums Swedia,
Roger Berg, mengatakan perusahaannya telah 100 tahun mendesain dan
memproduksi kapal angkatan laut dan telah 100 tahun mengembangkan kapal
selam serta sedang mengembangkan program kapal selam modern, A26 Kockum Class.
Teknologi kapal selam terbaru yang dikembangkan Swedia adalah
kemampuan tinggal di kedalaman laut dalam waktu lama dengan nyaman,
kemampuan dalam menghadapi tekanan dan kemampuan mendeteksi ancaman
serta penggunaan energi ramah lingkungan, kata Berg.
Credit
antaranews.com