Rabu, 27 Juli 2016

RIMPAC 2016 di Pearl Harbor, AS HEBAT! KRI Diponegoro Pimpin Latihan Anti Kapal Selam



Tampak Prajurit TNI AL dari atas anjungan KRI Diponegoro melakukan identifikasi visual saat latihan anti kapal selam di Hawaii, Amerika Serikat. FOTO: Dispen Koarmatim
Tampak Prajurit TNI AL dari atas anjungan KRI Diponegoro melakukan identifikasi visual saat latihan anti kapal selam di Hawaii, Amerika Serikat. FOTO: Dispen Koarmatim
HAWAI - Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Diponegoro-365 melaksanakan latihan Anti Kapal Selam (AKS) bersama kapal selam Korea Selatan, Chang Bo Go Class yaitu ROKS Lee Eok Gi dan dua unsur udara P3C Orion milik Jepang dan Amerika Serikat.
Latihan bersama ini merupakan rangkaian Latihan Bersama (Latma) Multilateral The Rim of Pacific (Rimpac) 2016 di Pearl Harbor, Hawaii, AS.
Kali ini, latihan dibagi dalam dua serial. Yaitu CASEX 1A dan CASEX 3A yang berlangsung selama 10 jam. KRI Diponegoro-365 berperan sebagai pemimpin latihan dalam kedua latihan tersebut.
Dalam CASEX 1A, KRI Diponegoro-365 melaksanakan latihan identifikasi visual kapal selam.

Kapal Selam Korea. FOTO: Dispen Koarmatim
CASEX 1A sendiri bertujuan untuk melatih skill pengawas anjungan dalam mengidentifikasi kapal selam musuh.
Selain itu, latihan ini juga ditujukan untuk melatih ketrampilan operator sonar dalam mendeteksi keberadaan kapal selam, baik dalam mode pasif maupun pendeteksian aktif.


Tak ketinggalan, Pusat Informasi Tempur (PIT) melaksanakan tracking visual dengan menggunakan LIROD untuk mengidentifikasi penampakan alat-alat angkat kapal selam.
Latihan ini berjalan dengan cukup lancar dan aman setelah sebelumya melaksanakan prosedur keamanan dengan menjalin komunikasi melalui telepon bawah air (underwater telephone/UWT) dan memancarkan echo sounder  secara terus-menerus.
"Latihan ini adalah kesempatan yang bagus bagi prajurit KRI Diponegoro-365, khususnya yang bertugas sebagai pengawas, karena jenis kapal selam Korea tersebut adalah sama dengan kapal selam yang sedang dipesan oleh TNI AL di Korea,” ujar Letkol Laut (P) Tunggul selaku Komandan KRI Diponegoro-365, di sela-sela briefing CASEX yang dilaksanakan di Pusat Informasi Tempur (PIT) KRI Diponegoro-365 sehari sebelum pelaksanaan latihan.
Pada serial latihan kedua CASEX 3A, tim Peperangan Bawah Air (PBA) KRI Diponegoro-365 diuji kapasitasya dalam mengendalikan pesawat udara AKS P3C Orion dalam mencari, mendeteksi, dan melaksanakan penyerangan kapal selam musuh yang diperankan oleh ROKS Lee Eok Gi.
Pengendalian secara close advisory control dilaksanakan setelah P3C Orion melaksanakan joining procedure.
Selanjutnya, KRI Diponegoro-365 selaku Antisubmarine Warfare Air Control Unit (ASWACU) memerintahkan pesud (pesawat udara) tersebut untuk menjatuhkan sonobuoy di titik-titik yang diperkirakan terdapat kapal selam musuh.
Setelah kontak kapal selam berhasil didapat, KRI Diponegoro melaksanakan manuver pendekatan sebagai Search Attack Unit (SAU) untuk melaksanakan simulasi penyerangan dengan menggunakan torpedo.
Proses identifikasi, klasifikasi, dan penyerangan dilaksanakan beberapa kali untuk melatih kesigapan tim PBA KRI Diponegoro-365 dalam prosedur AKS, sekaligus untuk melatih keterpaduan tindakan antara tim PIT dan tim anjungan.

"Dua serial CASEX yang telah dilakukan oleh KRI Diponegoro-365 ini adalah sebagai pemanasan sebelum menjalani latihan Theater Antisubmarine Warfare Exercise (TASWEX). Dalam TASWEX, KRI Diponegoro bertugas sebagai unsur kawal AKS CTF 170 dengan badan utama kapal induk Amerika Serikat CVN 74 USS John C. Stennis,” ujar Kadiv PBA KRI Diponegoro-365 Kapten Laut (P) Andromeda Windra Ciptadi seperti dilansir dalam siaran pers Dispen Koarmatim.
Hasil dari CASEX yang telah diikuti cukup memuaskan, ditandai dengan sigapnya seluruh personel yang terlibat dan kesiapan sonar dan UWT KRI Diponegoro-365.
Latihan CASEX tersebut dilaksanakan di sela-sela tahap laut latihan bersama RIMPAC 2016 yang dilaksanakan di Hawaii.
RIMPAC tahun ini melibatkan 45 kapal perang, 5 kapal selam, 200 pesawat udara, dan 25.000 personel, menjadikannya sebagai latihan Angkatan Laut bersama terbesar di dunia.

Credit  JPNN

NASA ingin merevolusi perjalanan udara dengan Proyek X


Pesawat X-57Image copyright NASA
Proyek X melahirkan sejumlah pesawat 'revolusioner' termasuk X-57 yang memakai tenaga listrik.
Dalam beberapa dekade terakhir desain pesawat terbang komersial nyaris tak mengalami perkembangan yang revolusioner.

Kita tak melihat pesawat tanpa sayap atau tanpa ekor atau pesawat yang mampu belok 180 derajat di udara.
Pesawat yang beroperasi dewasa ini juga masih dianggap terlalu bising dan tak terlalu ramah lingkungan.
Mungkin karena faktor-faktor inilah, badan antariksa Amerika Serikat, NASA, menghidupkan kembali proyek ‘Pesawat X’ yang dikembangkan setelah Perang Dunia II.
Ternyata, pesawat-pesawat yang dikembangkan proyek ini sangat eksotis, revolusioner, dan bisa jadi akan mengubah perjalanan udara di masa depan.
    Mari kita lihat beberapa pesawat udara yang lahir dari proyek ini.
    Yang pertama adalah Bell X-1, yang dirancang dengan menggandeng Angkatan Udara AS.
    Pesawat kecil dengan hidung runcing ini masuk dalam sejarah penerbangan karena saat diujicobakan di Gurun California Selatan pada 1947 berhasil terbang menyamai kecepatan suara atau sekitar 1.225 km/jam.
    Dalam dunia penerbangan, kecepatan ini biasa disebut Mach Satu.
    Dalam periode 60 tahun berikutnya, Proyek X melahirkan pesawat-pesawat hebat seperti X-13 yang bisa lepas landas secara vertikal, yang membuatnya disebut vertijet.

    Pegang rekor

    Pesawat Bell-X1Image copyright NASA
    Pesawat Bell-X1 bisa terbang dengan kecepatan sekitar 1.225 km/jam atau menyamai kecepatan suara. 
     
    Kemudian ada X-31A, pesawat militer yang bisa berbelok 180 derajat di udara.
    Ini luar biasa karena pesawat konvensional akan terpental jika coba-coba melakukan manuver tersebut.
    Pesawat X-43A sementara ini memiliki bobot yang lebih ringan karena tak harus membawa oksigen untuk membakar avtur. Lantas, dari mana oksigen didepat?
    Para perancang X-43A mendapatkan oksigen dengan menghisap oksigen di atmosfir ketika pesawat berada di udara.
    Ketika diujicobakan, X-43A adalah pesawat tercepat di muka Bumi setelah berhasil melaju sembilan kali kecepatan suara atau 7.310 mil/jam.
    X-43A digantikan oleh X-51A yang sampai sekarang memegang rekor sebagai pesawat dengan penerbangan supersonik terlama.
    Persoalannya adalah, pesawat-pesawat yang terbang menyamai atau melebihi kecepatan suara ini punya satu kelemahan besar: sangat bising.
    Sebegitu bisingnya sampai muncul protes dari publik ketika Angkatan Udara melakukan sejumlah uji coba penerbangan supersonik pada 1950-an dan 1960-an.
    Pada 1967, hanya dalam periode tiga bulan, Angkatan Udara harus mengeluarkan kompensasi sebesar US$3,8 juta untuk warga yang mengajukan keberatan.
    Itulah sebanya, NASA mencoba untuk mencari solusi atas teknologi abad ke-20 tersebut.

    Dobrak batasan penerbangan


    Pesawat masa depan rancangan NASAImage copyright NASA
    Pesawat masa depan rancangan NASA diharapkan bisa membawa penumpang dari London ke New York kurang dari tiga jam. 
     
    Intinya adalah menciptakan pesawat supersonik yang tidak bising atau Quiet Supersonic Technology (QueSST).
    Bunyi dahsyat (mirip petir) yang menyertai pesawat supersonik diakibatkan oleh gelombang kejut (shockwave), yang muncul ketika pesawat terbang di udara.
    Penelitian di terowongan angin menunjukkan, desain pesawat bisa meminimalkan bunyi dahsyat tersebut.
    Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) belum mengeluarkan rinciannya, tapi desain awal mencakup menghapus sayap konvensional dengan sayap yang menyatu dengan bodi pesawat, mirip dengan ikan pari manta ray.
      NASA juga berambisi mengurangi jejak karbon dengan harapan memangkas konsumsi bahan bakar hingga setengahnya dan emisi karbon hingga 75%.
      X-57 sementara itu akan menjadi pesawat listrik murni yang pertama di dunia.
      Tenaga X-57 berasal dari 14 motor yang menggunakan sumber energi terbarukan.
      Tim perancang menamai X-57 Maxwell sebagai penghormatan kepada James Clerk Maxwell, bapak fisika modern.
      Semua penelitian ini bagi NASA adalah kesempatan untuk mendobrak batasan penerbangan.
      Bagi publik secara umum dan pemakai jasa perjalanan udara, tentu saja ini adalah perkembangan yang sangat menggembirakan.
      Siapa yang tak ingin bisa terbang dari London ke New York hanya dalam waktu kurang dari tiga jam?




      Credit  BBC






      Palestina berencana tuntut Inggris terkait imigrasi kaum Yahudi


       Riad Malki, AFP Getty   
      Menteri Riad Malki mengatakan Deklarasi Balfour tersebut mendorong imigrasi besar-besaran kaum Yahudi ke Palestina. 
       
      Para pejabat Palestina mengatakan mereka berencana untuk menuntut Inggris terkait Deklarasi Balfour 1917 yang menjabarkan visi atas tanah air bagi kaum Yahudi di Palestina.
      Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Maliki, mengatakan dokumen tersebut mendorong imigrasi besar-besaran kaum Yahudi ke Palestina, "sehingga merugikan warga Palestina".
        Al-Maliki mengatakan tuntutan perkara ini akan diajukan di Mahkamah Internasional.
        Israel mendeklarasikan kemerdekaannya pada 1948 setelah dokumen mandat Inggris yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour 1917, berakhir.

        Tanggung jawab Inggris

        Dalam pidatonya di KTT Liga Arab di Mauritania pada Senin (25/07), Al-Maliki mengatakan Inggris bertanggung jawab atas semua 'kejahatan Israel' sejak berakhirnya mandat itu pada 1948.
        "Sudah hampir satu abad berlalu sejak dikeluarkannya Deklarasi Balfour pada 1917," ujar Al-Maliki sebagaimana dikutip kantor berita Palestina, Wafa.
        "Dan berdasarkan janji buruk ini maka ratusan ribu kaum Yahudi pindah dari Eropa dan dari tempat lain ke Palestina dengan mengorbankan warga Palestina yang orang tua dan kakek-neneknya telah hidup selama ribuan tahun di tanah airnya."
        Inggris tidak memberikan komentar terbuka terkait masalah ini.
        Sementara itu Menteri Keamanan Masyarakat Israel, Gilad Erdan, mengatakan pernyataan Palestina tersebut "terdengar aneh, tetapi arahnya tidak kebetulan".
        "Para pemimpin Palestina tidak pernah tertarik pada perdamaian sudah sejak lama," kata Erdan seperti dikutip koran Israel, Haaretz.




        Credit BBC