MOSKOW
- Perdana Menteri (PM) Rusia Dmitry Medvedev pada Senin (6/8/2018)
memperingatkan Georgia untuk tidak masuk dalam keanggotaan NATO.
Menurutnya, jika aksesi Georgia ke NATO terjadi, maka konflik
mengerikan yang mengarah pada konsekuensi bencana tak bisa terelakkan.
Peringatan PM Medvedev itu muncul dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Kommersant FM, yang dikutip kantor berita TASS.
Dia menunjukkan bahwa konflik bersenjata tahun 2008 antara Georgia dan Ossetia Selatan, yang juga melibatkan Rusia, dapat dicegah.
"Itu tidak bisa dihindari," ucap Medvedev mengacu pada konsekuensi jika Georgia bergabung dalam keanggotaan NATO.
Pada 12 Juli lalu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengulangi niat aliansi untuk memberikan keanggotaan pada Georgia. Namun, dia tidak mengatakan kapan itu bisa terjadi.
Pada KTT NATO 2008 yang diadakan di Ibu Kota Rumania, Bucharest, negara-negara anggota NATO berjanji bahwa Ukraina dan Georgia akan bergabung dengan aliansi itu pada masa depan.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa Moskow akan melihat ekspansi lebih lanjut dari NATO termasuk aksesi Georgia dan Ukraina, sebagai hal yang sangat negatif.
Peringatan PM Medvedev itu muncul dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Kommersant FM, yang dikutip kantor berita TASS.
Dia menunjukkan bahwa konflik bersenjata tahun 2008 antara Georgia dan Ossetia Selatan, yang juga melibatkan Rusia, dapat dicegah.
"Itu tidak bisa dihindari," ucap Medvedev mengacu pada konsekuensi jika Georgia bergabung dalam keanggotaan NATO.
Pada 12 Juli lalu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengulangi niat aliansi untuk memberikan keanggotaan pada Georgia. Namun, dia tidak mengatakan kapan itu bisa terjadi.
Pada KTT NATO 2008 yang diadakan di Ibu Kota Rumania, Bucharest, negara-negara anggota NATO berjanji bahwa Ukraina dan Georgia akan bergabung dengan aliansi itu pada masa depan.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa Moskow akan melihat ekspansi lebih lanjut dari NATO termasuk aksesi Georgia dan Ukraina, sebagai hal yang sangat negatif.
Credit sindonews.com