Kamis, 23 Agustus 2018

Kanada Kutuk Saudi soal Rencana Eksekusi Aktivis


Kanada Kutuk Saudi soal Rencana Eksekusi Aktivis
Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland. (AFP PHOTO / NICHOLAS KAMM)


Jakarta, CB-- Kanada mengutuk rencana terbaru Arab Saudi untuk mengeksekusi mati aktivis perempuan Israa al-Ghomgham yang telah divonis bersalah melakukan kegiatan terorisme seperti mendukung protes anti-pemerintah.

Melalui juru bicaranya, Adam Austen, Menteri Luar Negeri Chrystia Freeland mengatakan "Kanada masih sangat khawatir terkait penahanan aktivis yang dilakukan pemerintah Saudi."

"Seperti yang sudah dikatakan Menlu Freeland, Kanada mengecam penahanan aktivis perempuan di Saudi," kata Austen melalui pernyataan, Kamis (23/8).



"Kekhawatiran ini terus mengarah pada pemerintah Saudi. Kanada akan selalu membela dan menjaga perlindungan HAM, termasuk hak dan kebebasan perempuan di seluruh dunia."


Dua kelompok pemerhati HAM mengatakan kepada Bussiness Insider bahwa Saudi tengah mempersiapkan eksekusi Ghomgham. Jika hal ini terjadi, Ghomgham akan menjadi perempuan pertama yang dieksekusi karena aktivitasnya.

Perempuan 29 tahun itu ditahan bersama suaminya pada 2015 lalu karena mendukung aksi damai memprotes pemerintahan Raja Salman. Akibat aktivitasnya itu, pemerintah memvonis Ghomgham hukuman mati.

Kelompok pemerhati HAM, Human Rights Watch, mengatakan hingga kini ada lima aktivis HAM yang ditahan selama lebih dari dua tahun tanpa advokasi hukum dan terancam hukuman mati. Para aktivis tersebut akan menghadapi sidang berikutnya pada 28 Oktober mendatang.

Sebelumnya, kantor berita Rusia, Sputnik, bahkan mengindikasikan Saudi telah Ghomgham. Meski begitu, media tersebut menyatakan laporan tersebu masih prematur.

Saudi terus menjadi sorotan kelompok HAM dan negara Barat terkait penahanan para aktivis, termasuk Kanada. Kedua negara masih terlibat kisruh diplomatik akibat proses hukum yang dihadapi para aktivis Saudi tersebut.

Cekcok kedua negara bermula dari protes yang dilontarkan Kanada terhadap Kerajaan Saudi. Ottawa berulang kali menuntut Riyadh membebaskan sejumlah aktivis yang masih ditahan.

Tuntutan Kanada tersebut dianggap pemerintahan Raja Salman sebagai bentuk "campur tangan" atas masalah dalam negerinya. Selain mengusir duta besar Kanada, Riyadh juga turut menarik duta besarnya di Ottawa.

Tak hanya itu, Saudi bahkan memutus hubungan dagang dan kerja sama pendidikan dengan Kanada. Maskapai Saudi Arabia juga dilaporkan menyetop penerbangan langsung dari dan menuju Ottawa akibat kisruh ini.

Kerajaan juga disebut berencana memulangkan seluruh warga Saudi yang tengah melakukan perawatan medis di Kanada. Saudi menolak untuk mediasi dengan Kanada sampai negara di Amerika Utara itu "memperbaiki kesalahannya."






Credit  cnnindonesia.com