Selasa, 16 Februari 2016

Utang KA Cepat Gunakan Yuan, China Diyakini Pangkas Dominasi Dollar AS



 
ED Jones / AFP Sebuah kereta api cepat China memasuki stasiun Provinsi Hebei.
 
 
JAKARTA, CB - Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) meyakini proyek kereta cepat menjadi upaya China mengurangi dominasi dollar AS di Indonesia secara pelan-pelan.

Menurut Manager Advokasi Fitra, Apung Widadi, upaya China itu bisa terlihat dari pinjaman untuk proyek KA cepat yang tak hanya dalam bentuk dollar AS tapi juga yuan.

"Indonesia yang akan jadi sentralnya (dominasi yuan)," ujar Apung d Kantor Seknas Fitra, Jakarta, Senin (15/2/2016).

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung akan menelan biaya 5,5 milliar dollar AS atau Rp 76,4 triliun (kurs 13.900). Mayoritas dana proyek berasal dari utang luar negeri yang berasal dari China Development Bank (CDB) yakni 75 persen atau Rp 57 triliun.

Nantinya, pinjaman dari CDB terdiri dari dua pinjaman yakni pertama 63 persen pinjaman dalam dollar AS dengan bunga 2 persen per tahun.

Kedua pinjaman dalam bentuk renmimbi (yuan) sebesar 37 persen dengan bunga 3,64 persen per tahun. CDB memberikan jangka waktu pengembalian utang itu hingga 40 tahun dengan jangka waktu 10 tahun. Tingkat suku bunga yang kecil itu juga dipertanyakan oleh Fitra.

"Bunga 2 persen cukup aneh itu sangat rendah sekali. Ada apa di balik bunga rendah?" kata Apung.

Sementara itu, sisa 25 persen atau Rp 19 triliun dana proyek berasal dari modal PT kereta cepat Indonesia China (KCIC). Itu pun dibagi dua yakni PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) 15 persen dan China Railway Corporation sebesar 10 persen.

Seperti diketahui, proyek KA cepat Jakarta-Bandung merupakan proyek bisnis murni antara BUMN Indonesia dan China. Proyeknya diperkirakan sekali pada akhir 2018 dan bisa beroperasi pada awal 2019.



Credit  KOMPAS.com