Sejumlah negara besar dunia, termasuk
AS, tengah menekan Rusia untuk menghentikan pengeboman di Suriah,
utamanya di sekitar Aleppo. (Reuters/Ministry of Defence of the Russian
Federation/Handout)
"Kami akhir-akhir ini telah mendengar saran dari Pentagon soal perlunya mengubah strategi kami di Suriah untuk 'membantu' Amerika Serikat mencapai transisi politik kekuasaan di sana. Kami mengingatkan para penasihat bahwa tujuan operasi kami di Suriah adalah untuk menghancurkan terorisme secara langsung yang jelas mengancam keamanan negara kita dan dunia," kata Konashenkov, dikutip dari kantor berita TASS, Kamis (11/2).
Sejumlah negara besar dunia, termasuk AS, tengah menekan Rusia untuk menghentikan pengeboman di Suriah, utamanya di sekitar Aleppo untuk mendukung upaya pemerintah Suriah untuk merebut kembali kota tersebut dari cengkraman militan ISIS.
Rusia sendiri dilaporkan telah memberikan proposal untuk menerapkan gencatan senjata pada 1 Maret mendatang, namun Washington memiliki sejumlah keberatan dalam proposal itu sehingga kesepatakan untuk memulai gencatan senjata belum tercapai, menurut laporan Reuters.
Konashenkov mencatat bahwa semua isu politik dalam perang saudara di Suriah harus diselesaikan oleh warga Suriah sendiri dengan upaya mediasi internasional, "tidak dalam tahapan-tahapan, tetapi melalui meja perundingan."
"Kami tidak pernah dan tidak akan pernah memiliki 'strategi' lainnya," tutur Konashenkov.
"Kami telah melihat jelas selama lima tahun terakhir hasil strategi Washington atas 'transisi politik' di Timur Tengah yang berdekatan dengan perbatasan Rusia. Alih-alih 'kemenangan demokrasi', yang terjadi adalah kerusakan, [pertumpahan] darah, pengungsi di mana-mana," katanya melanjutkan.
"Apakah ini alasan sejumlah strategi asing sekarang berbicara soal perlunya meluncurkan operasi darat di Suriah dan Libya? Mungkin para penasehat ini harus berhenti membuat kesalahan yang sama?" ujar Konashenkov.
Rusia sendiri menuduh pesawat AS telah membombardir kota Aleppo di Suriah pada Rabu (10/2), dan menegaskan bahwa pesawat Rusia belum beroperasi di wilayah itu. Tuduhan ini merupakan upaya untuk menampik tuduhan sebaliknya yang dilontarkan Pentagon, bahwa Rusia dan pasukan Suriah menghancurkan dua rumah sakit utama di Aleppo pada Rabu melalui serangan udara.
Menegaskan tampikan atas tuduhan tersebut, Konashenkov menyatakan "hanya pesawat dari koalisi anti-ISIS yang terbang di atas kota kemarin," merujuk kepada koalisi serangan udara internasional pimpinan AS.
Sementara itu, dikutip dari Sputniknews, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim serangan udara mereka berhasil menghancurkan 1.900 fasilitas teroris di Suriah, pada periode 4-11 Februari 2016.
Rusia juga mengklaim serangan dari pesawat Su-25 berhasil menghancurkan 9 truk amunisi di Latakia, yang menyebabkan 40 teroris tewas.
Credit CNN Indonesia