Ilustrasi (morgueFile/taliesin)
Hari ini, Rabu (10/2), para menteri pertahanan dari negara anggota NATO akan bertemu di Brussels untuk mendiskusikan rencana signifikan baru untuk memperkuat wilayah Baltik, Eropa tengah hingga selatan dari serangan pasukan Rusia.
Seperti dilansir The Telegraph, pasukan pengaman tersebut dapat terdiri dari satu batalion yang terdiri dari 500-1.000 tentara. Mereka akan dikirim ke Estonia, Latvia, Lithuania, Polandia, Romania, dan Bulgaria.
Anggota pasukan tersebut kemungkinan besar mencakup tentara dari Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman, untuk menunjukkan kepada Rusia bahwa intervensi seperti di Ukraina akan memicu respons kuat dari kekuatan Barat yang tergabung dalam NATO.
Pengiriman pasukan ini merupakan bagian dari rencana kerja sama pertahanan NATO yang mencakup memperkuat kemampuan intelijen, persiapan penguatan unit garda depan dari Eropa Barat dalam keadaan darurat, dan menyediakan pelatihan guna menguatkan negara rentan melindungi diri.
"Agar jelas. Agar Rusia mengetahui bahwa jika mereka mencoba sesuatu di republik Baltik atau Polandia, atau Romania, atau Bulgaria, mereka akan berhadapan dengan tentara Inggris, atau Amerika, atau Jerman," ujar seorang sumber anonim dari NATO.
Sementara itu, pihak pertahanan berharap penerjunan pasukan ini juga dapat membuat pemerintah negara Eropa timur tak mengabaikan ancaman Rusia yang dapat menjelma dalam berbagai bentuk.
Di Ukraina, upaya serangan tersebut termasuk dengan cara protes dari kelompok separatis yang berbicara bahasa Rusia. Aksi tersebut ditindaklanjuti dengan pencaplokan bandara dan gedung-gedung pemerintahan oleh pasukan khusus.
Menanggapi rencana ini, beberapa politisi Polandia bahkan mengatakan ingin kembali ke situasi saat Perang Dingin, di mana puluhan ribu tentara Amerika dengan senjata beratnya ditempatkan secara permanen di garda depan.
Duta Besar Inggris untuk NATO, Adam Thomson, mengatakan bahwa rencana ini merupakan pendekatan "kembali ke masa depan." Maksudnya, NATO kembali ke prinsip dasar pendirian pertahanan bersamanya, tapi dengan cara lebih modern.
"Para menteri, saya pikir, sepakat untuk menerima pendekatan sangat inovatif yang sangat berbeda dengan Perang Dingin. Ini merupakan cara NATO meyakinkan diri sendiri bahwa kami dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan wajib dilakukan sesuai perjanjian, yaitu melindungi anggota," tutur Thomson.
Credit CNN Indonesia