Kamis, 11 Februari 2016

Bertemu Pemimpin ASEAN, Obama Akan Bahas Laut China Selatan


Bertemu Pemimpin ASEAN, Obama Akan Bahas Laut China Selatan  
China membangun Kepulauan Spratly di wilayah LCS yang disengketakan pula oleh Brunei, Malaysia, Vietnam, Taiwan, dan Filipina. (U.S. Navy/Handout)
 
Jakarta, CB -- Presiden Barack Obama akan melontarkan komentar pedas mengenai Laut China Selatan (LCS) dalam pertemuan antara negara-negara Asia Tenggara anggota ASEAN dan Amerika Serikat pekan depan.

Menurut wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Ben Rhodes, Obama akan mengatakan bahwa sengketa di LCS harus diselesaikan secara damai sesuai norma internasional, bukan dengan intimidasi negara besar terhadap negara-negara kecil. Rhodes menyiratkan bahwa negara besar tersebut adalah China mengklaim perairan yang diduga kaya minyak dan gas itu.

"[Pertemuan ini akan membahas] pentingnya menghindari upaya penyelesaian sengketa tersebut melalui satu negara, bangsa lebih besar, mengintimidasi yang lebih kecil," ujar Rhodes seperti dikutip Reuters.

Meskipun China tidak akan hadir dalam pertemuan tersebut, Rhodes memastikan bahwa kegiatan Beijing di LCS akan menjadi poin panas Obama dalam diskusi.

China melakukan reklamasi dan pangkalan militer di Kepulauan Spratly di perairan LCS yang sarat kekayaan alam dan disengketakan pula oleh Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam, Taiwan, dan Filipina.

Obama akan menekankan bahwa pembangunan kepulauan tersebut hanya akan berujung pada penggunaan militer.

"Presiden akan meminta semua pihak bersengketa untuk berhenti membangun lahan reklamasi, konstruksi fasilitas baru, dan tidak melakukan militerisasi di Laut China Selatan," ujar penasihat urusan Asia untuk Obama, Dan Kritenbrink.

Menurut Rhodes, Obama juga akan secara spesifik membahas keprihatinan terhadap uji coba penerbangan di landasan pacu Fiery Cross Reef yang terletak di Kepualauan Spratly.

Dalam pertemuan ini, Obama diperkirakan bakal meyakinkan para pemimpin negara anggota ASEAN mengenai visinya terhadap China. Kendati demikian, para pengamat menganggap Obama akan mendapat tanggapan beragam.

Filipina dan Vietnam memang terlihat sangat keras terhadap China. Namun, Kamboja dan Laos tampak enggan berkonfrontasi dengan China.

AS sendiri sudah beberapa kali mengirimkan kapalnya ke LCS untuk melakukan patroli rutin atas nama kebebasan berlayar di perairan internasional. Namun pada Januari lalu, kapal Angkatan Laut AS dilaporkan berlayar sanga dekat dengan batas 12 mil dari perairan yang diklaim China.

Apapun yang akan dibicarakan, para pejabat AS memastikan bahwa pertemuan ini bukan untuk menekan China, melainkan meningkatkan kerja sama ekonomi dan keamanan dengan ASEAN sesuai dengan kebijakan "penyeimbangan kembali" kawasan Asia Pasifik.

Dalam kesempatan yang sama, Obama juga akan mengingatkan kembali para pemimpin negara anggota ASEAN untuk meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara terkait program nuklir dan rudalnya.

AS berulang kali meminta China sebagai sekutu terdekat Korut untuk memainkan peran lebih besar untuk mengatasi masalah ini.

"Kami sudah melakukan pendekatan kepada China dengan dasar bahwa kami memiliki kepentingan yang sama dalam prinsip upaya denuklir dan mencegah eskalasi di semenanjung Korea," kata Rhodes.

Namun hingga kini, AS dan China belum melakukan pertemuan untuk menentukan seberapa kuat seharusnya respons terhadap Korut. washington mendesak adanya pendekatan hukuman keras, sementara China menekankan pentingnya dialog.


Credit  CNN Indonesia