Hubungan perdagangan China - Indonesia meningkat empat kali lipat.
Seorang investor memperhatikan laju pergerakan saham di papan elektronik di Beijing, China. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
"Banyak kalangan tengah menaruh perhatian atas perkembangan di pasar saham Tiongkok. Namun saya harap situasi ini tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan," kata Wakil Duta Besar China untuk Indonesia, Sun Weide di sela-sela acara Buka Puasa di Kedutaan Besar China dengan kalangan media massa Indonesia di Jakarta, Kamis malam, 9 Juli 2015.
Sun menegaskan, Pemerintah China tidak akan membiarkan gejolak di pasar sahamnya jadi memburuk dan sampai mengganggu perekonomian.
"Kami negara besar, punya penduduk 1,3 miliar jiwa. Bila terjadi gangguan [ekonomi], maka tidak hanya berdampak pada dalam negeri, namun juga berpengaruh dengan yang lain," ujar diplomat yang baru bertugas di Jakarta ini.
Sejalan dengan komentar Sun, otoritas berwenang di China pun sudah mengambil sejumlah langkah untuk mengatasi gejolak harga saham. Salah satunya, menurut BBC, Kamis 9 Juli 2015, investor yang memiliki saham lebih dari 5 persen tidak diperbolehkan untuk menjual sahamnya dalam enam bulan ke depan. Aturan baru ini dibuat untuk mengurangi tekanan pada pasar saham di Tiongkok.
Sun sebelumnya juga menegaskan bahwa hubungan ekonomi dan perdagangan China-Indonesia mengalami perkembangan yang pesat.
"Pada tahun 2014, nilai perdagangan bilateral kedua negara mencapai US$63,8 miliar. Ini empat kali lipat dibandingkan sepuluh tahun lalu," kata Sun.
Lalu, pada tahun 2014, nilai investasi non-moneter Tiongkok kepada Indonesia sebanyak US$10,5 miliar, menduduki urutan pertama dari sepuluh negara ASEAN dan bertumbuh 37,6% dari tahun sebelumnya. Sampai April tahun ini pun nilai investasi Tiongkok di Indonesia mencapai US$4,22 miliar.
"Kerja sama kedua negara di bidang maritim, moneter, telekomunikasi, dan lain-lain juga berkembang pesat."
Credit VIVA.co.id