Selasa, 14 Juli 2015

Mengingat Kembali Si Supersonik 'Almarhum' Concorde


Mengingat Kembali Si Supersonik 'Almarhum' Concorde 
 Pesawat Concorde (Dok. commons.wikimedia.org)
 
 
Jakarta, CB -- Spike Aerospace sedang mengembangkan pesawat komersial yang mampu melebihi kecepatan suara atau setara dengan jet tempur. Tapi sejarah mencatat, sebelumnya sudah ada pesawat penumpang yang mampu mencapai kecepatan supersonik itu, yaitu Concorde.

Concorde yang diproduksi bersama antara perusahaan Aerospatiale dan British Aircraft Corportation (BAC) itu beroperasi sejak 1976, sebelum mengalami kecelakaan pada 2000. Sejak November 2003, operasinya dihentikan.


Concorde melayani jalur penerbangan trans-atlantik, dari London dan Paris ke New York, Washington, dan Barbados. Dari total 20 pesawat yang pernah dibuat, tujuh unit masing-masing dioperasikan oleh Air France dan British Airways.

Sebagai pesawat supercepat, Concorde yang bersayap “ogival delta” memiliki empat mesin Olympus yang juga dipakai di pesawat pengebom Avro Vulcan milik Angkatan Udara Inggris. Dikombinasikan dengan desain buritan tanpa ekor (tailless), ia mampu terbang maksimum Mach 2,04 atau setara dengan maksimal 2.179 km/jam.

Di zamannya, Concorde menjadi pesawat penumpang pertama yang menerapkan teknologi sistem kontrol penerbangan fly-by-wire. Pergerakan pesawat diubah jadi sinyal elektronik dan antarmuka elektronik untuk pengontrolan penerbangan.

Untuk mengurangi drag atau hambatan udara, antara lain dengan penerapan bentuk moncong yang dinamai Droop nose. Hidung Concorde berbentuk menukik ke bawah. Ini membantu meningkatkan aerodinamika dan pilot bisa melihat dengan mudah saat melakukan taxi, take-off, atau mendarat.

Tapi semua kehebatan itu seperti sirna saat Concorde mengalami kecelakaan pada 25 Juli 2000. Pesawat Air France bernomor penerbangan 4590 jatuh di Gonesse, Prancis, setelah take-off dari bandar udara Charles de Gaulle, Paris, menuju bandara John F. Kennedy, New York.

Sebanyak 100 penumpang dan sembilan kru tewas. Meski hanya itu satu-satunya kecelakaan fatal yang melibatkan Concorde, pada 2003 Air France dan British Airways memutuskan pesawat supercepat itu pensiun dini.

Membandingkan dengan S-512, pesawat yang satu ini sepertinya takkan dioperasikan sebagaimana Concorde. Pabrikannya menyatakan, pesawat supersonik nan mewah ini bakal beroperasi sebagai jet bisnis. Kapasitasnya hanya 18 penumpang.

Insinyur di Spike Aerospace mengklaim pesawat S-512 itu mampu terbang dalam kecepatan maksimum Mach 1,8 atau 2.205 km/jam.

Kecepatan ini 1,8 kali kecepatan suara. Sebagai pembanding, pesawat Boeing 747 komersial yang tercepat ‘hanya’ mampu mencapai 1.126 km/jam. Kalau S-512 benar-benar dibangun dengan kecepatan itu, maka kecepatannya setara dengan pesawat jet tempur F-18 Hornet.

Dengan kecepatan seperti itu, S-512 mampu menerbangkan penumpang dari New York ke London hanya dalam waktu 3 jam. Atau terbang dari Paris ke Dubai, untuk berbelanja dan menikmati hiburan, kemudian kembali untuk makan malam.

Credit  CNN Indonesia