Seorang pria membawa kertas bertuliskan "Saya
Charlie" saat mengikuti aksi solidaritas bagi korban penembakan di
kantor majalah satir Charlie Hebdo di lapangan Republique, Paris,
Prancis, 7 Januari 2015. 12 orang tewas dalam penyerangan kantor majalah
yang dikenal kerap mencerca Islam dan agama lainnya. REUTERS/Youssef
Boudlal
CB, Paris
- Pejabat keamanan top di Prancis mengungkapkan kepada media bahwa
pemerintah telah mengusir 12 mubaligh radikal sejak awal tahun 2015.
Dengan demikian, ujar pejabat yang tak bersedia disebutkan namanya,
jumlah total ulama yang diusir mencapai 40 orang sejak 2012.
Menteri Dalam Negeri Bernard Cazenueve mengatakan kepada Europe 1 bahwa Prancis tidak akan toleransi terhadap mubaligh yang berlaku kasar.
Keterangan tersebut disampaikan tiga hari setelah Yassin Salhi dituding memenggal kepala bosnya dan mencoba meledakkan pabrik gas milik Amerika Serikat. "Kami bersumpah akan menekan masjid dan mubaligh yang menyebarkan kebencian," ucap Cazenueve kepada media, Senin, 29 Juni 2015.
Dia menegaskan, ulama asing yang menebar kebencian akan dideportasi termasuk sejumlah masjid sedang dalam investigasi karena menggelorakan terorisme. Jika hal tersebut ditemukan, kata Cazenueve, masjid tesebut akan ditutup.
Credit TEMPO.CO