Jumat, 16 Januari 2015

JS Takanami, kapal anti-kapal selam andalan Jepang




 
Pencarian AirAsia QZ8501. ©AFP PHOTO/Pool

CB - Dua kapal perang Jepang turut serta dalam pencarian dan evakuasi korban AirAsia QZ8501, antara lain JS Onami dan JS Takanami yang dibuat galangan kapal Mitsubishi Heavy Industries. Dua kapal ini bagian dari program Takanami Class Destroyer dan mulai dirakit pada medio 2000-2004, yang merupakan proyek lanjutan generasi sebelumnya, Murasame.

Kapal perang kebanggaan Jepang, JS Takanami dan JS Onami berada di bawah komando Divisi Keenam Pasukan Bela Diri Laut Jepang (JMSDF) itu telah berada di Selat Karimata sejak Sabtu (3/1). Sebelum tancap gas menuju perairan Indonesia untuk membantu pencarian AirAsia QZ8501, kedua kapal ini sedang berpatroli di perairan Afrika.

Kedua kapal penghancur ini dioperasikan untuk memerangi pembajakan di perairan Somalia. Selama membantu pencarian AirAsia, kapal ini berhasil menemukan sebuah jaket penyelamat dan satu jenazah AirAsia QA8501.


Pembuatan JS Takanami dilakukan sejak 25 April 2000, dan mulai menjalankan bertugas di Angkatan Laut Jepang sejak 12 Maret 2003. Kapal dengan bobot 6.300 ton ini mampu menampung 175 awak kapal, dan kemampuan ngebut maksimal sampai 56 km/jam (30 knots).

Kapal ini dilengkapi sebuah landasan untuk menampung helikopter SH-60 Seahawk. Selain itu, keikutsertaan teknologi khas Jepang seperti perangkat Radar tempur (OPS-25B), Radar tipe pencarian permukaan (OPS-28D), Radar navigasi (OPS-20), Radar sonar (OQS-5), dan Radar sonar derek (UQR-2). Semua alat canggih tersebut penggunaannya dimaksimalkan oleh JMSDF Jepang, untuk membantu menemukan pesawat AirAsia QZ8501 di sekitar lokasi pencarian.

Dari segi pengalaman, JS Takanami ini pernah ditugaskan ke Samudera Hindia pada Agustus 2004, untuk membantu pasukan koalisi anti-teroris di Afghanistan dalam Operasi Enduring Freedom. Setelah melaksanakan misi tersebut, dalam perjalanan pulang ke Jepang, awak kapal dikejutkan oleh peristiwa gempa dan tsunami di Samudra Hindia pada Desember 2004, dan membuatnya ditugaskan ke Thailand untuk ikut dalam operasi penyelamatan dan pemulihan internasional.

Sejak Oktober 2009, Takanami bersama JS Hamagiri dikirim ke pantai Somalia untuk ikut operasi pengawalan anti-pembajakan. Kapal ini juga pernah dikirim JMSDF untuk berpartisipasi dalam misi bantuan bagi bencana gempa dan tsunami di Tohoku 2011, dan berhasil menyelamatkan 32 orang.

Sementara itu kapal perang Jepang yang ikut dalam misi SAR AirAsia QZ8501 adalah JS Onami, kapal sejenis yang juga seangkatan dengan JS Takanami. Samurai laut milik jepang ini memiliki spesifikasi volume, daya tampung muatan, jumlah awak, dan kecepatan maksimal yang sama persis dengan kembarannya JS Takanami.


Credit Merdeka.com

Marsekal Madya TNI Agus Supriatna Resmi Pimpin TNI AU

CB, Jakarta Marsekal Madya Agus Supriatna (kiri) resmi menjabat sebagai KASAU, Jakarta, Kamis (15/1/2015).

 Credit  Liputan6.com


Kunci KSAU Agus Supriatna Majukan TNI AU

CB, Jakarta - Marsekal Madya Agus Supriatna resmi menjadi Kepala Staf TNI AU. Agus menggantikan Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia yang telah memasuki masa pensiun.

Menghadapi tantangan besar dalam tugasnya, antara lain memajukan TNI AU dan menghadapi kompetisi kedaulatan wilayah udara dan akses ekonomi, khususnya di wilayah Laut Cina Selatan, Agus menegaskan hal tersebut tidaklah sulit.

Menurut Agus, demi memajukan TNI AU cukup menjalankan 7 kebijakan Panglima TNI. "Kalau saya tidak sulit dan itu mudah sekali, yaitu 7 kebijakan Panglima TNI. Tinggal saya implementasikan saja," ujar Agus dalam serah terima jabatan KSAU di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Kamis (15/1/2015).

Perlu diketahui, Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko pernah menyampaikan 7 pokok kebijakan yang akan dilakukan jajarannya pada 2015, saat melaksankan rapat pimpinan dengan para menteri Desember lalu.

7 Pokok kebijakan yang dimaksud Agus yakni pertama, penguatan kapasitas dan kapabilitas intelijen TNI. Menjelaskan hal ini, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko pernah mengatakan, meningkatkan interoperabilitas (dapat lintas operasi) pada aspek perencanaan kegiatan maupun operasi intelijen dengan tetap memperhatikan potensi ancaman dan kemampuan alutsista.

Kedua, membangun interoperabilitas satuan operasi TNI dan manajemen operasi TNI. Ketiga, membangun kompetensi sumber daya TNI. Hal ini antara lain dilakukan dengan meminimalisir ego sektoral kemitraan guna meningkatkan TNI yang solid, kuat, profesional, mencintai dan dicintai rakyat. Juga meningkatkan pengetahuan dan keterampilan prajurit.

Keempat, membangun interoperabilitas logistik TNI. Antara lain dilakukan dengan meningkatkan kesiapan alutsista dan materi khusus teknologi informatika, menyusun rencana strategis pemeliharaan dan perawatan, serta optimalisasi dewan kebijakan penentu dalam pengadaan alutsista dan non-alutsista.

Kelima, meningkatkan peran teritorial TNI. Keenam, optimalisasi tiap perbantuan. Terakhir ketujuh, membangun sinergitas TNI dengan lembaga pemerintah dan non-pemerintah.



Credit Liputan6.com

Imbangi Kekuatan Militer Cina, Jepang Siapkan Anggaran US$ 42 Miliar



Kapal Angkatan Laut Cina Berlayar Disekitar Laut Cina Timur. (Ist)
 
Tokyo (CB)-Pemerintah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, menyetujui anggaran sebesar US$ 42 miliar. Dana itu digunakan untuk mengimbangi peningkatan kekuatan militer Cina.

Rancangan anggaran Jepang untuk tahun fiskal dari April mengalami peningkatan sebesar 2,8 persen, dimana untuk pengeluaran pertahanan mencapai 4,98 triliun yen.

Nantinya, anggaran itu akan digunakan untuk membeli beberapa peralatan pertahanan seperti pesawat, kapal angkatan laut dan kendaraan perang, demi menjaga wilayah perairan yang berbatasan dengan Cina.

Seperti diketahui, kedua negara ini memiliki sengketa lama terkait klaim atas pulau-pulau yang ada di Laut Cina Timur.

"Situasi di sekitar Jepang berubah," kata Menteri Pertahanan Jepang Jenderal Nakatani, beberapa waktu lalu, seperti dikutip Reuters, Rab (14/1/2015).

"Besarnya belanja pertahanan mencerminkan jumlah yang diperlukan untuk melindungi wilayah udara, laut dan darat Jepang, dan menjaga kehidupan dan properti warga negara kami," lanjutnya.

Shinzo Abe memang telah mengembalikan pemotongan belanja militer Jepang yang telah berlangsung selama satu dekade, seiring usahanya untuk menunjukkan sikap yang lebih kuat bagi negaranya.

Namun, pengingkatan belanja militer Jepang tersebut, masih dianggap terlalu kecil oleh pemerintahh Cina, yang menyediakan anggaran pertahan lebih besar.

Sebelumnya, pemerintah Cina pada Maret lalu, mengatakan bahwa pihaknya meningkatkan anggaran pertahanan tahunan sebesar 12 persen menjadi 130 miliar dolar AS.

Sementara, pengeluaran biaya pertahanan baru Jepang itu nantinya digunakan untuk membayar pesawat Osprey pembawa pasukan dari Boeing Co, alat pengintai Global Hawk dari Northrop Grumman Corp, pesawat tempur siluman F-35 keluaran Lockheed Martin Corp, kapal selam pemburu pesawat P-1 keluaran Kawasaki Heavy Industries Ltd, dan kapal selam tersembunyi Soryu.

Credit HarianTerbit