Shutterstock Ilustrasi
JAKARTA, CB - Dalam kondisi darurat atau
bencana, air bersih merupakan kebutuhan primer yang seringkali sulit
dipenuhi. Padahal penggunaan air yang terkontaminasi bisa menjadi sumber
penularan penyakit.
“Dalam keadaan darurat, penyakit dari air
kotor sangatlah cepat dan berbahaya sehingga bisa mencancam nyawa,”
ungkap Allison Tummon, pemimpin program P&G Children’s Safe Drinking
Water (CSDW) dalam perayaan program P&G CSDW di Jakarta, Selasa
(21/4/15).
Salah satu terobosan yang sudah dilakukan oleh P&G
adalah menciptakan bubuk pemurni air yang selama 10 tahun terakhir ini
telah dipakai. Dengan bubuk ini, air bersih yang seringkali langka dalam
kondisi darurat, bisa tersedia dalam waktu singkat.
Bubuk
P&G Purifier of Water mengandung dua bahan utama, yakni iron
sulphate berupa 352 miligram feri klorida (ferric iron) dan klorin
berupa kalsium hipoklorit (kaporit) dengan konsentrasi sebesar 0,546
persen. Bubuk dalam satu sachet seberat 4 gram ini dapat digunakan untuk
air sebanyak 10 liter.
“Feri klorida ini yang akan menarik
kotoran-kotoran dalam air. Kemudian kalsium hipoklorit berfungsi sebagai
disinfektan air. Keduanya merupakan bahan yang digunakan di seluruh
dunia untuk treatment pada air,” jelas Allison.
Bubuk tersebut
dapat digunakan pada berbagai jenis air dan kontaminasi apapun. Allison
juga mengklaim bahwa tidak ada efek samping dari air hasil pemurnian
tersebut. Zat yang tersisa dalam air hanya klorin, namun dikatakan masih
pada batas aman berdasarkan aturan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Allison
bersama Guru Naik, National Director ChildFund Indonesia
mendemonstrasikan bagaimana bubuk ini bekerja. Mereka mencoba
membersihkan air keruh berwarna cokelat yang kemudian dapat diminum
langsung.
“Untuk melakukan proses pemurnian ini, aduk bubuk dan
air dalam wadah selama 5 menit, lalu diamkan air yang sudah tercampur
obatnya selama 5 menit. Kotoran yang ada dalam air akan menggumpal dan
mengendap. Selanjutnya air perlu disaring dengan kain katun 100 persen
yang tidak berlubang untuk mencegah kotoran mencampuri kembali air yang
sudah dimurnikan,” papar Allison.
Kemudian didiamkan air selama
20 menit supaya klorin bekerja membunuh bakteri, parasit, polutan, dan
zat berbahaya yang ada. Jangan gunakan air apabila masih berwarna
kuning. Jika air sudah jernih, air sudah siap minum.
Tidak dijual bebasBubuk
pemurni air ini tercipta dari kerja sama ilmuwan P&G dengan Centers
for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, serta pakar
kesehatan masyarakat lainnya untuk mengetes bubuk ini pada berbagai
jenis air. Akan tetapi, produk yang diproduksi di Singapura ini tidak
dijual secara bebas.
“Kami pernah mencoba menjual sachet ini
secara luas di negara lain, tetapi ternyata butuh pendidikan untuk
penggunaan produk ini. Kami menemukan kesulitan pada konsumen untuk
memenuhi kebutuhan air bersih tanpa adanya pelatihan, sehingga tidak
menjangkau kebutuhan yang sesungguhnya,” jelas Allison.
Distribusi
bubuk ini dilakukan melalui program yang bekerja sama dengan
organisasi-organisasi kemanusiaan atau LSM di berbagai daerah. Mereka
akan mendapat pelatihan tentang kesehatan dan penggunaan produk ini agar
target kebutuhan air dan jangkauannya bisa tepat sasaran.
“Kami
melakukan pelatihan dan pendidikan persiapan dengan organisasi yang
bekerja sama dengan kami. Bila terjadi kondisi darurat, mereka sudah
paham dan telah siap mengakses kebutuhan yang diperlukan secepatnya,”
papar Guru.
Selain kepada organisasi, penyuluhan atau pelatihan tentang kesehatan ini juga akan dipaparkan kepada orangtua, guru, dan murid.
“Kami
(datang) ke sekolah-sekolah untuk memberi penyuluhan kepada guru dan
murid terkait kebersihan. Ada juga pendidikan tentang kesehatan, seperti
mencuci tangan, sanitasi yang bersih, dan lainnya,” jelas Guru.
Credit
KOMPAS.com