Wakil Presiden Jusuf Kalla berjalan menuju
mimbar saat pelepasan ekspor perdana kapal perang buatan PT PAL
Indonesia ke Filipina di Dermaga Divisi Kapal Niaga, Pelabuhan Tanjung
Perak, Surabaya, Jawa Timur, 8 Mei 2016. ANTARA FOTO
CB,
Jakarta
- Tidak terbayangkan sebelumnya bagi pria berusia 40 tahun ini ditunjuk
menjadi nakhoda kapal perang pertama ekspor PT PAL Indonesia ke
Filipina.
Awalnya pria ini hanya membawa kapal besar niaga
buatan luar negeri dan untuk kepentingan dagang. Namun, ketika Kesatuan
Pelaut Indonesia (KPI) memintanya untuk menakhodai kapal perang dalam
ekspor perdana ke Filipina, kebanggaan itu muncul. Sebab, secara garis
keturunan pria ini mempunyai darah pelaut karena ayah dan ibunya
tergabung dalam TNI AL.
Mempunyai nama lengkap Kurnia Setiawan
Winardo, pria dengan sedikit uban di rambutnya itu mengawali kariernya
sebagai pelaut saat kuliah mengambil jurusan kelautan di Universitas
Hang Tuah, Surabaya, Jawa Timur.
Kurnia yang kini telah
mempunyai dua putra itu ingin membuktikan kepada keluarganya jika embrio
pelaut andal yang ada dalam ayah dan ibunya tidak akan terputus begitu
saja meski dirinya tidak menjadi TNI AL.
Awalnya memang diminta
oleh almarhum ayahnya masuk TNI AL. Namun, Kurnia lebih memilih jalan
lain meski tetap tidak meninggalkan embrio pelaut andal yang bisa
dibanggakan kedua orang tuanya.
Kemudian dengan kegigihan dan konsistensinya di bidang kelautan, Kurnia dapat lulus dengan hasil memuaskan.
Hasilnya, Kurnia kini bekerja menjadi nakhoda kapal, dan selalu
ditunjuk membawa kapal berukuran besar mengarungi samudra, seperti kapal
niaga dan kapal tanker.
"Keluarga saya adalah keluarga besar
TNI AL dan agar tidak mengecewakan orang tua, saya memilih menjadi
pelaut dengan kuliah mengambil jurusan kelautan," ucap pria yang
tinggalnya di Surabaya itu.
Kurnia mengaku menjadi pelaut sejak
2000. Dia sudah menakhodai puluhan kapal. Paling jauh berlayar ke Rusia
dan beberapa kali di negara Asia.
Kini, saat dirinya mengawali
langkah membawa kapal perang ekspor perdana jenis strategic sealift
vessel (SSV) buatan anak bangsa, rasa bangga itu muncul sekaligus
membuktikan bahwa dia mampu membawa kapal perang meski tidak masuk TNI
AL.
"Selama saya membawa kapal, kapal perang buatan bangsa
sendiri ini memiliki stabilitas yang bagus sehingga saya mempunyai
kebanggaan tersendiri," katanya.
Kurnia mengatakan bahwa andai
kedua orang tuanya masih hidup dan menyaksikan dirinya membawa kapal
perang yang merupakan ekspor perdana bangsa Indonesia, akan menambah
kebanggaan dalam dirinya.
Teknologi Modern "Kapal SSV Tarlac ini
sangat bagus untuk bermanuver ke kiri dan ke kanan, tidak ada
goncangan, dan lebih lembut mesinnya karena teknologinya sudah modern,"
ucap Kurnia mengapresiasi fungsi mesin kapal perang buatan PT PAL
Indonesia itu.
Secara umum, kata Kurnia, komponen mesin kapal
dan stabilisasinya relatif sangat bagus sebab beberapa kali bermanuver
dengan kecepatan penuh tidak mengalami kendala.
Seperti saat
kapal memasuki Selat Makasar, dengan kekuatan dan kecepatan penuh 16,3
knot, kapal tidak mengalami guncangan, bahkan cenderung berjalan stabil.
"Secara pribadi saya bangga, dan syukur-syukur ekspor kapal perang ini
bisa berlanjut sebab sebagai bangsa bahari, sumber daya manusia bangsa
kita tidak hanya mampu mengendarai, tetapi juga sudah memproduksi," kata
Kurnia.
Ketangguhan mesin kapal SSV Tarlac juga diakui oleh
nakhoda perwakilan dari Filipina Captain Francis Alexander R. Jose yang
ikut dalam rombongan mengantarkan kapal tersebut.
Setelah
melakukan tes dan manuver dengan kecepatan maksimal, Jose mengaku tidak
ada getaran atau guncangan yang dirasakan, bahkan kapal melaju dengan
stabil.
"Bagus dan saya merasakan sendiri dengan memaksimalkan
kecepatan yang dimiliki SSV Tarlac, terbukti tetap stabil," ucap Jose
usai melakukan tes kecepatan maksimal di Selat Makasar.
General
Manager Kapal Niaga Satriyo Bintoro selaku pimpinan perjalanan ekspor
perdana kapal perang dari Surabaya menuju Manila, Filipina mengatakan
bahwa mesin kapal perang SSV Tarlac memang dirancang dengan teknologi
modern atau terbaru.
Sehingga, semua pelaut atau nakhoda kapal
akan merasa mudah karena sistem yang ada dalam kapal semuanya
terintegrasi dengan lokasi nakhoda.
"Produk kapal dari PT PAL
Indonesia memang diakui mempunyai kualitas bagus di dunia pelayaran,
bahkan beberapa negara juga mengakui ketangguhan mesin produk kita,"
katanya.
Meski demikian, kata Bintoro, dalam eskpor perdana ini
PT PAL Indonesia ingin memberi nilai tambah kepada konsumen, yakni
ketepatan waktu pengiriman kapal.
Diakui Bintoro, selama ini yang menjadi kendala klasik dalam pembuatan kapal oleh PT PAL Indonesia adalah ketepatan waktu.
"Oleh karena itu, SSV Tarlac pesanan Filipina ini merupakan kapal
pertama yang dikerjakan secara cepat dan tepat dengan waktu perjanjian
pemesan," ucapnya.
Hal itu, kata Bintoro, sebagai bukti kepada
dunia bahwa Indonesia mampu menyelesaikan pengerjaan pembuatan kapal
secara tepat waktu.
"Saya sangat bangga sekali sebab selain
kualitas yang sudah diakui, kita sebagai bangsa Indonesia mampu
mengerjakan kapal pesanan luar negeri secara tepat waktu," katanya.
Sebelumnya, kapal Tarlac pesanan Filipina dibuat dari pengembangan
kapal pengangkut jenis Landing Platform Dock (LPD) atau kapal perang
pendukung, dan dalam kontraknya harus terkirim ke Filipina pada 13 Mei
2016, atau 2 tahun dari kontak awal, 13 Mei 2014.
"Negara
pemesan sebenarnya masih memberikan tenggat waktu hingga 2 bulan ke
depan untuk dilakukan penyempurnaan. Namun, tidak kita manfaatkan
tenggat waktu itu sebab kita ingin konsisten dengan perjanjian awal, dan
sebagai bukti bahwa bangsa Indonesia mampu memenuhi janjinya," ucap
Bintoro.
Bintoro berharap setelah ketepatan waktu yang sudah
bisa dicapai pada hari Jumat 13 Mei 2016, akan menjadi nilai tambah,
selain kualitas barang yang sudah dipercaya untuk persaingan produk di
dunia perkapalan internasional.
Credit
TEMPO.CO