Senin, 13 April 2015

Meski Gemas, Saudi Tak Mau Perang dengan Iran


Meski Gemas Saudi Tak Mau Perang dengan Iran
Menlu Saudi, Saud al-Faisal, menegaskan Saudi tak perang dengan Iran. | (Reuters)
 
 
RIYADH  (CB) - Arab Saudi menegaskan tidak mau dan tidak sedang berperang dengan Iran dalam konflik Yaman. Kendati demikian, Saudi mengaku gemas dengan Iran yang mereka anggap terus mendukung kelompok pemberontakHouthi di Yaman.

Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Saud Al Faisal dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius di Riyadh, hari Minggu. Faisal kembali mendesak Iran untuk menghentikan dukungannya terhadap milisi Houthi di Yaman. 


Menurut Faisal, agresi militer di Yaman oleh 10 negara Koalisi Teluk yang dipimpin Saudi sejak 26 Maret 2015 semata-mata untuk memenuhi permintaan Presiden Yaman yang sah, yakni Abed Rabbo Mansour Hadi. “Peran Iran di Yaman membuat gemas, dan telah menyebabkan peningkatan kekerasan di negara itu,” kata Faisal.

”Bagaimana Iran bisa meminta kami untuk menghentikan pertempuran di Yaman. Kami datang ke Yaman untuk membantu otoritas yang sah, dan Iran tidak bertanggung jawab atas Yaman,” katanya lagi, seperti dikutip Arab News, Senin (13/4/2015).

Sementara itu, Menlu Laurent Fabius, secara resmi menyampaikan dukungan agresi militer Koalisi Teluk terhadap Houthi di Yaman, yang diberi nama “Operation Decisive Storm” itu.

”Mengenai Yaman, kami di sini untuk menunjukkan dukungan kami, terutama dukungan politik untuk Pemerintah Saudi,” kata Fabius kepada wartawan, sebelum melakukan pertemuan dengan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz.

Kelompok Houthi yang bersekutu dengan unit tentara loyalis mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, telah berupaya mengkudeta pemerintah Presiden Mansour Hadi. Sampai saat ini milisi Houthi dan pasukan loyalis Salah terus berperang dengan pasukan loyalis Presiden Hadi yang dibantu Koalisi Teluk. 


Perang di Yaman selama beberapa pekan telah menewaskan ratusan orang. Saudi sendiri mengklaim telah menewaskan lebih dari 500 milisi Houthi sejak agresi diluncurkan. Sedangkan Presiden Hadi yang melarikan diri dari Yaman karena diserbu milisi Houthi masih mencari perlindungan Arab Saudi.




Credit  SINDOnews

Sejak Perang Dimulai, Saudi Sudah Bunuh 500 Milisi Houthi



Sejak Perang Dimulai Saudi Sudah Bunuh 500 Milisi Houthi
Gedung di Sanaa hancur akibat serangan udara koalisi Teluk. Saudi mengklaim sejak perang dimulai 500 lebih milisi Houthi Yaman tewas. | (Reuters) 
 
 
RIYADH   (CB)- Arab Saudi mengklaim telah menewaskan lebih dari 500 milisi pemberontak Houthi di Yaman, sejak Saudi dan koalisi Teluk meluncurkan serangan udara mulai 26 Maret 2015 lalu. Data itu diungkap untuk pertama kalinya oleh Kementerian Pertahanan Saudi.

Saudi juga mengakui jumlah korban di pihaknya mencapai dua kali lipat, di mana pada hari Jumat tiga serdadu Saudi tewas dan dua lainnya terluka akibat tembakan mortir di wilayah Najran, perbatasan Saudi dan Yaman.

Juru bicara operasi militer koalisi Teluk, Brigadir Jenderal Ahmed Asseri, mengatakan, sejak perang terhadap kelompok pemerontak Houthi di Yaman dimulai, Koalisi Teluk sudah meluncurkan 1.200 serangan udara.

 
Menurutnya, serangan udara telah diluncurkan sangat intensif. Semula, serangan udara untuk memerangi musuh pemerintah Presiden Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi, itu sebanyak 50 kali dalam sehari. Kemudian, ditingkatkan menjadi 80 kali sehari dan kini meningkat lagi menjadi 120 kali sehari.

“Pasukan koalisi telah meluncurkan 1.200 serangan sejauh ini. Tujuan dari serangan udara ini untuk menghancurkan pertahanan udara Houthi, kamp-kamp dan rudal balistik,” kata Asseri, seperti dikutip Arab News, Minggu (12/4/2015). 

 
Sementara itu, serangan udara Koalisi Teluk pada hari ini menargetkan kamp militer di wilayah Yaman tengah. Menurut sumber medis di Yaman, seperti dilaporkan Reuters,  sebanyak delapan warga sipil tewas.

Serangan udara itu ditujukan pada sebuah situs militer milik tentara loyalis mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh. Pasukan loyalis Saleh ikut jadi target serangan Koalisi Teluk karena telah bersekutu dengan milisi Houthi.





Credit  SINDOnews

Protes Pernyataan Paus, Turki Panggil Pulang Duta Besar di Vatikan


 
AP Peringatan 100 tahun pembunuhan massal warga Armenia di Basilika Santo Petrus, Vatikan di mana Paus Fransiskus ikut dalam acara itu hari Minggu (12/4/2015).


ANKARA, CB - Turki, Minggu (12/4/2015), memanggil pulang duta besarnya untuk Vatikan setelah Paus Fransiskus memperingati 100 tahun pembunuhan massal warga Armenia dan menyebut pembunuhan itu sebagai genosida.

Turki mengatakan, setelah berkonsultasi dengan pejabat-pejabat pemerintah, duta besar Mehmet Pacaci pulang karena Paus menggambarkan pembantaian satu setengah juta warga Armenia sebagai genosida pertama dalam abad ke 20.

Kepada duta besar Gereja Katolik Roma untuk Turki, disampaikan bahwa Turki “sangat menyesalkan dan kecewa” atas penggambaran Paus mengenai pembunuhan tahun 1915 itu dan mengatakan hal itu menimbulkan “masalah kepercayaan” dengan Vatikan.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dalam akun Twitter menulis, “Pernyataan Paus, yang jauh dari kebenaran sejarah dan hukum, tidak bisa diterima. Agama bukan tempat di mana klaim-klaim tanpa dasar dibuat dan kebencian dibangkitkan.”

Paus menyampaikan pernyataan itu dalam misa di Basilika Santo Petrus. Kepada jemaat, ia mengatakan, “menyembunyikan atau menyangkal kejahatan bagai membiarkan luka terus berdarah tanpa membalutnya.”

Armenia dan banyak ahli sejarah mengatakan sekitar 1,5 juta orang dibunuh pasukan Ottoman di wilayah itu tahun 1915.

Turki Muslim mengakui warga Kristen Armenia tewas dalam bentrokan dengan Turki Ottoman, tetapi menyangkal pembantaian itu sama dengan genosida. Turki menyatakan jumlah korban telah dibesar-besarkan dan mereka yang tewas adalah korban perang saudara dan kerusuhan.

Dalam pernyataan bersama tahun 2000, Paus Yohanes Paulus II dan pemimpin gereja Armenia menyebut pembantaian itu sebagai genosida, tetapi hari Minggu adalah untuk pertama kali kata tersebut digunakan dalam misa di Basilika Santo Petrus.

Menurut laporan BBC, Paus menyampaikan pernyataan itu pada misa Armenia di Basilika Santo Petrus, yang dihadiri presiden Armenia dan para pemimpin gereja. Dia mengatakan kemanusiaan telah melewati "tiga tragedi sangat besar yang belum pernah terjadi sebelumnya" pada abad yang lalu. "Yang pertama, yang banyak pihak pandang sebagai 'genosida pertama abad 20' dialami warga Armenia," katanya.

Paus juga mengacu kepada kejahatan yang dipicu Nazi dan Stalin, serta genosida yang terjadi sesudahnya di Kamboja, Rwanda, Burundi dan Bosnia.




Credit  KOMPAS.com

Pemerintah Terus Sosialisasikan Nuklir Aman dan Efisien


 
KOMPAS.com/ICHA RASTIKA Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir


JAKARTA, CB – Meski pemanfaatan tenaga nuklir tidak ada dalam rencana pembangunan kelistrikan 35.000 megawatt yang dicanangkan pemerintahan Presiden Joko Widodo, namun Kementerian Risetk, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terus melakukan upaya sosialisasi pemanfaatan nuklir di masyarakat. Salah satunya adalah melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) mini non-komersial di Serpong, Tangerang Selatan.

“Saya coba mengenalkan PLTN ini kepada masyarakat. Saya coba bangun PLTN sebagai edukasi untuk masyarakat, bahwa nuklir ini aman dan efisien,” kata Menristekdikti, Muhammad Nasir, dalam sebuah diskusi, di Jakarta, Minggu (12/4/2015).

Nasir mengakui, sosialisasi sebelumnya gagal yaitu pembangunan PLTN di semenanjung Muria, Jepara, Jawa Tengah. Namun, pemerintah melanjutkan pembangunan PLTN Bangka Belitung (Babel) yang rencananya akan selesai pada 2016 mendatang.

Nasir menjelaskan, pembangunan PLTN di Serpong diharapkan selesai pada 2018. Saat ini, Kemenristekdikti sudah menganggarkan PLTN Serpong dalam APBN Perubahan 2015, untuk studi kelayakan termasuk design engineering.

“Kami sekarang bangun PLTN, kami wujudkan barangnya, reaktor daya eksperimen. Ini penting bagi saya. Bangsa Indonesia tidak bisa percaya begitu saja tanpa melihat wujud fisik, selalu dihantui Chernobyl dan di Fukushima, Jepang,” jelas Nasir.

Sementara itu terkait dengan program kelistrikan 35.000 MW yang dicanangkan pemerintah, Nasir mengakui target tersebut cukup berat jika tanpa didukung pemanfaatan tenaga nuklir. Nasir mengungkapkan, kebutuhan energi listrik yang tersedia saat ini 25.000 MW. Diperkirakan, sampai 2025 kebutuhan energi mencapai 60.000 MW.

“Sehingga dibutuhkan tambahan 35.000 MW itu. Pemerintah sendiri sanggup 15.000 MW, sisanya swasta. Problemnya selain pendanaan, semua itu berorientasi batubara, panas bumi, dan energi fosil. Kalau hanya mengandalkan ini, kalau 35.000 MW akan dipenuhi 2025, saya prediksikan cukup berat,” ucap Nasir.






Credit  KOMPAS.com


Berapa Nilai Investasi Pembangkit Nuklir?


 
AFP Pembangkit listrik tenaga nuklir di Cattenom, Perancis bagian timur, merupakan salah satu dari tujuh pembangkit yang dilintasi drone misterius.

JAKARTA, CB – Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) diyakini menjadi alternatif murah untuk mencukupi kebutuhan energi listrik. Dalam sebuah laporan, potensi nuklir di Indonesia bisa memenuhi kebutuhan energi listrik lebih dari 250 tahun, dengan asumsi 200 ton per 1.000 megawatt (MW), dan cadangan 50.000 ton.

Hasil survei Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) pada 2014 menyebutkan bahwa 73 persen masyarakat Indonesia mendukung pemanfaatan nuklir untuk energi listrik. Sayangnya, dalam program kelistrikan 35.000 MW yang dicanangkan Presiden Joko Widodo, pemanfaatan nuklir sama sekali tidak disinggung.

Selain isu lingkungan dan keamanan, pemanfaatan nuklir untuk energi listrik diakui juga terkendala isu finansial. Sebenarnya, berapakah investasi yang dibutuhkan untuk membangun PLTN?

“Kalau PLTN didirikan di daerah yang memiliki resiko gempa tinggi, seperti di Jepang, maka investasinya bisa mencapai Rp 50 triliun per reaktor dengan kapasitas pembangkit 1.000-1.400 MW. Tapi, kalau didirikan di daerah yang relatif aman dari resiko gempa seperti Korea, investasinya antara Rp 25 triliun – Rp 30 triliun,” ujar Djarot S Wisnubroto, Kepala Batan, dalam sebuah diskusi, Minggu (12/4/2015).

Djarot bahkan memperkirakan, potensi cadangan bahan nuklir tidak hanya 50.000 ton, melainkan mencapai 70.000 ton. Namun, dia menegaskan diperlukan jalan panjang untuk memanfaatkan potensi sebesar itu. Yang jelas, kebutuhan untuk satu PLTN berukuran 1.000 MW ditaksir hanya sekitar 200 ton uranium per tahun. Artinya, dari cadangan uranium yang ada di Kalimantan Barat saja, yakni sebanyak 29.000 ton uranium, jika dimanfaatkan maka bisa untuk mencukupi kebutuhan pembangkit berkapasitas 1.000 MW hingga 145 tahun.

Djarot mengatakan, permintaan PLTN di dunia makin besar. Uni Emirate Arab akan membangun PLTN pada 2017, begitu juga dengan Turki, Vietna, Yordania, Bangladesh. “Pelopornya adalah Tiongkok yang membangun 28 PLTN,” imbuh Djarot.

Sementara itu, Indonesia baru bisa membangun 3 unit mini reaktor yakni di Serpong dengan kapasitas 30 MW (tahun 1983), Bandung yang awalnya dibangun 250 kilowatt (tahun 1965), dan Yogyakarta dengan kapasitas 100 kilowatt (tahun 1974).


Credit  KOMPAS.com

Hubungan Indonesia-Tiongkok: dari Soekarno hingga Jokowi


Hubungan Indonesia-Tiongkok: dari Soekarno hingga Jokowi
Suasana pertemuan Delegasi RI yang dipimpin Presiden Joko Widodo dengan para petinggi Tiongkok yang dipimping Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang di Great Hall of the People, Beijing (9/11) (ANTARA News/GNC Ariani)
 
 
Beijing (CB) - Hari Senin(13/4), 65 tahun silam Republik Indonesia (RI) dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) resmi menjalin hubungan diplomatik.

Hubungan yang dijalin Indonesia dengan Tiongkok merupakan komitmen nyata kebijakan luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif, dalam konstelasi perang dingin kala itu.

Era Soekarno menjadi tonggak penting hubungan persahabatan Indonesia-Tiongkok. Liu Hong, dalam China and the Shaping of Indonesia, 1949-1965, mengungkap pada masa itu Tiongkok bagaikan mercusuar, penunjuk ke arah mana dan bagaimana Indonesia harus dibangun.

Model pembangunan ala Tiongkok diperbincangkan para cendekiawan. Kisah-kisah mengenai Tiongkok dimuat dalam surat-surat kabar, dan bahkan karya-karya sastra, sehingga menyentuh luas di masyarakat.

Tidak berlebihan apabila masa itu dijuluki sebagai masa bulan madu hubungan Indonesia-Tiongkok. Interaksi dan pertukaran bukan hanya terjadi di tingkat elite, melainkan juga di akar rumput.

Hubungan kedua negara terus menunjukkan perkembangan positif, dengan kehadiran Perdana Menteri Tiongkok Zhou En Lai pada Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 18-25 April 1955.

Dalam KAA Bandung "Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai" yang dikemukakan Tiongkok dan disponsori bersama Pemerintah India dan Myanmar, mendapat dukungan dari para peserta.

Indonesia dan Tiongkok pun sepakat untuk mempererat hubungan yang telah berjalan baik kala itu, ditandai dengan ditandatanganinya perjanjian persahabatan serta persetujuan kerja sama kebudayaan pada 1 April 1961.

Dalam konteks hubungan luar negeri yang lebih luas, Indonesia amat penting bagi Tiongkok yang saat itu bukan anggota dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tiongkok, bagi Indonesia, juga tak kalah penting, apalagi setelah Indonesia memutuskan untuk keluar dari PBB pada awal 1965.

Keduanya menjalin suatu kemitraan dalam membangun solidaritas di antara negara-negara New Emerging Forces (NEFO).

Pola interaksi saling menguntungkan ini terus berulang dalam evolusi hubungan bilateral keduanya.

Namun, pada 30 Oktober 1967 kedua negara membekukan hubungan.



Berawal dari Tokyo
Lalu 22 tahun kemudian, tepatnya pada 24 Februari 1989, ketika Presiden Soeharto bertemu Menteri Luar Negeri Tiongkok saat itu Qian Qichen, dalam upacara pemakaman Kaisar Hirohito di Tokyo, dibahaslah kemungkinan normalisasi hubungan kedua negara yang tengah membeku.

Pembahasan dilanjutkan dalam pertemuan Menlu Ali Alatas dan Qian Qichen pada 4 Oktober 1989 di Tokyo. Hasilnya, pada 3 Juli 1990 kedua menlu menandatangani Komunike Bersama "The Resumption of The Diplomatic between The Two Countries" di Beijing, diikuti kunjungan Perdana Menteri Li Peng ke Indonesia sekaligus menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman Pemulihan Hubungan Diplomatik kedua negara pada 8 Agustus 1990.

Pada era Soeharto, normalisasi hubungan Indonesia-Tiongkok pada awal 1990-an amat bernilai bagi Tiongkok, yang saat itu tengah dikecam Barat setelah peristiwa Tiananmen.

Presiden Soeharto pun melakukan kunjungan balasan pada 14-18 November 1990, dan menyaksikan penandatanganan pembentukan Komisi Bersama Bidang Ekonomi, Perdagangan, dan Kerja Sama Teknik.

Normalisasi hubungan tersebut kemudian secara bertahap membuka hubungan ASEAN dan Tiongkok, hingga akhirnya pada 1996 Tiongkok menjadi mitra dialog penuh ASEAN.

Bagi Indonesia, dalam sektor ekonomi, hubungan dengan Tiongkok menjadi sangat penting, terutama setelah negara ini dihantam badai krisis finansial Asia pada 1997.

Di lain pihak, era tersebut menjadi saksi perekonomian Tiongkok, pasca reformasi ekonomi yang dilakukan oleh Deng Xiaoping pada 1978, hingga tinggal landas dengan pertumbuhan ekonomi dua digit tiap tahun.

Interaksi positif antara kedua negara pun dilanjutkan pada era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Di masanya, Imlek ditetapkan sebagai hari libur nasional, beragam atribut dan simbol berbau Tiongkok mulai bermunculan di Nusantara.

Gus Dur yang menetapkan Tiongkok sebagai negara tujuan pertama lawatannya ke luar negeri setelah dilantik sebagai orang nomor Indonesia, bahkan mengusulkan pembentukan poros Jakarta-Beijing-New Delhi.

"Tiongkok negara besar dengan potensi kekuatan ekonomi yang besar. Jadi, kita justru rugi jika tidak berhubungan dengan Tiongkok," katanya, tentang kunjungannya ke Tiongkok pada 1-3 Desember 1999.

Kunjungan Presiden Wahid ke RRT tersebut menandai babak baru peningkatan hubungan antara kedua negara, ditandai kesediaan Tiongkok memberi bantuan keuangan serta fasilitas kredit termasuk kerja sama keuangan, pariwisata, dan imbal beli atau counter trade di bidang energi, yaitu menukar LNG dengan produk-produk Tiongkok.

Selanjutnya, dalam wacana publik, ikon kedekatan hubungan Indonesia-Tiongkok terpelihara melalui "diplomasi dansa" Megawati.

Di era kepemimpinan Megawati kedua sepakat membentuk forum energi yang merupakan payung investasi Tiongkok di Indonesia di bidang energi.



Mitra strategis
Beberapa capaian yang sudah dirintis tersebut kemudian dikelola lebih baik oleh Susilo Bambang Yudhoyono, dalam dua periode kepemimpinannya.

Dalam periode itu, dua perjanjian penting, monumen kedekatan hubungan Indonesia-Tiongkok ditandatangani yaitu Kemitraan Strategis pada 25 April 2005, yang kemudian ditingkatkan menjadi Kemitraan Strategis Komprehensif pada Oktober 2013.

Sejak itu hubungan politik, pertahanan, keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya kedua negara terus meningkat.

Makin eratnya hubungan Indonesia-Tiongkok juga ditunjukkan kedua pihak pada forum internasional, semisal dalam penetapan Declaration of Conduct of Parties in The South China Sea (DoC) pada 2002, termasuk dalam "Guidelines for The Implementation of DoC" pada 2011.

Indonesia dan Tiongkok juga sepakat menandatangani protokol Southeast Asian Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ) pada 2011. Keduanya juga sepakat untuk menjadikan ASEAN sebagai the main driving force dalam pembentukan forum Pertemuan Tingkat Tinggi Asia Timur.

Tiongkok senantiasa menghargai dan mendukung setiap keputusan yang diambil ASEAN.

"Hubungan Indonesia dan Tiongkok yang telah berjalan enam dekade lebih, senantiasa mengedepankan prinsip saling menghormati, menghargai, sebagai bangsa yang setara, yang bertanggung jawab atas perdamaian dan stabilitas kawasan," kata Presiden Tiongkok Xi Jinping, saat menerima kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Balai Agung Rakyat pada 25 Maret 2015.

Hubungan antara Indonesia dan Tiongkok adalah yang paling dinamis di Asia Pasifik, katanya. Selain menyepakati delapan nota kerja sama, pada kunjungan Presiden Jokowi pada Maret silam, Indonesia dan Tiongkok terus menyinergikan ide Poros Maritim Dunia milik Indonesia dengan Jalur Sutra Maritim milik Tiongkok.

"Kita ingin memberikan makna lebih dalam sebagai mitra strategis komprehensif, dengan rangkaian kerja sama yang lebih nyata, memberikan manfaat nyata bagi kemakmuran masyarakat kedua negara," kata Presiden Jokowi kepada mitranya Presiden Xi Jinping.



Hubungan antarwarga
Kokohnya hubungan sebuah negara dengan lainnya, tidak melulu didominasi interaksi pejabat resmi yang cenderung elitis. Meksi kebijakan luar negeri utamanya tetap menjadi domain para birokrat, publik termasuk pemegang saham utama yang dapat mempengaruhi secara signifikan, baik pembuatan maupun pelaksanaan kebijakan luar negeri.

Maka interaksi antarwarga kedua bangsa akan sangat menentukan dinamika hubungan Indonesia-Tiongkok. Amat penting mendorong warga kedua bangsa untuk dapat lebih saling memahami, setelah hubungan kedua negara sempat membeku selama dua dekade lebih.

"Kami ini masih Merah Putih, meski kami kini jauh dari Indonesia," kata Huang Hui Lan, seorang warga Tionghoa yang terpaksa meninggalkan tempat kelahirannya di Takengon, Aceh pada 1967, menyusul kisruh politik di Indonesia pada 1965.

Ia bersama tujuh saudaranya, sang ibu dan kakek, menumpang kapal yang dikirim Tiongkok untuk membawa para warga keturunan karena situasi politik yang kurang bersahabat di Indonesia, kembali ke tanah leluhurnya di Negeri Panda.

Wanita kelahiran 7 Juli 1950 itu, mengatakan,"saatnya kedua bangsa, kedua negara berjalan bersama menatap masa depan lebih baik. Sejarah kelam, jadikan pelajaran untuk lebih baik".

Karena rasa cintanya kepada Indonesia, Huang Hui Lan membuat sanggar tari tradisional Indonesia di Guangzhou.

Kecintaan kepada Indonesia juga kuat melekat di hati Kenny Lai, warga keturunan Tionghoa yang juga terpaksa meninggalkan Jakarta pada 1966.

"Situasi saat itu memang tidak mudah bagi kami. Di Indonesia, kami mendapat perlakuan tidak bersahabat, saat tiba di tanah leluhur kami di Tiongkok, kami pun dicurigai, terlebih kala itu di Tiongkok juga tengah mengalami revolusi budaya," ungkapnya.

Kini, lanjut Kenny, meski hubungan kedua negara terus mengalami peningkatan positif, tetap harus didukung hubungan antarmasyarakat kedua bangsa yang lebih baik.

Ketua China Overseas Harbin Chi Guo Qiang mengatakan masih banyak warga Tiongkok, khususnya Harbin, yang belum mengenal Indonesia.

"Hubungan kedua negara telah berjalan baik, tetapi saling pemahaman antara masyarakat kedua bangsa juga sangat penting. Cara pandang masyarakat Indonesia terhadap Tiongkok, dan sebaliknya akan sangat menentukan dinamika hubungan kedua negara, berdasar saling menghormati dan saling menguntungkan di masa depan," katanya.


Credit  ANTARA News

Kisah pilu korban bom atom Hiroshima


Kisah pilu korban bom atom Hiroshima
Burung merpati terbang di atas Taman Peringatan Perdamaian saat upacara peringatan 67 tahun jatuhnya bom atom di Hiroshima, Senin (6/8). (RETUERS/Kyodo)
Jika kita melupakan Hiroshima, maka dunia akan menjadi tempat yang berbahaya"
Hiroshima (CB) - Hiroshi Harada mengenang satu peristiwa ketika kakinya terantuk pada salah satu mayat yang menutup sebuah jalan sempit di Hiroshima 70 tahun silam, saat dia berlari menghindari api yang menyebar dari bom atom.

"Kaki saya terperosok masuk salah satu mayat itu. Sulit sekali menarik keluar kaki saya.  Untuk menyelamatkan diri, saya tak punya pilihan," kata Harada, yang kini berusia 75 tahun dan mantan kepala museum bom atom.

Lalu, seorang perempuan meraih kaki dia yang saat itu berusia 6 tahun, lalu meminta air. Dia mundur karena ngeri mendapati bongkahan daging yang berasal dari tangan si perempuan menempel pada kakinya.

Ketika dunia memperingati 70 tahun serangan nuklir pertama di dunia itu, banyak penyintas masih merasakan terlalu sakit untuk membicarakannya.

Namun beberapa di antara mereka berusaha membagi pengalaman mengerikan mereka itu kepada generasi muda.

"Jumlah penyintas akan semakin menipis dan suara mereka semakin pelan," kata Harada. "Namun Hiroshima perlu terus mengirimkan pesan kepada dunia bahwa hal seperti ini tak boleh lagi terjadi."

Para penyintas Hiroshima kerap menahan diri untuk menceritakan pengalamannya kepada anak cucu mereka.

Beberapa dari mereka merasa pengalaman di masa lalu itu terlalu seram untuk diceritakan, sedangkan beberapa lainnya mengkhawatirkan diskriminasi terhadap mereka dan anak cucu mereka.

Peringatan tahun ini bersamaan dengan upaya Perdana Menteri Shinzo Abe dalam melonggarkan tekanan pada Jepang pasca Perang Dunia, dengan UUD yang pasifis dalam soal militer.

Banyak yang mengkritik upaya Abe ini akan mengantarkan Jepang kembali ke jalur yang salah, sedangkan yang mendukung, beralasan bahwa itu diperlukan untuk mencegah ancaman yang terus membesar di kawasan.

Perasaan malu
Sebuah pesawat pembom AS menjatuhkan bom atom di  Hiroshima pada 6 Agustus 1945.  Sampai tahun 1945 berakhir, 140.000 orang tewas gara-gara bom atom, padahal kota ini sebelumnya berpenduduk 350.000 orang.

Kota itu masih dihuni oleh 60.000 penyintas bom atom namun rata-rata usia mereka sudah mendekati 80 tahun.

Amerika Serikat menjatuhkan bom atom kedua di Nagasaki, tiga hari setelah bom atom di Hiroshima. Jepang kemudian menyerah pada 15 Agustus 1945.

Beberapa saat setelah pemboman itu, Shigeo Ito yang berusia 15 tahun bergegas ke rumahnya. Di tengah jalan dia dimintai tolong oleh seorang wanita yang hendak mengeluarkan seseorang yang terjebak di dalam rumahnya yang ambruk.

Ito mengabaikan seruan minta tolong itu karena dia sedang berpacu dengan api yang bergerak mendekati jembatan. Dia perlu bersegera menyeberang untuk mencapai rumahnya.

"Sejak itu saya tidak bisa menghilangkan rasa malu pada diri sendiri, ketika setiap waktu saya menatap jembatan itu," kata Ito yang kini berusia 84 tahun dan sekarang mengajari anak-anak soal pengalamannya yang mengerikan itu.

Shuntaro Hida (98), bertugas sebagai dokter tentara pada saat pemboman terjadi.

Saat pertama kali keluar setelah bom atom dijatuhkan, dia melihat seorang wanita yang sempat dia kira compang-camping karena pakaian yang dikenakannya. Ternyata dia baru menyadari itu bukan karena  pakaian, melainkan karena kulit tubuh yang terkelupas.

Bagi Hida, kengerian nyata dari serangan nuklir itu malah adalah dampak kesehatan yang tidak terlihat.

"Aspek paling kejam dari serangan nukjlir adalah bukan kehancuran biadab tubuh manusia atau luka yang terlihat, melainkan kehidupan setelah dampak kehancuran itu," kata  Hida yang menolong sekitar 10.000 penyintas bom atom.

Setelah lima tahun pemboman itu di Hiroshima semakin banyak orang yang mengeluh karena terserang leukaemia.

Fumiaki Kajiya (76), kehilangan saudarinya karena ledakan bom atom. Orang tuanya sedianya pindah ke pedesaan untuk menyelamatkan dia, namun sebelum pemboman terjadi, mereka membawa kembali anak-anaknya ke kota itu, karena mengalah pada permintaan anaknya untuk tetap bersama keluarga.

Akibatnya, ibunda Kajiya menangis berjam-jam di depan patung Budha setiap 6 Agustus setiap tahun. Kajiya kini menghibur anak-anak dengan tulisan tangan demi membunuh kenangan mengerikan bom atom di masa silam.

"Jika kita melupakan Hiroshima, maka dunia akan menjadi tempat yang berbahaya," kata Kajiya.

Credit  ANTARA News

Ulama Indonesia dukung Arab Saudi terkait krisis Yaman


Jakarta (CB) - Ulama dari berbagai organisasi Islam di Indonesia pada Sabtu menyatakan dukungan mereka terhadap kebijakan Arab Saudi, yang memimpin pasukan koalisi untuk melancarkan operasi militer terhadap kelompok radikal Houthi di Yaman.

Para ulama yang di antaranya mewakili Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam (Persis), Al Irsyad Al Islamiyah (Al Irsyad), Dewan Dakwah Islamiyah (DDI), Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) serta Ikatan Dai Seluruh Asia Tenggara diterima Duta Besar Kerajaan Arab Saudi Mustafa Ibrahim Al Mubarak di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta.

Ali Musthafa Ya'qub, Imam Besar Masjid Istiqlal yang hadir dalam pertemuan tersebut, menegaskan bahwa apa yang terjadi di Yaman, negara berpenduduk 22 juta yang berbatasan langsung dengan Arab Saudi, bukanlah pertikaian antara kelompok Sunni dan Syiah, tapi kekerasan oleh kelompok radikal Houthi.

"Apa yang terjadi di Yaman bukan masalah konflik antar kelompok agama, tapi perilaku radikal yang diperlihatkan oleh kelompok Houthi. Kelompok ini harus segera diantisipasi karena gerakan mereka sudah seperti teroris," kata Ali Musthafa.

Ali Musthafa juga menegaskan bahwa pemikiran radikal kelompok Houthi tersebut harus segera dibasmi agar tidak menyebar ke negara lain, termasuk Indonesia.

"Gerakan kelompok ini lebih berbahaya dan harus segera diatasi karena bukan tidak mungkin pengaruh mereka akan sampai di Indonesia sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia," kata Ali Musthafa menambahkan.

Mustafa Ibrahim menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan para ulama Indonesia terhadap kebijakan Arab Saudi dalam mengatasi konflik di negara tetangganya itu.

"Sebagai sebuah negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, saya memahami bahwa situasi di Yaman telah mendapat perhatian luas dari masyarakat Indonesia. Oleh karena itu saya ingin memberikan penjelasan secara lebih luas perihak keterlibatan Arab Saudi yang memimpin pasukan koalisi dalam melakukan operasi militer di Yaman," kata Mustafa Ibrahim.

Mustafa mengatakan Arab Saudi adalah tetangga terdekat dengan Yaman sehingga berkewajiban ikut membantu kondisi negara itu tetap stabil dan memastikan konflik di negara itu tidak mengganggu negara lain di kawasan.

Mustafa Ibrahim memberikan gambaran bahwa posisi Arab Saudi ibarat sebuah tetangga yang dimintai pertolongan ketika tetangga tersebut sedang menghadapi kesulitan.

"Dalam kasus ini, Saudi Arabia memberikan pertolongan kepada negara tetangga Yaman ketika presiden mereka yang sah yaitu Abdu Rabuh Mansour Hadi menghadapi ancaman kudeta kelompok pemberontak Houthi," katanya.

Berdasarkan atas keprihatinan karena kelompok Houthi bisa mengancam stabilitas Yaman dan negara-negara tetangganya, ia menjelaskan, Arab Saudi yang berbatasan langsung dengan Yaman mengambil inisitif untuk membentuk pasukan koalisi guna memerangi Houthi yang telah menguasai sebagian wilayah Yaman.

Meski mendukung penuh operasi militer pasukan koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi, para ulama mengimbau pasukan koalisi hanya menyasar fasilitas militer Houthi sehingga tidak menyebabkan warga sipil menjadi korban.

UNICEF, organisasi PBB untuk urusan anak-anak, memperkirakan setidaknya 100.000 warga harus meninggalkan rumah mereka dan lebih dari 600 orang tewas, termasuk sekitar 80 anak, akibat konflik di Yaman.




Credit  ANTARA News

Jumat, 10 April 2015

Soal Hukuman Mati, RI Tegaskan Tak Ditekan Australia!


Soal Hukuman Mati RI Tegaskan Tak Ditekan Australia
Menlu Retno Marsudi menegaskan, Indonesia tak ditekan Australia soal hukuman mati. | (Sindonews/Victor Maulana)
 
 
JAKARTA  (CB) - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menegaskan bahwa pemerintah Indonesia tidak ditekan Australia atau negara mana pun terkait kebijakan hukuman mati.

"Bukan tekanan, bukan tekanan, tidak ada (tekanan)," ucap Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, Jumat (10/4/2015).

Selama ini, Australia mati-matian melobi Indonesia untuk menyelamatkan dua gembong narkoba "Bali Nine" asal Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Retno mengatakan, langkah hukum yang dilakukan Australia untuk menyelamatkan dua warganya adalah hak negara itu.

Namun, Retno keberatan jika langkah hukum yang diupayakan Australia itu dianggap sebagai bentuk tekanan terhadap Indonesia.

"Kalau mereka menyampaikan concern dan take legal avanue adalah hak mereka. Tapi apa pun yang mereka lakukan itu bukan tekanan kepada pemerintah Indonesia!," tegas Retno.

"I'll try to make it very clear itu adalah hak Australia untuk menyampaikan concern tapi posisi Indonesia tetap konsisten this is about law enforcment," pungkas mantan Duta Besar Indonesia untuk Belanda tersebut.


Credit  SINDOnews

Pentagon Ragu Korut Akan Tembakkan Rudal Nuklir


Pentagon Ragu Korut Akan Tembakkan Rudal Nuklir
Pentagon ragu dengan ancaman Korut yang akan menembakkan rudal nuklir. | (Reuters)
 
 
SEOUL  (CB) - Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) ragu dengan ancaman Korea Utara (Korut) yang ingin menembakkan rudal nuklir sebagai uji coba yang keempat. Namun, Pentagon membenarkan jika Korut telah melakukan provokasi terhadap Korea Selatan (Korsel) di Semenanjung Korea.

Kepala Pentagon, Ashton Carter, memulai lawatannya ke Asia pada Selasa lalu. Lawatan pertama yang dilakukan di Jepang itu disambut Korut dengan tembakan dua rudal ke lepas pantai barat Korut. Carter kemudian melanjutkan kunjunganya ke Korsel pada Kamis, kemarin.

Carter mengaku merasakan adanya provokasi dari manuver rudal-rudal Korut itu. ”Seperti yang ditunjukkan sekali lagi dengan peluncuran rudal yang baru-baru ini, Korut bertekad untuk melanjutkan provokasi,” kata Carter dalam konferensi pers di Seoul, seperti dikutip Reuters, Jumat (10/4/2015).

Rezim Korut di bawah kepemimpinan Kim Jong-un telah berada di bawah sanksi berat atas program nuklir dan uji coba rudal balistik. Korut selama ini menuduh AS membangun kekuatan di kawasan Semenanjung Korea dengan rutin melakukan latihan perang dengan militer Korsel.

AS sendiri sedang mengembangkan sistem pertahanan rudal canggih THAAD.  Namun, dalam kunjungannya ke Seoul, AS dan Korsel tidak membahas soal rencana penyebaran sistem rudal canggih itu untuk mengantisipasi serangan rudal nuklir Korut.

”Kami belum pada tahapan itu, kita akan memulai diskusi dengan siapa saja di seluruh dunia tentang di mana THAAD akan diterapkan,” kata Carter. Penerapan sistem rudal canggih THAAD itu telah ditentang China dan Rusia.



Credit  SINDOnews

Senjata-senjata Terbaik AS Bakal Dikerahkan di Asia



Senjata senjata Terbaik AS Bakal Dikerahkan di Asia
Pentagon bersumpah untuk mengerahkan senjata-senjata terbaik milik AS di Asia. | (Reuters)
 
 
 
SEOUL  (CB) - Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) bersumpah akan mengerahkan senjata-senjata terbaik AS di Asia. Tujuannya, untuk melindungi sekutu AS dari berbagai ancaman, yang salah satunya ancaman nuklir dari Korea Utara (Korut).

Menurut Pentagon, persenjataan terbaik AS yang akan dikerahkan di Asia salah satunya pesawat pembom siluman dan unit perang cyber. ”Hal-hal terbaru dan terbaik (dari senjata) kami sedang dikerahkan, untuk wilayah ini yang jadi bagian dari dunia,” kata Kepala Pentagon, Ashton Carter, dalam kunjungannya ke Seoul, Korea Selatan (Korsel), Jumat (10/4/2015).

Carter sempat melakukan pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Korsel, Han Min-koo terkait ancaman korut yang akan menembakkan rudal nuklir sebagai uji coba nuklir yang keempat.


AS tercatat memiliki hampir 30 ribu tentara yang secara permanen ditempatkan di Korse. Puluhan ribu tentara AS itu akan mengambil komando operasional dari kedua angkatan bersenjata (Korsel dan AS) jika konflik dengan Korut pecah.

Kedua Korea itu sampai saat ini secara teknis sejatinya masih berperang. Karena perang Korea 1950-1953 hanya berakhir dengan gencatan senjata, tanpa ada perjanjian damai.

Carter menjelaskan, pesawat pembom siluman AS yang akan dikerahkan di Asia adalah pesawat tempur F-35. Selain pesawat pembom dan unit perang cyber, AS seperti dikutip Reuters, juga memiliki sistem pertahanan rudal canggih bernama Terminal High Altitude Area Defence (THAAD).

Washington selama ini ingin menyebarkan sistem pertahanan rudal THAAD itu di Korsel untuk mengantisipasi serangan nuklir Korut. Tapi, dalam kunjungannya hari ini, Kepala Pentagon belum membahas soal rencana Washington itu.

China dan Rusia merupakan dua negara yang vokal menentang penyebaran sistem pertahanan rudal THAAD di kawasan Asia. Alasannya, hal itu justru akan merusak perdamaian dan stabilitas regional.



Credit  SINDOnews

Dua tentara Filipina tewas bentrok dengan Al Qaida


Dua tentara Filipina tewas bentrok dengan Al Qaida
Bendera Filipina (istimewa)
 
 
Zamboanga (CB) - Tentara Filipina bentrok dengan sekitar 200 pejuang dari kelompok keras terkait Al Qaida pada Kamis, menewaskan dua tentara dan enam gerilyawan, kata wanita juru bicara tentara.

Prajurit itu sedang meronda pulau bergolak Jolo ketika bentrok dengan pejuang kelompok Abu Sayyaf, kata wanita juru bicara tentara Kapten Rowena Muyuela, lapor AFP.

"Baku tembak itu berlangsung dua jam dan menewaskan sejumlah besar bandit tersebut," katanya kepada wartawan.

Sepuluh petempur Abu Sayyaf dan 15 tentara juga cedera dalam pertempuran itu sebelum gerilyawan tersebut lari, tambahnya.

Abu Sayyaf, yang didirikan dengan dana awal dari Al Qaida pada awal 1990-an, disalahkan atas banyak serangan mematikan di Filipina, termasuk pemboman kapal tambang di teluk Manila pada 2004, yang menewaskan lebih dari 100 orang.

Pemimpin utama kelompok itu menayangkan rekaman video dirinya dan beberapa orang bersenjata pada tahun lalu, berjanji setia kepada pejuang Negara Islam di Suriah dan Irak (ISIS).

Pemerintah baru-baru ini meningkatkan gerakan besar terhadap kelompok keras Moro di berbagai bagian Filipina selatan.

Serangan pasukan khusus polisi pada Januari menewaskan warga Malaysia Zulkifli Abdhir, yang tercatat dalam daftar "Teroris Paling Dicari" FBI.

Empat puluh empat polisi khusus juga tewas dalam gerakan itu, yang mempermalukan pemerintah Presiden Benigno Aquino dan membayangi upayanya mencapai perjanjian perdamaian dengan pemberontak lain arus utama Moro.

Pasukan Amerika Serikat memainkan peran sangat penting dalam serangan gagal terhadap pemberontak Moro di Filipina, yang menewaskan 44 personel polisi khusus, kata laporan Senat, yang disiarkan pada Maret.

Laporan Senat itu menyatakan Aquino harus bertanggung jawab atas kematian tersebut, tapi juga mengangkat masalah pertanggungjawaban Amerika Serikat, sekutu lama ketentaraan Filipina, yang menolak mengumumkan perannya dalam gerakan tersebut.

Gerakan besar-besaran pada Februari hingga Maret terhadap kelompok bersenjata lain Moro, Pejuang Kebebasan Islam Bangsa Moro (BIFF), menewaskan 140 pejuang, kata tentara. Enam tentara juga tewas.

BIFF menentang pembicaraan perdamaian dan pemimpinnya juga berjanji setia kepada gerakan Negara Islam.

Negara berpenduduk sebagian besar Kristen Filipina berperang bertahun-tahun melawan berbagai kelompok bersenjata Moro, yang memperjuangkan kemerdekaan di selatan, tanah air leluhur mereka.


Credit   ANTARA News

Sebanyak 100 Guru Muslim Inggris Terancam Tak Boleh Mengajar


Sebanyak 100 Guru Muslim Inggris Terancam Tak Boleh Mengajar  
National College for Teaching and Leadership (NCTL) tengah menyelidiki sejumlah guru Muslim yang disinyalir menyebarkan paham radikalisme di Birmingham, Inggris. (Ilustrasi/Thinkstock/Zurijeta)
 
Jakarta, CB -- Sebanyak 100 guru dan asisten pengajar di Birmingham, Inggris, yang terkait dengan pengajaran Islam radikal dapat dilarang mengajar di berbagai sekolah seumur hidup.

Dilaporkan The Sunday Times, hal tersebut terkait dengan penyelidikan yang tengah dilakukan oleh National College for Teaching and Leadership (NCTL) atas sejumlah lulusannya yang kini mengajar di berbagai sekolah negeri di Birmingham.

NCTL merupakan lembaga pendidikan yang memiliki hak untuk menerapkan pelarangan mengajar terhadap lulusannya yang kini menjadi guru. Saat ini, NCTL tengah menyelidiki 30 kasus penyebaran paham Islam radikal yang disinyalir dilakukan di ruang-ruang sekolah.

"NCTL kini tengah memerika sekitar 30 guru, tetapi secara total ada sekitar 100 guru yang akan diperiksa," kata sebuah sumber yang dekat dengan proses penyelidikan, dikutip dari The Sunday Times. (Baca: Jerman Bolehkan Guru Muslim Pakai Jilbab)

"Terdapat sebanyak 100 atau lebih pendidik, termasuk guru, asisten dan staf pengajar. Departemen Pendidikan membantu memberikan informasi untuk menguatkan penyelidikan NCTL, atau memberikan sejumlah nama lain untuk diperiksa," kata sumber tersebut.

Salah satu kasus yang tengah diselidiki oleh NCTL adalah dugaan penyebaran paham al-Qaidah dalam Park View Academy yang tersebar lewat video. Dalam video tersebut, sang guru terlihat menghukum siswanya dengan membuat mereka berlutut di lantai.

Sementara, lebih dari 50 anggota staf di berbagai sekolah di Birmingham juga diduga bertukar pesan dalam grup sosial media WhatsApp dengan memperbincangkan hal yang melecehkan kaum homoseksual, tentara Inggris, soal pemisahan antara siswa laki-laki dan perempuan.

Terdapat juga sejumlah guru yang diduga menyebarkan anggapan bahwa pembunuhan tentara Lee Rigby di Woolwich, sebelah tenggara London, insiden palsu.

Tentara Inggris Lee Rigby (25), dibunuh oleh Michael Adebolajo (29) dan Michael Adebowale (22) yang telah masuk Islam. Kala itu, Rigby sedang berjalan di Wellington untuk kembali ke barak militer kerajaan di selatan Woolwich, London, 22 Mei 2013 siang hari.

Sebagai bagian dari penyelidikan yang tengah berjalan, NCTL telah memeroleh berkas dari 100 pengajar dari Departemen Pendidikan (DFE). Berkas tersebut telah mencakup sejumlah laporan dari penyelidikan sebelumnya yang diluncurkan oleh Peter Clarke, mantan kepala kontraterorisme dari Scotland Yard.

Penyelidikan Clarke menyebutkan bahwa terdapat tindakan yang "terkoordinasi, disengaja dan berkelanjutan" oleh sejumlah orang yang memperkenalkan paham "Islam yang tidak toleran dan agresif" di beberapa sekolah di Birmingham.

Namun, laporan Clarke tidak ditindaklanjuti oleh pihak yang berwenang, yang memutuskan bahwa hanya satu kasus yang benar-benar dinyatakan menyebarkan ajaran radikal.

"Saya benar-benar heran bahwa mereka sepertinya mengecilkan bukti yang saya berikan," kata Clarke.

Sebanyak lima sekolah, tiga di antaranya merupakan akademi yang berada di bawah Park View Educational Trust, merupakan sejumlah sekolah yang tengah diselidiki.

"Dalam beberapa kasus, sejumlah guru dan staf masih bekerja di sekolah, dan dalam kasus lain mereka telah dilarang, dan NCTL tidak ingin mereka dapat mengajar di tempat lain," kata sumber tersebut.

Sementara, juru bicara NCTL dan DFE menolak untuk berkomentar lebih lanjut tentang penyelidikan tersebut.

"Kami tidak mengomentari kasus-kasus yang sedang berlangsung," The DFE juga menolak berkomentar .

Informasi tentang penyelidikan NCTL muncul seiring dengan laporan dari dewan dari Tower Hamlets, di London timur, setelah sejumlah gadis remaja melarikan diri untuk bergabung dengan ISIS di Suriah. Hal ini membuat orang tua siswa lainnya khawatir.

Sejak itu, puluhan ribu selebaran telah didistribusikan, berisi imbauan agar para orang tua menyimpan paspor anak mereka untuk mencegah mereka melarikan diri ke Suriah selama liburan Paskah.


Credit   CNN Indonesia

PLO Menolak Bekerja Sama dengan Rezim Suriah untuk Usir ISIS



PLO Menolak Bekerja Sama dengan Rezim Suriah untuk Usir ISIS  
PLO mengatakan mereka menolak untuk mendukung pasukan siapapun, termasuk militer rezim Suriah dalam kisruh perebutan kamp pengungsi Palestina di Suriah. (Reuters/Mohamad Bayoush)
 
 
Jakarta, CB -- Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mengatakan mereka menolak untuk mendukung serangan militer oleh kelompok manapun di kamp pengungsian Palestina Yarmouk, Suriah.

Pernyataan ini serta merta membantah laporan yang sebelumnya beredar dari seorang anggota PLO bahwa mereka memberi dukungan pada militer rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad demi mendepak ISIS dari Yarmouk.


Awal April lalu, ISIS yang telah merebut banyak wilayah di Irak dan Suriah, masuk ke Yarmouk dan berhasil merebut beberapa wilayah di kamp tersebut.

“Kami menolak untuk ditarik ke kampanye militer siapapun, apapun tujuannya, dan kami menyerukan untuk mencari jalan lain untuk mencegah darah rakyat kami tumpah, mencegah lebih banyak kerusakan dan pemindahan orang-orang kami dari kamp,” kata PLO dalam sebuah pernyataan dari Ramallah, Tepi Barat.

Sebelumnya, Ahmad Majdalani, anggota komite eksekutif yang dikirim oleh pimpinan PLO ke Damaskus untuk membahas krisis dengan pemerintah Suriah, mengatakan ia mendukung sepenuhnya serangan militer Suriah untuk merebut kembali kontrol kamp dari tangan militan.


Majdalani menyalahkan kelompok militan yang mengendalikan kamp mengeksploitasi penderitaan Palestina untuk tujuan mereka sendiri.

"Mereka (Islam radikal) telah mencoba menggunakan kamp sebagai batu loncatan untuk memperluas ruang lingkup bentrokan mereka dan kegiatan teror mereka di dalam dan di luar kamp," kata Majdalani, mantan menteri Otoritas Palestina.

Majdalani mengatakan tentara Suriah bersama kelompok lokal Palestina telah beberapa kali berhasil mendoring militan Islam dan sejauh ini telah merebut 35 persen dari kamp.

Kamp Yarmouk adalah rumah bagi sekitar 160 ribu warga Palestina sebelum konflik Suriah dimulai pada 2011. Mereka lari dari Palestina sejak dibentuknya negara Israel pada 1948.

Majdalani mengatakan kini hanya 17.500 warga yang tertinggal, sekitar 2.000 dievakuasi sejak pertempuran terakhir.

Lembaga pemerhati Suriah, Syrian Observatory, sebelumnya mengatakan bahwa ISIS menguasai 90 persen dari kamp setelah mengalahkan pejuang terutama dari Aknaf Beit al-Maqdis, milisi Suriah dan Palestina yang menentang Assad.

ISIS, kelompok pemberontak paling kuat di Suriah, sekarang hanya berjarak sekitar lima kilometer dari kediaman Assad di pusat Damaskus.

Senada dengan pemerintah Assad, pejabat Palestina itu mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk membersihkan kamp dari kelompok ultra-radikal ISIS adalah melalui serangan militer.

"Apa yang kami sepakati dengan saudara kami di Suriah dan faksi di sana adalah bahwa pilihan solusi politik untuk Daesh (ISIS) sudah tertutup,” katanya.

"Kejahatan yang mereka lakukan, membuat kami tak punya pilihan kecuali menghormati kemitraan dengan negara Suriah," katanya dalam konferensi pers di Damaskus.

Observatory mengatakan jet angkatan udara Suriah telah melancarkan serangan pengeboman di tempat persembunyian militan di kamp hampir setiap hari sejak ISIS merebut kamp itu, termasuk juga ke wilayah Hajar al Aswad yang berdekatan dengan kamp yang dikuasai oleh pemberontak.

PBB mengatakan pihaknya sangat prihatin dengan keselamatan dan perlindungan warga Palestina dan Suriah di kamp. Warga sipil telah terjebak di sana selama dua tahun pengepungan pemerintah untuk memaksa pemberontak menyerah yang telah menyebabkan kekurangan pangan dan penyakit kronis.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan kepada wartawan di New York bahwa kamp itu mulai menyerupai "kamp kematian" dengan penduduknya menghadapi "pedang bermata dua: Elemen bersenjata di dalam kamp dan pasukan pemerintah di luar.”


Credit   CNN Indonesia

Sekjen PBB serukan tindakan untuk selamatkan pengungsi di Yarmouk


Sekjen PBB serukan tindakan untuk selamatkan pengungsi di Yarmouk
Warga menunggu untuk mendapatkan bantuan makanan yang diberikan oleh Badan PBB untuk Bantuan Kemanusiaan (UNRWA) di kamp al-Yarmouk yang dikepung, di Damaskus, Suriah, Jumat (31/1), dalam foto handout yang diterima Reuters Rabu (26/2/2014). (REUTERS/UNRWA/Handout via Reuters)
 
 
PBB, New York (CB) - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada Kamis (9/4) menyerukan "dilancarkannya tindakan terpadu untuk menyelamatkan nyawa, memulihkan upaya kemanusiaan" di kamp pengungsi Yarmouk, yang terkepung.

Sebanyak 18.000 pengungsi Palestina dan warga negara Suriah dikepung oleh gerilyawan fanatik dan menghadapi apa yang digambarkan oleh Ban sebagai "bencana kemanusiaan wiracarita".

"Dalam kengerian di Suriah, kamp pengungsi Yarmouk adalah lingkaran neraka paling dalam," kata Sekretaris Jenderal PBB tersebut kepada pers di Markas Besar PBB, New York, AS, sebagaimana diberitakan Xinhua.

"Satu kamp pengungsi mulai menyerupai kamp kematian. Warga di Yarmouk --termasuk 3.500 anak kecil-- diubah menjadi tameng manusia."

Kelompok ISIS yang juga dikenal dengan nama ISIL, dan Front An-Nusra --yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida-- telah merebut lebih dari 90 persen kamp pengungsi Palestina tersebut, kata beberapa laporan.

Direbutnya Kamp Yarmouk, lima kilometer di sebelah selatan Ibu Kota Suriah, Damaskus, oleh kelompok Front An-Nusra dan ISIS terjadi setelah empat hari pertempuran sengit dengan kelompok mujahidin pesaing mereka, Aknaf Beit Al-Maqdes, yang telah menguasai kamp itu sejak 2013.

Kelompok Aknaf Beit Al-Maqdes telah mundur ke bagian timur-laut Yarmouk, kata beberapa laporan. Ditambahkannya, ISIS memenggal dua orang di Yarmouk, tapi tak ada perincian mengenai alasan pembunuhan yang mengerikan tersebut. Beberapa pegiat lain mengatakan tujuh orang Palestina dibunuh oleh ISIS selama pertempuran empat-hari.

Sementara itu, kantor berita resmi Suriah, SANA, menyatakan pasukan Pemerintah Suriah telah lama mengepung kamp tersebut, sejak gerilyawan Aknaf Beit Al-Maqdes menguasainya lebih dari dua tahun lalu. SANA menambahkan bentrokan berkecamuk di dalam Kamp Yarmouk antar-kelompok fanatik.

Setelah lebih dari dua tahun pengepungan, warga kini menghadapi "pedang bermata dua". Anggota ISIS dan kelompok fanatik lain berada di dalam kamp sementara pasukan pemerintah berada di luar, kata Ban.

"Kami sekarang mendengar laporan yang mengkhawatirkan mengenai serangan besar terhadap kamp itu dan semua warga sipil di dalamnya," katanya.

Babak paling akhir dalam satu perang yang telah lama sekali tak tersedia kata-kata untuk melukiskan kekacauan tersebut. "Ini akan menjadi salah satu perang yang paling mengerikan. Untuk itu, mereka yang bertanggung jawab harus diseret ke pengadilan," katanya.

Prioritas sekarang ialah untuk menstabilkan situasi di kamp tersebut. Ban menambahkan ia bergabung dengan Dewan Keamanan PBB dalam menuntut diakhirnya permusuhan, diberikannya akses buat bantuan kemanusiaan dan jalan aman bagi warga sipil yang ingin menyelamatkan diri ke tempat aman.

Sehubungan dengan itu, ia menyeru semua negara anggota PBB yang memiliki pengaruh pada Pemerintah Suriah dan semua pihak di lapangan agar melakukan semua tindakan yang diperlukan untuk mengirim pesan yang jelas.

Upaya terpadu untuk menyelamatkan nyawa di Yarmouk dan memulihkan tindakan kemanusiaan diperlukan, katanya. Ia menggarisbawahi bahwa dunia tak bisa cuma berdiam diri, membiarkan warga Yarmouk dan menyaksikan pembantaian terjadi.


Credit  ANTARA News

Pembom Rusia Inikah yang Ditakuti NATO?


Pembom Rusia Inikah yang Ditakuti NATO?Mirror.co.uk
 Pesawat Pembom Rusia TU22-M3 
 
CB - EROPA bereaksi keras atas kegiatan aktivitas pesawat-pesawat pembom Rusia di wilayah bawah Selat Inggris, di atas Laut Baltik dan melintasi jalur penerbangan sipil selama satu tahun terakhir.
Peningkatan aktivitas udara Rusia terjadi di tengah-tengah pertempuran di Ukraina yang menyebabkan hubungan antara Eropa dan Moskow jatuh ke titik terendah pasca-Perang Dingin.
Rusia menggunakan penerbangan untuk memproyeksikan citra kekuasaan, tetapi apakah pembom buatan Soviet benar-benar menjadi ancaman militer bagi Eropa/NATO?



Pesawat pembom Rusia TU-95
Jawabnya: Bisa Iya dan tidak! Tugas  utama patroli militer udara di Eropa adalah untuk menyelidiki taktik defensif dan waktu reaksi pada saat terjadi serangan oleh Rusia, demikian kata analis kepada Moskow Times.
Berdasarkan data intelijen tidak ada persiapan untuk serangan ke Irlandia, tetapi kajian ini bisa untuk memahami kekuatan pertahanan udara aliansi 28-anggota NATO, sekaligus untuk mencari ide dan petunjuk manakala memang benar-benar terjadi pecah perang.


Jika pembom Rusia ini benar-benar digunakan untuk menyerang negara-negara Eropa, pasti bisa menimbulkan kerusakan, tapi teknologi serta numerik persenjataan NATO akan mampu merespon secara cepat atas serangan tersebut, begitu tulis analis seperti diwartakan situs themoscowtimes.com, 3 April lalu.




Pesawat Pembom Rusia TU-160
Pesawat Rusia yang beken di telinga Eropa adalah Tu-160, Tu-95 dan Tu-22M3 pembom strategis, dirancang untuk mengangkut bom nuklir atau rudal jelajah konvensional dengan target wilayah musuh.
Pesawat-pesawat ini sering digunakan untuk menyerang sasaran kecil dan sering mogok.
Bangsa-bangsa yang berada di sepanjang jalur penerbangan itu, menuduh Rusia melakukan latihan dan bermanuever menyerang musuh.
Contonya penggunaan 'rancangan bom' berupa rudal jelajah jarak jauh untuk mencapai sasaran, ketika berlangsung KTT antara AS- KTT di Wales.

Pembom ini pura-pura melakukan operasi pemboman di Denmark, demikian tulis Denmark, thelocal.dk.
Mereka terbang dalam formasi kecil, kadang-kadang tanpa pengawalan tempur. Tidak ada serangan serius untuk melakukan pemboman. Hanya sekadar unjuk penerbangan saja.
Tujuan manuver ini untuk melakukan provokasi sekaligus penyadapan kekuatan pasukan kawasan NATO, kata Tom Withington, analis militer independen untuk teori perang udara yang bekerja pada jurnal pertahanan Ulasan Militer Asia.


Pesawat Pembom Rusia TU22-M3
Skala kampanye pemboman Rusia dibatasi oleh ukuran angkatan udara, yang hanya memiliki 16 Tu-160s, 60 Tu-95S dan 60 Tu-22M3s, menurut Douglas Barrie dari London International Institute for Strategic Studies (IISS).
Untuk menjaga pembom terbang terus membutuhkan rotasi konstan pesawat, dan peralatan dengan cepat akan aus, kata Ruslan Pukhov, Direktur Pusat Moskow berbasis untuk Analisis Strategi dan Teknologi (CAST), pertahanan berpikir terima.

Armada bomber Rusia hanya punya satu pesawat ter baru, Tu-160 bomber supersonik, yang telah meluncur dari jalur perakitan sejak jatuhnya komunisme pada tahun 1991.
Rusia juga menghadapi hambatan dalam produksi komponen pengganti, terutama mesin. Hanya 10 mesin untuk Tu-95 beruang diproduksi per tahun.
Semakin sering pesawat terbang, semakin banyak komponen yang diperlukan untuk tetap bisa terbang, menurut Pukhov.
Persenjataan Rusia juga perlu diperbarui, seperti rudal jelajah Raduga Kh-102, berkepala nuklir yang dipasang Tu-160 dan Tu-95S.
Setiap serangan Rusia akan harus cerdas dan ditujukan pada titik-titik terlemah dari jaringan pertahanan udara NATO.


Credit  TRIBUNKALTIM.CO

Manuver Politik Turki di Iran Lewat Konflik Yaman


 Iran - Türkischer Präsident Recep Tayyip Erdogan zu Besuch in Teheran


CB - Kunjungan Presiden Turki Erdogan ke Iran merupakan sebuah manuver politik. Zig-zag antara Arab dan Iran memanfaatkan konflik Yaman. Tapi tidak ada visi politik regional yang meyakinkan. Perspektif Thomas Seibert.
  
Mula-mula presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam ambisi hegemoni kekuasaan Iran di Timur Tengah. Lalu ia berkunjung ke Teheran untuk menggelar pembicaraan harmonis dengan presiden Iran Hassan Rohani. Episode semacam ini khas Erdogan: mula-mula melontarkan kecaman retorik habis-habisan, kemudian dilanjutkan dengan tindakan pragmatis.

Hal itu bisa dimengerti dari perspektif terisolasinya Turki sebagai dampak kesalahan proyek politik Erdogan. Pemerintahan Islam konservatif dari Erdogan dulu menganggap fenomena "musim semi Arab" sebagai peluang besar untuk meluaskan pengaruh Turki di kawasan sekaligus menjalin kemitraan lebih erat dengan Ikhwanul Muslim sebagai sesama kaum Sunni.


Tapi proyek itu gagal. Mitranya di Mesir, Mohammed Mursi dikudeta oleh militer. Juga hubungan antara Turki dan Mesir, dua negara terpenting di kawasan itu menjadi tegang. Pasalnya, Ikhwanul Muslim dianggap sebagai ancaman bahaya bagi penguasa di Mesir maupun di negara-negara Arab lainnya. Hubungan antara Turki dengan Arab Saudi juga ikut tegang.

Dalam waktu bersamaan hubungan Turki dengan Israel, Irak dan Suriah juga memburuk. Untungnya hubungan dengan Iran tidak terimbas krisis itu. Tapi juga diketahui, hubungan antara Turki yang Sunni dan anggota NATO dengan Iran yang Syiah dan musuh bebuyutan Amerika Serikat, selalu diwarnai sengketa.
Situasi konflik di Yaman memberi peluang bagi Erdogan untuk meraih kembali kepercayaan mitra Arabnya. Ankara memberikan sinyal dukungan bagi aksi militer Arab Saudi di Yaman. Perubahan haluan politik Erdogan ini membuat mitra negara-negara Teluk merasa puas.

Tapi sebaliknya kritik Erdogan memicu kemarahan di Teheran. Bahkan sudah didiskusikan pembatalan kunjungan resminya. Tapi Erdogan tetap pada rencana kunjungan reminya ke Teheran. Ia memposisikan dirinya sebagai juru penengah konflik Yaman untuk menggerakan dialog. Erdogan menegaskan, bagi dia bukan masalah Sunni atau Syiah, tapi masalah semua umat Muslim.
Turki menawarkan diri menjadi mitra Iran, jika sanski dicabut setelah tercapainya deal atom. Ini akan memungkinkan ditingkatkannya ekspor dari Turki ke Iran. Tawaran ini, di sisi lainnya dapat memicu kritik terhadap Turki dari kaum Sunni dalam koalisi Arab, yang mencemaskan akan makin kuatnya Iran.
Cepat atau lambat, manuver yang digelar Erdogan, melakukan zig-zag antara Arab dan Iran akan menimbulkan kesulitan bagi Turki. Menyenangkan sesaat hati penguasa di Teheran, bukan taktik jangka panjang yang ampuh. Juga tidak terlihat visi politik regional yang meyakinkan yang dirancang oleh Turki.



Credit  DW

Obama Kecam Pembangunan Pulau Buatan di Laut Cina Selatan


Obama Kecam Pembangunan Pulau Buatan di Laut Cina Selatan 
 
  CB, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan Washington prihatin atas tindakan Beijing yang menggunakan kekuatannya untuk menindas negara-negara di sekitar Laut Cina Selatan.

Pernyataan tersebut dikeluarkan beberapa jam setelah Cina membantah soal pembangunan pulau buatan di wilayah laut yang diperebutkan beberapa negara tersebut.

"Bagaimana kita bisa peduli dengan Cina ketika tidak selalu mematuhi norma-norma dan aturan internasional serta menggunakan kekuatannya semata-mata untuk menindas negara-negara yang lemah," kata Obama, seperti yang dilansir Reuters pada Kamis, 9 April 2015.

Berbicara dalam acara di balai kota Jamaika menjelang KTT Karibia di Panama, Obama juga menekankan bahwa masalah Laut Cina Selatan harus diselesaikan secara diplomatis.

"Kami pikir ini bisa diselesaikan secara diplomatis. Tapi hanya karena Filipina atau Vietnam tidak besar seperti Cina, bukan berarti mereka bisa disikut seenaknya," Obama menegaskan.

Sebelumnya Cina dilaporkan membangun pulau buatan terbesar di kawasan yang disebut Fiery Cross Reef, dekat dengan Kepulauan Spratly yang diperebutkan Cina, Filipina, Vietnam, dan Malaysia.

Pulau ini, menurut pejabat Amerika Serikat, diperkirakan mampu didarati pesawat tempur Cina. Bahkan Cina membangun pelabuhan kecil di pulau ini, yang diyakini untuk kepentingan militernya.

Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying, mengatakan pulau buatan tersebut tidak digunakan untuk pertahanan militer, melainkan untuk menyediakan layanan sipil yang akan menguntungkan negara-negara lain di sekitarnya.

Hua mengatakan bahwa reklamasi tersebut diperlukan antara lain karena risiko badai di daerah tersebut yang besar.

"Kami sedang membangun tempat penampungan, bantuan untuk navigasi, pencarian dan penyelamatan serta jasa prakiraan meteorologi laut, layanan perikanan dan pelayanan administrasi lainnya untuk Cina dan negara-negara tetangga," kata Hua.


Credit  TEMPO.CO


Kemenhan Dukung PT TES Pasok Kebutuhan Industri Pertahanan Dalam Negeri


  
Perwakilan atase pertahanan mencoba simulator pesawat terbang dengan visual data di Lanud Halim Perdanakusuma.
Perwakilan atase pertahanan mencoba simulator pesawat terbang dengan visual data di Lanud Halim Perdanakusuma.

CB , JAKARTA -- PT Technology and Engineering Simulation (TES) di Lembang, Bandung, sanggup membuat simulator beberapa alutsista, termasuk kendaraan tempur (ranpur) dan pesawat tempur. Kementerian Pertahanan (Kemenhan) megapresiasi kemampuan PT TES yang sanggup membuat simulator canggih, yang bisa bersaing dengan perusahaan luar negeri.

Kasubdit Athan Direktorat Kerjasama Internasional Kemenhan Kolonel Iskandar menyatakan, pemerintah mendukung penuh berkembangnya perusahaan swasta yang sanggup menyediakan produk alutsista dalam negeri. Salah satu langkah konkret yang dilakukan Kemenhan adalah ikut mempromosikan produk lokal dengan mengajak 27 orang atase pertahanan dari 25 negara untuk berkunjung ke kantor PT PES.

Menurut Iskandar, langkah itu ditujukan agar perkembangan perusahaan alutsista swasta bisa lebih maju. Apalagi, berdasarkan UU Industri Pertahanan, setiap komponen alutsista yang sudah bisa dibuat di Indonesia, wajib dibeli TNI. Pun kalau memiliki kualitas bagus, pihaknya juga turut mempromosikan agar negara tetangga bisa memahami bahwa Indonesia sudah bisa menciptakan produk simulator canggih.

"Kita berpatokan pada aturan pemerintah mengutamakan produksi dalam negeri. Peluang kita lebih bagus lagi," kata Iskandar kepada wartawan, kemarin. "Ini kesempatan kita untuk memperkenalkan industri kita. Termasuk kerjasama."

Iskandar melanjutkan, salah satu kendala mengapa perusahaan dalam negeri kurang bisa bersaing bukan karena produk yang dihasilkan, melainkan lebih kepada pengenalan kepada user. Karena itu, Kemenhan terus berupaya agar produk yang dikeluarkan PT TES dapat digunakan TNI maupun militer negara lain.
Pasalnya, kalau industri pertahanan Indonesia maju, hal itu juga ikut memberikan sumbangsih kemajuan ekonomi negara. "Keunggulan dari skill perorangan bagus. Kurang promosi dan pemasaran. Step by Step buka hubungan kunjungan," ujar Iskandar.

Hingga kini, pencapaian PT TES memang sungguh menakjubkan. Selain sudah menjalin kerjasama dengan beberapa militer di luar negeri, produk perusahaan yang berdiri sejak 2004 tersebut juga digunakan TNI. Di antaranya meningkatkan kemampuan simulator pesawat Hawk/100-200 TNI AU di Pekanbaru, helikopter Super Puma NAS 332 TNI AU di Lanud Atang Sendjaja, dan simulator helikopter Bell 412 Pusat Penerbangan TNI AD (Penerbad) di Semarang, serta pesawat CN235 yang dikirim ke Korea Selatan.

Tidak hanya itu, simulator Fight FMS (Full Mission Simulator), simulator multiranpur yang bisa digunakan untuk tank FV101 Scorpion, AMX 13, dan panser Anoa. Kita, PT PES juga mengerjakan simulator pesawat tempur F-16 dan menjajaki pembuatan konten lokal untuk pesawat Sukhoi.
Business Development Manager PT TES Iqbal Tirtosudiro menyatakan, perusahaannya ikut terlibat dalam pengingkatan kemampuan sistem deteksi dini radar di Indonesia. Dari yang semula masih memakai teknologi analog kini sudah didigitalisasi.
Dalam meningkatkan kemampuan radar, tentu saja pihaknya harus berkonsultasi dengan pengguna agar memiliki visi sama. "Itu sesuai dengan perkembangan doktrin militer TNI," ujar Iqbal.
PT PES juga ikut terlibat dalam pemasangan air traffic control (ATC) di bandara di Timor Leste. Kepercayaan itu didapat setelah pengelola bandara Timor Leste mengakui bahwa produk PT TES memiliki kualitas dunia, namun harga yang ditawarkan sangat bersaing.
Di luar bidang militer, PT TES melakukan rehabilitasi terhadap instrumen pembangkit milik PLN yang sudah tidak diproduksi perusahaan asalnya. Tujuannya agar pembangkit itu bisa lebih berdaya dan berumur lebih panjang.



Credit  REPUBLIKA.CO.ID


Atase Pertahanan asing kagumi simulator alutsista Indonesia


Atase Pertahanan asing kagumi simulator alutsista Indonesia
ilustrasi Helikopter Tempur TNI AD Helikopter tempur Mabes TNI AD jenis Bell dilengkapi dua senjata mini terbang rendah di sekitar Komando Latihan (kolat) Bandara Kasiguncu, Poso Pesisir, Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (29/3). (ANTARA FOTO/Zainuddin MN) ()
 
 
Jakarta (CB) - Sebanyak 25 Atase Pertahanan dari luar negeri mengunjungi ke kawasan industri pertahanan, PT Technologi and Engineering Simulation (TES), bahkan mereka pun merasa kagum dengan simulator yang dibuat oleh orang Indonesia itu.

Kunjungan Atase Pertahanan dari 25 negara ke PT TES, pembuat simulator pesawat tempur, helikopter dan kendaraan tempur difasilitasi oleh Kementerian Pertahanan yang sedang berusaha membesarkan industri alat pertahanan dalam negeri, salah satunya PT TES yang berlokasi di Desa Mekarwangi, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis.

"Kita berpatokan pada aturan pemerintah mengutamakan produksi dalam negeri. Peluang kita lebih bagus lagi. Dari Malaysia sudah beli simulator ini. Keunggulan dari skill perorangan bagus. Kurang promosi dan pemasaran. Makanya step by step buka hubungan kunjungan," Kasubdit Athan Direktorat Kerja Sama Internasional Kemhan, Kolonel (Kav) Iskandar.

Salah satu atase pertahanan yang cukup tertarik dengan simulator TES adalah atase pertahanan Meksiko Brigadir Jenderal Alexandro Iturria. Ia berharap kerja sama antara Indonesia dengan Meksiko bisa terjalin dalam hal simulator ini.

"Tentu saja sangat tertarik, terutama flight simulatornya. Saya akan melaporkan ke negara saya, tapi untuk keputusan (membeli) saya tidak tahu. Saya hanya memberikan laporan. Yang jelas kita bisa menjalin kerja sama," tutur Iturria.

Hal senada diungkapkan oleh atase pertahanan Singapura Col Lawrance The Yew Kiat yang optimis bisa bekerja sama dengan PT TES, baik G to G (goverment to goverment), ataupun B to B (business to business).

"Respon dari perwakilan-perwakilan atase pertahanan yang hadir, tak hanya negara Asia, tapi perwakilan negara Eropa sangat positif. Kita berharap hubungan antara bisnis ke bisnis antara Indonesia dan negara yang hadir bisa baik. Singapura juga optimis bisa meningkatkan kerja sama yang lebih dalam bidang pertahanan dengan Indonesia," paparnya.

Meski menyambut positif, tidak semua negara bisa dengan mudah melakukan kerja sama dengan Indonesia, seperti negara Jerman yang menurut atasenya tidak dengan mudah bisa saling bekerja sama dalam hal teknologi militer.

"Saya tidak bisa ungkapkan, tapi mungkin kita bisa saling sharing. Kami punya expert di negara kami, mungkin bisa sharing pengalaman dengan Indonesia," kata atase pertahanan Jerman Colonel Joachim Sproll.

Sebelum mengunjungi tempat workshop pembuatan simulator, para atase mendapat pemaparan dari Direktur Utama PT TES M. Mulia Tirtusudiro. Saat berkeliling, atase-atase melihat perancangan simulator Fight FMS (Full Mission Simulator), simulator helikopter, dan juga simulator tank.

"Perusahaan kami merupakan perusahaan simulator terbesar di Indonesia. Pekerjaan kami based on project. Saya sebelumnya 20 tahun lebih di PT Dirgantara Indonesia (dulu IPTN). Pak Habibie mengajarkan kami mengenai teknologi dan kami berpikir teknologi harus tumbuh di Indonesia," jelas Mulia kepada para atase.

Dari berbagai simulator yang disaksikan perancangannya, atase-atase ini paling tertarik melihat simulator Xtra 330 untuk pesawat aerobatic. Salah satu staf staf TES, Handy, menunjukkan demo simulator dengan visual Bandara Halim Perdanakusuma.

"Kemhan sangat dukung kita ambil contoh event ini. Sering bawa kami ke luar negeri untuk buka stand di pameran, terakhir di Brunei."Kita juga sering ikut pameran Indo Defense. Setelah itu ikut rentetan company dengan Perancis, Inggris, Amerika. Business to business. Di mata mereka orang Indonesia sudah bisa," ujar Business Development Manager PT TES, M Iqbal pada kesempatan yang sama.

Tentara Jerman dan Swedia telah mencoba simulator dan menyatakan kekagumannya.

"Dari situ kita menjajakan kerja sama. Swedia, Perancis dan Amerika. Kerja sama on project based, kalau ada project kita support. Pertama soal visual data based. Taiwan negosiasi untuk simulator helikopter dan tank multi-ranpur," ucapnya.

Credit  ANTARA News

Wah di Pinggiran Bandung ada Pabrik Simulator Militer Kelas Dunia


Wah di Pinggiran Bandung ada Pabrik Simulator Militer Kelas Dunia 
 
 
Jakarta  (CB) - Industri pertahanan dalam negeri semakin berkembang dan dapat diandalkan untuk TNI. Tak kalah dengan BUMN seperti PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia, sebuah Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) di pinggiran Kota Bandung tak bisa dilihat sebelah mata.

Terletak di atas bukit yang berada di Lembang tepatnya di Desa Mekar Wangi, Bandung Barat, PT Technology and Engineering Simulation (TES) berhasil menciptakan berbagai simulator untuk kendaraan militer. Seperti simulator pesawat, kendaraan tempur, maupun helikopter.

"Dari komponen sampai doktrin militer semua kita bangun sendiri. Kita semua kerjakan di sini," ungkap Direktur Utama TES Muhammad Mulia Tirtosudiro saat ditemui di kantornya, Kamis (9/4/2015).

Industri pertahanan milik TES ini tak bisa dibilang kecil. Mulia mendirikan sebuah kawasan di atas bukit 6 hektar untuk menghasilkan simulator-simulator yang berguna bagi dunia militer. Simulator yang telah berhasil dibuat oleh perusahaan ini seperti fight full mission simulator.

Simulator dibuat sedemikian rupa agar dapat merepresentasikan bentuk pesawat ataupun kendaraan militer. Dengan demikian pilot tidak harus selalu terbang saat latihan. Komponen dari FMS terdiri dari software seperti navigasi radio, visual database, termasuk intruktur sistem operasi pesawat.

Mulai dari perancangan hingga pembangunan simulator dilakukan di kawasan PT TES. Simulator juga dilengkapi dengan sistem motion sehingga siapapun yang menggunakan simulator tersebut akan merasakan seperti benar-benar sedang menerbangkan pesawat.

Menurut Mulia yang merupakan jebolan PT Dirgantara Indonesia itu, TES sudah berdiri sejak 2004. Pasalnya masuk dalam industri pertahanan dalam negeri tidaklah mudah



"Kita nggak bisa langsung jual di Indonesia, bangsa kita sudah terbiasa lihat barang luar, karena barang bule dianggapnya keren. Yg lokal susah diapresiasi. Awal-awal kita menjual product kita ke Kemhan untuk TNI lewat Taipei-taipei dulu lah, nggak langsung atas nama kita. Nggak apa-apa, yang penting bisa menunjukkan kemampuan kami dulu," jelas Mulia.

Di tahun 2007, TES di bawah sub-contract berhasil mengerjakan upgrade Fighter FMS untuk militer Pesawat Hawk Malaysia. Setelah itu barulah kemudian pemerintah melirik hasil karya TES untuk digunakan bagi militer Indonesia.

"Saya ingin berterima kasih kepada pemerintah sejak era Pak SBY dan berlanjut ke pak Jokowi, Kemenhan memberikan dorongan terhadap industri pertahanan lokal. Ada UU nya kan kalau produk bisa dibuat di dalam negeri itu bisa dibuat oleh industri lokal. Itu kami rasakan," ucap Mulia.

"Untuk Malaysia kita upgrade simulator Hawk di Penang, perbaikan simulator CN-235 di Kuching, dan meneruskan design dan manufacturing simulator Tank ACV 300 Tank, ada 1 set 5 buah di Kuantan," jelas Project Engineer TES M Taufik Tirtosudiro di lokasi yang sama.

 


Untuk dalam negeri sendiri, TES telah mengupgrade simulator Pesawat Hawk TNI AU yang ada di Pekanbaru. Selain itu, TES bekerja sama dengan perusahan lain membantu pembuatan software, visual, dan audio untuk Helikopter Super Puma TNI AU di Bogor. Selain itu, TNI AD kini menggunakan simulator Heli Bell bagi Pusat pendidikan Penerbad di Semarang.

"Kita sekarang sedang garap simulator untuk (pesawat tempur) F-16 dan Penjajakan local content untuk Sukhoi," tutur Taufik.

Untuk TNI AL, TES juga sedang mengerjakan simulator bagi pesawat anti kapal selam. Di luar simulator, di bawah payung Technology and Engineering System, perusahaan ini banyak memberikan sumbangsih kepada negara.

TES telah melakukan upgrade hampir di semua early warning radar di Indonesia dari yang sebelumnya hanya analog, kini sudah beralih ke digital. Itu sesuai dengan perkembangan doktrin militer TNI. Di luar bidang militer, TES melakukan rehabilitasi terhadap instrumen pembangkit listrik milik PLN yang sudah tua agar bisa berumur lebih panjang lagi.





Credit  Detiknews