Perdana Menteri Kamboja Samdech Techo Hun Sen. (REUTERS/Samrang Pring)
Jakarta, CB -- Partai berkuasa, Partai Rakyat Kamboja (CPP) memenangkan pemilihan umum (pemilu) Kamboja yang digelar, Minggu (29/7). Penghitungan awal memperlihatkan partai Perdana Menteri Samdech Techno Hun Sen tersebut menang di setiap provinsi di Kamboja, membuka jalan untuk memperpanjang masa kekuasaan 33 tahun.
Dengan
ketiadaan partai oposisi utama, Partai Penyelamat Nasional Kamboja
(CNRP) yang dibubarkan tahun lalu, CPP menikmati 80 persen suara dan
sedikitnya 100 dari 125 kursi Majelis Nasional atau Parlemen Kamboja.
"CPP akan mendapatkan lebih dari 80 persen suara," kata Soy Eysan, juru bicara CPP seperti di lansir kantor berita AFP.
Jumlah tersebut, menurutnya, tidak kurang dari 100 kursi di Parlemen
Kamboja, atau bahkan lebih dari itu. "Ini kemenangan besar bagi kami."
Ada 20 partai yang bertarung di Pemilu Kamboja yang mulai dibuka
sekitar pukul 7.00 pagi waktu setempat dan ditutup pada pukul 15, Minggu
(29/7). Dari jumlah tersebut, semuanya adalah partai-partai kecil,
delapan di antaranya baru dibentuk 18 bulan sebelum pemilu.
Hun
Sen, 65, mulai berkuasa sejak 1985 saat Kamboja masih dirundung perang
sipil. Membelot dari rezim Khmer Merah yang brutal, Hun Sen mengagungkan
stabilitas dan pertumbuhan sebagai hasil pemerintahannya.
"Kawan-kawan
telah memilih jalur demokrasi dan menggunakan hak-haknya," kata Hun Sen
di laman Facebook setelah pemungutan suara ditutup.
Seruan Hun Sen itu tampaknya ditujukan kepada Sam Rainsy,tokoh oposisi CNRP yang menyerukan boikot terhadap pemilu Kamboja.
Tingkat partisipasi dalam pemilu Kamboja 2018 atau pemilu keenam itu
mencapai 82 persen atau sekitar 6,88 juta orang. Angka tersebut
melampaui partisipasi pada 2013 yakni 69 persen saat partai oposisi
turut bersaing dan menempati peringkat kedua di tengah tuduhan
kecurangan partai berkuasa.
Komite Pemilu Nasional (NEC)
mengklaim kesuksesan dalam gelaran pemilu Kamboja. Namun sejumlah surat
suara tidak sah, khususnya di wilayah perkotaan, dinilai sebagai aksi
protes diam-diam kepada partai berkuasa.
Dilansir
Channel News Asia,
angka surat suara tidak sah mencapai 17 persen di Ibu Kota Phnom Penh.
Provinsi Kandal, Kampong Cham dan Tako juga terdapat surat suara tidak
sah lebih dari 10 persen.
"Ini adalah sebuah sirkus. Saya yakin angka partisipasi telah
direkayasa," kata Monovithya Kem, Deputi Direktur Kehumasan CNRP.
Tudingan itu ditampik jubir CPP, Sok Eysan. "Ini bukan pemilu palsu
seperti tuduhan pemberontak dari luar negeri," kata Eysan.
Komisi
Pemilu Kamboja (NEC) menyatakan terdapat sekitar 65.744 pengamat
nasional dan 155 internasional yang akan mengawasi jalannya pemilu
Kamboja.
Adapun Civil Society Alliance Forum mencatat 1.036
pengamat nasional dari 93 organisasi dan asosiasi di seluruh Kamboja.
Juga 220 pengamat internasional dari 52 negara, antara lain Austria,
Perancis, Jerman, Italia, China, Indonesia, Myanmar, Singapura, Vietnam,
Pakistan, Timor Leste, Filipina, Brunei Darussalam, Thailand, Rusia,
India, Malaysia, dan Korea Selatan.
Hasil resmi pemilu Kamboja akan diumumkan pada 15 Agustus mendatang.
Credit
cnnindonesia.com