Damaskus berada di tempat terakhir kota layak huni.
CB,
WINA -- Wina menjadi kota paling layak huni di dunia berdasarkan survei
Economist Intelligence Unit's (EIU) Global Liveability Index. Untuk
pertama kalinya, Wina berhasil menyingkirkan Melbourne yang telah
menduduki puncak survei selama tujuh tahun terakhir.
Kedua kota besar itu telah menjadi lawan seimbang dalam survei
tahunan terhadap 140 pusat kota. Tahun ini, ancaman serangan militan
yang menurun di Eropa Barat serta tingkat kejahatan kota yang rendah
membantu mendorong Wina menduduki puncak survei.
Wina
secara teratur menempati peringkat teratas dalam survei kota berdasarkan
kualitas hidup yang dihimpun oleh perusahaan konsultan Mercer. Ini
adalah pertama kalinya ia menduduki survei EIU, yang dimulai pada 2004.
Damaskus
mempertahankan tempat terakhir, diikuti oleh ibu kota Bangladesh,
Dhaka, dan Lagos di Nigeria. Survei ini tidak termasuk beberapa ibu kota
paling berbahaya di dunia, seperti Baghdad dan Kabul.
"Sementara
dalam beberapa tahun terakhir kota-kota di Eropa dipengaruhi oleh
penyebaran ancaman terorisme yang dirasakan di wilayah tersebut, yang
menyebabkan peningkatan tindakan keamanan, tahun lalu keadaan telah
kembali normal," ujar EIU dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada
Selasa (14/8).
Menurut EIU, Wina telah berhasil menggusur
Melbourne dari posisi teratas karena peningkatan kategori stabilitas
ibu kota Austria. Ini mengacu pada salah satu dari lima komponen utama
indeks.
Wina dan Melbourne mendapatkan poin maksimum dalam
kategori perawatan kesehatan, pendidikan dan infrastruktur. Tetapi
Melbourne memperluas keunggulannya dalam komponen budaya dan lingkungan,
hal itu lebih berat daripada peningkatan peringkat stabilitas Wina.
Osaka,
Calgary dan Sydney masuk dalam lima besar peringkat survei. EIU
mengatakan kota-kota menengah di negara-negara kaya, seringkali dengan
kepadatan populasi yang relatif rendah. "Kota yang jauh lebih besar dan
lebih ramai cenderung memiliki tingkat kejahatan yang lebih tinggi dan
infrastruktur yang lebih berat," katanya.
Wina, yang dulu
merupakan ibu kota dari sebuah kerajaan besar republik Alpen, belum
menyesuaikan populasi sebelum Perang Dunia I sebesar 2,1 juta. Banyak
ruang hijaunya termasuk danau dengan pantai dan kebun anggur dengan
pemandangan ibukota. Angkutan umum murah dan efisien.
Editor
Survei menambahkan selain pandangan keamanan yang umumnya ditingkatkan
untuk Eropa Barat, Wina mendapat manfaat dari tingkat kejahatannya yang
rendah. "Salah satu subkategori yang Wina lakukan dengan sangat baik
adalah meratanya kejahatan kecil. Ini terbukti menjadi salah satu kota
teraman di Eropa," katanya.