Israel mencaplok Dataran Tinggi Golan pada Perang 1967.
CB,
YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berharap agar
Amerika Serikat (AS) mengakui klaim otoritas Zionis atas kedaulatan
Dataran Tinggi Golan. Hal ini disampaikan Netanyahu pada Kamis (23/8)
setelah seorang pejabat AS mengatakan bahwa Washington belum
mempertimbangkan masalah Golan.
Israel merebut sebagian besar Golan dari Suriah dalam perang 1967 dan
mencaploknya. Langkah Israel ini tidak diakui secara internasional.
Pada Mei lalu, menteri intelijen Netanyahu mengatakan, pengakuan AS atas
masalah Golan akan segera terjadi dalam beberapa bulan ke depan.
Namun dalam wawancara
Reuters
selama kunjungan ke Israel pekan ini, penasihat keamanan nasional Trump
John Bolton mengaku tidak ada pembahasan tentang Dataran Tinggi Golan.
Ia mengatakan, Pemerintah AS belum memiliki keputusan soal hal itu.
Menurut Bolton, AS memahami posisi Israel mengenai Golan. "Tidak ada perubahan dalam posisi AS untuk saat ini," ujar Bolton.
Netanyahu menanggapi pernyataan Bolton. "Apakah saya akan menyerah pada hal semacam itu? Tidak mungkin." katanya.
Seorang
menteri kabinet keamanan Israel, Yoav Gallant, pada Kamis menyarankan
bahwa prioritas untuk Israel dan AS adalah penghapusan pasukan Iran dan
Hizbullah Lebanon yang didukung Teheran dari Suriah.
"Ketika
Suriah dibangun kembali, kami memiliki dua kepentingan signifikan. Yang
pertama adalah Iran dan Hizbullah masing-masing kembali ke tempat
mereka berada. Dan kedua adalah kedaulatan Israel yang tegas di setiap
meter Dataran Tinggi Golan," kata Gallant kepada televisi
Channel 13 Israel.
Menurutnya Israel dapat memenuhi hal itu jika mampu melakukannya dengan cara yang benar.
Bolton
membahas masalah ini dengan rekannya dari Rusia di Jenewa pada Kamis.
Moskow, yang mendukung Damaskus, ingin integritas wilayah Suriah
dipulihkan.
Rusia telah mengatakan bahwa mereka tidak bisa memaksa Iran untuk mundur dari Suriah.
Menurut Bolton, Rusia terjebak di Suriah dan mencari sumber alternatif dana rekonstruksi.