TEL AVIV
- Israel tidak akan melakukan penyelidikan kriminal dalam serangan
mematikan di Rafah selama perang Gaza pada 2014 lalu. Demikian
pernyataan militer Israel setelah melakukan pemeriksaan menyeluruh
terhadap peristiwa itu. Pernyataan ini pun menuai kecaman dari kelompok
Hamas.
Israel meluncurkan serangannya setelah militan Hamas, yang muncul dari terowongan di Gaza, menyergap tiga tentara Israel, menewaskan dua orang dan satu lagi diculik.
Dalam serangan udara dan artileri mereka, pasukan Israel menewaskan 150 orang dalam hitungan jam ketika mereka mencoba untuk mengambil prajurit ketiga yang juga tewas.
"Penemuan ini jelas-jelas menunjukkan bahwa tindakan Angkatan Pertahanan Israel (IDF) bertujuan untuk menjalani tujuan militer yang jelas - untuk menghalangi penculikan Letnan Hadar Goldin dan menyerang organisasi-organisasi teror di daerah itu, dengan menargetkan sasaran militer dan operasi militer," kata badan peradilan, Jenderal Advokat Militer, dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters, Kamis (16/8/2018).
Israel meluncurkan serangannya setelah militan Hamas, yang muncul dari terowongan di Gaza, menyergap tiga tentara Israel, menewaskan dua orang dan satu lagi diculik.
Dalam serangan udara dan artileri mereka, pasukan Israel menewaskan 150 orang dalam hitungan jam ketika mereka mencoba untuk mengambil prajurit ketiga yang juga tewas.
"Penemuan ini jelas-jelas menunjukkan bahwa tindakan Angkatan Pertahanan Israel (IDF) bertujuan untuk menjalani tujuan militer yang jelas - untuk menghalangi penculikan Letnan Hadar Goldin dan menyerang organisasi-organisasi teror di daerah itu, dengan menargetkan sasaran militer dan operasi militer," kata badan peradilan, Jenderal Advokat Militer, dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters, Kamis (16/8/2018).
"Goldin
diyakini pada saat serangan itu masih hidup," katanya, menambahkan
bahwa operasi telah dilakukan dengan upaya untuk mengurangi, sebanyak
mungkin, membahayakan warga sipil.
"Penyelidikan tidak menemukan bukti yang menunjukkan bahwa IDF bermaksud untuk membalas dendam atas penculikan itu," demikian pernyataan itu.
Hamas sontak mengutuk keputusan tersebut.
"Keputusan ini menekankan ketidakadilan penyelidikan Israel dan perlunya komite penyelidikan internasional untuk menyelidiki kejahatan Israel di Rafah dan di semua Jalur Gaza dan tanah Palestina," kata pejabat Hamas Sami Abu Zuhri kepada Reuters.
Selain 150 orang yang tewas pada 1 Agustus 2014, petugas medis di Gaza mengatakan sekitar 200 orang terluka, mayoritas warga sipil. Itu adalah hari paling mematikan dari konflik tujuh minggu, di mana lebih dari 2.100 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, tewas. Sementara 67 tentara dan enam warga sipil di Israel tewas.
Hamas masih belum mengembalikan jasad Goldin dan seorang tentara lainnya yang tewas dalam perang 2014. Israel juga menuntut pembebasan dua warga sipil yang nasibnya tidak diketahui dan dikatakan ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.
"Penyelidikan tidak menemukan bukti yang menunjukkan bahwa IDF bermaksud untuk membalas dendam atas penculikan itu," demikian pernyataan itu.
Hamas sontak mengutuk keputusan tersebut.
"Keputusan ini menekankan ketidakadilan penyelidikan Israel dan perlunya komite penyelidikan internasional untuk menyelidiki kejahatan Israel di Rafah dan di semua Jalur Gaza dan tanah Palestina," kata pejabat Hamas Sami Abu Zuhri kepada Reuters.
Selain 150 orang yang tewas pada 1 Agustus 2014, petugas medis di Gaza mengatakan sekitar 200 orang terluka, mayoritas warga sipil. Itu adalah hari paling mematikan dari konflik tujuh minggu, di mana lebih dari 2.100 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, tewas. Sementara 67 tentara dan enam warga sipil di Israel tewas.
Hamas masih belum mengembalikan jasad Goldin dan seorang tentara lainnya yang tewas dalam perang 2014. Israel juga menuntut pembebasan dua warga sipil yang nasibnya tidak diketahui dan dikatakan ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.
Credit sindonews.com