CB, Jakarta - Kota owsley menjadi kota mayoritas kulit putih termiskin di Amerika Serikat dengan hampir separuh penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan.
Dilansir dari News.com, 31 Juli 2018, banyak dari warganya menetap di wilayah pegunungan Appalachian di Kentucky, di mana tanah yang miskin di daerah seperti Martin, Owsley, Wolfe dan McCreary bergantung pada bantuan pemerintah.
Wilayah ini dihuni oleh mayoritas kulit putih, pendukung partai Republik, pembawa senjata dan orang-orang kelas pekerja. Tetapi ketergantungan mereka pada subsidi semakin meluas karena kurangnya pekerjaan setelah industri kayu dan tembakau menurun.
Berdasarkan data dari biro sensus penduduk Amerika Serikat, yang dilansir dari situs resminya census.gov, jumlah penduduk di Owsley pada per 1 Juli 2017 berjumlah 4,435 jiwa dengan mayoritas penduduk 98.2 persen. Adapun tingkat kemiskinan di Owsley mencapai 45.2 persen, dengan penpatan per kapita rata-rata setahun pada 2016 hanya US$ 16.533 atau Rp 238 juta per tahun.
Terselip di antara gunung-gunung berbintik-bintik pohon di Kentucky bagian tenggara, Booneville adalah pusat kota Owsley. Seperti halnya di banyak daerah pedesaan di Appalachia, kemiskinan di sini sama tuanya dengan daerah itu sendiri. Tersembunyi di medan yang keras dan bergunung-gunung serta tanpa rel kereta api, daerah itu tidak berkembang sama halnya dengan penduduk di sekitarnya.
Lebih dari 45 persen penduduk Owsley tinggal di bawah garis kemiskinan, termasuk 56,3 persen anak-anak dan lebih dari sepertiga dari mereka di atas usia 65 [Shaghayegh Tajvidi / Al Jazeera]
Dilansir dari Aljazeera, populasi tertinggi Owsley mencapai 8.957 jiwa pada tahun 1940, menurut data Sensus Penduduk AS. Tetapi migrasi massal dari Appalachia ketika orang-orang pergi mencari pekerjaan setelah Perang Dunia II dan semangat generasi muda untuk keluar dari wilayah Owsley demi mencari pekerjaan di pusat-pusat kota menyebabkan populasi berkurang setengahnya.
Salah satu warga Owsley, Lowell Morris yang berusia enam puluh delapan tahun lahir dan dibesarkan di Booneville. Lowell putus sekolah saat SMA sehingga dia bisa bekerja untuk membantu kakek-neneknya, yang membesarkannya. Dengan kesempatan yang terbatas untuk bekerja di ladang tembakau, penghasilannya sangat kecil. Uang langka, tetapi kehidupan bisa dikelola, katanya.
"Anda tidak pergi ke kotak surat untuk mendapatkan cek," kata Lowell, mengacu pada tunjangan kesejahteraan pemerintah.
"Kamu tidak pergi ke kotak surat untuk mendapatkan kupon makanan. Semuanya datang dari kebun. Semua orang menanam apa yang mereka makan," tutur Lowell.
Lowell, kini telah bekerja sebagai penjaga keamanan sekolah dan deputi sheriff sukarela selama lebih dari tiga puluh tahun, dan tidak pernah menikah. Sebagian besar kehidupan dewasanya dihabiskan untuk merawat kedua saudarinya yang cacat.
Saat berjalan-jalan melalui pusat kota Booneville, ia menunjukkan bisnis-bisnis yang sepi, toko tukang cukur tertutup, dan Kafe Hometown, yang kosong kecuali beberapa meja dan kursi berdebu.
"Tak satu pun dari tempat-tempat ini bisa bertahan hidup ketika Walmart berdiri di kota tetangga pada tahun 80-an dan 90-an. Kami dulu punya momen yang menyenangkan di sini," katanya sedih.
Lowell Morris [Aljazeera]
Dimulai pada 1960-an dan 1970-an, banyak pria menemukan pekerjaan di tambang batu bara di kota tetangga. Tapi tambang Owsley lebih kecil, kurang berlimpah dan tidak dapat mendatangkan pemasukan yang sebanding untuk pembangunan daerah tersebut.
Keluarga yang bergantung pada pemeriksaan kecacatan dan kesejahteraan dari pemerintah berbondong-bondong memilih Donald Trump, yang berharap slogan "Membuat Amerika Berjaya Lagi" bisa terwujud.
Di Amerika Serikat, seorang dikategorikan berada dalam garis kemiskinna jika memiliki pendapatan rata-rata sebesar US$ 11.490 atau Rp 165 juta untuk satu orang dan US$ 23.550 atau Rp 339 juta untuk satu keluarga dengan empat orang.
Kota Wheeler di Georgia memiliki pendapatan per kapita rata-rata terendah di negara itu sebesar US$ 15.787 atau Rp 227 juta, sementara Kentucky memiliki 11 kota yang masuk daftar 100 kota termiskin di Amerika Serikat.
Bekas tambang batu bara Appalachia [coalfieldjustice.org]
Sejak tambang batu bara mulai ditutup, kota Martin tidak dapat bersaing dengan industri gas. Sebagian orang hidup tanpa air atau listrik selama musim dingin di mana suhu turun di bawah nol.
"Orang-orang mengira industri batu bara akan bertahan selamanya, jadi tidak ada perencanaan untuk masa depan dan sekarang tidak ada yang lain di sini,” Mickey McCoy, mantan walikota Inez.
Tingkat kemiskinan di Amerika Serikat adalah 15,6 persen dibandingkan dengan 19,7 persen di wilayah Appalachia, Alabama, Kentucky, Tennessee, Virginia, dan West Virginia.
Dilansir dari News.com, 31 Juli 2018, banyak dari warganya menetap di wilayah pegunungan Appalachian di Kentucky, di mana tanah yang miskin di daerah seperti Martin, Owsley, Wolfe dan McCreary bergantung pada bantuan pemerintah.
Wilayah ini dihuni oleh mayoritas kulit putih, pendukung partai Republik, pembawa senjata dan orang-orang kelas pekerja. Tetapi ketergantungan mereka pada subsidi semakin meluas karena kurangnya pekerjaan setelah industri kayu dan tembakau menurun.
Berdasarkan data dari biro sensus penduduk Amerika Serikat, yang dilansir dari situs resminya census.gov, jumlah penduduk di Owsley pada per 1 Juli 2017 berjumlah 4,435 jiwa dengan mayoritas penduduk 98.2 persen. Adapun tingkat kemiskinan di Owsley mencapai 45.2 persen, dengan penpatan per kapita rata-rata setahun pada 2016 hanya US$ 16.533 atau Rp 238 juta per tahun.
Terselip di antara gunung-gunung berbintik-bintik pohon di Kentucky bagian tenggara, Booneville adalah pusat kota Owsley. Seperti halnya di banyak daerah pedesaan di Appalachia, kemiskinan di sini sama tuanya dengan daerah itu sendiri. Tersembunyi di medan yang keras dan bergunung-gunung serta tanpa rel kereta api, daerah itu tidak berkembang sama halnya dengan penduduk di sekitarnya.
Lebih dari 45 persen penduduk Owsley tinggal di bawah garis kemiskinan, termasuk 56,3 persen anak-anak dan lebih dari sepertiga dari mereka di atas usia 65 [Shaghayegh Tajvidi / Al Jazeera]
Dilansir dari Aljazeera, populasi tertinggi Owsley mencapai 8.957 jiwa pada tahun 1940, menurut data Sensus Penduduk AS. Tetapi migrasi massal dari Appalachia ketika orang-orang pergi mencari pekerjaan setelah Perang Dunia II dan semangat generasi muda untuk keluar dari wilayah Owsley demi mencari pekerjaan di pusat-pusat kota menyebabkan populasi berkurang setengahnya.
Salah satu warga Owsley, Lowell Morris yang berusia enam puluh delapan tahun lahir dan dibesarkan di Booneville. Lowell putus sekolah saat SMA sehingga dia bisa bekerja untuk membantu kakek-neneknya, yang membesarkannya. Dengan kesempatan yang terbatas untuk bekerja di ladang tembakau, penghasilannya sangat kecil. Uang langka, tetapi kehidupan bisa dikelola, katanya.
"Anda tidak pergi ke kotak surat untuk mendapatkan cek," kata Lowell, mengacu pada tunjangan kesejahteraan pemerintah.
"Kamu tidak pergi ke kotak surat untuk mendapatkan kupon makanan. Semuanya datang dari kebun. Semua orang menanam apa yang mereka makan," tutur Lowell.
Lowell, kini telah bekerja sebagai penjaga keamanan sekolah dan deputi sheriff sukarela selama lebih dari tiga puluh tahun, dan tidak pernah menikah. Sebagian besar kehidupan dewasanya dihabiskan untuk merawat kedua saudarinya yang cacat.
Saat berjalan-jalan melalui pusat kota Booneville, ia menunjukkan bisnis-bisnis yang sepi, toko tukang cukur tertutup, dan Kafe Hometown, yang kosong kecuali beberapa meja dan kursi berdebu.
"Tak satu pun dari tempat-tempat ini bisa bertahan hidup ketika Walmart berdiri di kota tetangga pada tahun 80-an dan 90-an. Kami dulu punya momen yang menyenangkan di sini," katanya sedih.
Lowell Morris [Aljazeera]
Dimulai pada 1960-an dan 1970-an, banyak pria menemukan pekerjaan di tambang batu bara di kota tetangga. Tapi tambang Owsley lebih kecil, kurang berlimpah dan tidak dapat mendatangkan pemasukan yang sebanding untuk pembangunan daerah tersebut.
Keluarga yang bergantung pada pemeriksaan kecacatan dan kesejahteraan dari pemerintah berbondong-bondong memilih Donald Trump, yang berharap slogan "Membuat Amerika Berjaya Lagi" bisa terwujud.
Di Amerika Serikat, seorang dikategorikan berada dalam garis kemiskinna jika memiliki pendapatan rata-rata sebesar US$ 11.490 atau Rp 165 juta untuk satu orang dan US$ 23.550 atau Rp 339 juta untuk satu keluarga dengan empat orang.
Kota Wheeler di Georgia memiliki pendapatan per kapita rata-rata terendah di negara itu sebesar US$ 15.787 atau Rp 227 juta, sementara Kentucky memiliki 11 kota yang masuk daftar 100 kota termiskin di Amerika Serikat.
Bekas tambang batu bara Appalachia [coalfieldjustice.org]
Sejak tambang batu bara mulai ditutup, kota Martin tidak dapat bersaing dengan industri gas. Sebagian orang hidup tanpa air atau listrik selama musim dingin di mana suhu turun di bawah nol.
"Orang-orang mengira industri batu bara akan bertahan selamanya, jadi tidak ada perencanaan untuk masa depan dan sekarang tidak ada yang lain di sini,” Mickey McCoy, mantan walikota Inez.
Tingkat kemiskinan di Amerika Serikat adalah 15,6 persen dibandingkan dengan 19,7 persen di wilayah Appalachia, Alabama, Kentucky, Tennessee, Virginia, dan West Virginia.
Credit tempo.co