CB, Jenewa - Pemerintah Amerika Serikat melansir adanya pergerakan tidak biasa dari sebuah satelit Rusia, yang diluncurkan pada 2017.
Satelit ini beberapa waktu lalu meluncurkan sebuah satelit yang lebih kecil dari sebuah ruang di dalam satelit itu.
Dan satelit yang kedua ini juga meluncurkan satelit yang berukuran lebih kecil dari dalam dirinya beberapa bulan kemudian. Ini membuat satelit induk seperti beranak.
Pejabat dari kemenlu AS mengaku merasa khawatir jika rangkaian satelit itu merupakan senjata.
“Kami belum tahu persis apa itu, dan tidak ada cara untuk memverifikasinya,” kata Yleem Poblete, asisten menlu bidang kontrol senjata, verifikasi dan kepatuhan di Kementerian Luar Negeri dalam sebuah konferensi di Jenewa, Swiss, seperti dilansir CNN pada Kamis, 16 Agustus 2018.
Informasi ini diungkap ke publik sekitar dua pekan setelah Wakil Presiden AS, Mike Pence, mengumumkan rencana pembentukan angkatan luar angkasa. Pence menyebut angkatan ini akan berdiri terpisah seperti angkatan laut, darat, udara, penjaga pantai dan marinir. Rencananya, angkatan luar angkasa ini bakal mulai beroperasi pada 2020.
Poblete tidak menyebut nama satelit yang dimaksud. Namun, satelit ini diluncurkan pada Oktober 2017. Menurut CNN, ada kemungkinan ini adalah satelit Cosmos 2523, yang memisahkan diri dari induk satelit pada 30 Oktober 2017.
Ilustrasi Satelit 'Melahirkan' Satelit.Daily Mail
Menurut Jonathan McDowell, yang merupakan seorang astronot di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, Rusia tidak meluncurkan satelit apapun pada Oktober 2017 selain Progress 68 ke Stasiun Antariksa Internasional. Ini merupakan misi pengiriman suplai dan sebuah satelit Eropa yaitu Sentinel-5P Earth, yang bertugas memantau Bumi.
Menurut McDowell ada kemungkinan satelit Rusia itu adalah Cosmos 2523.
Menurut dia dan rekannya Brian Weeden, satelit biasa melakukan manuver di luar angkasa, misalnya manuver jarak dan kemudian menempel ke satelit induk. Menurut McDowell, ada kemungkinan Rusia sedang mengecek kemampuan satelit militernya untuk meluncurkan satelit lebih kecil ke orbit yang lebih rendah.
McDowell mengatakan manuver ini sebagai hal biasa dan tidak ilegal atau berbahaya. Jadi dia mengaku tidak yakin dengan penyebab kekhawatiran Poblete.
Menurut media Quartz, militer AS memiliki sejumlah radar pelacak posisi satelit Rusia yang berbasis di darat. Satelit mata-mata atau kamera dari darat yang kuat bisa juga digunakan untuk mengintip satelit yang lewat.
Dan satelit yang kedua ini juga meluncurkan satelit yang berukuran lebih kecil dari dalam dirinya beberapa bulan kemudian. Ini membuat satelit induk seperti beranak.
Pejabat dari kemenlu AS mengaku merasa khawatir jika rangkaian satelit itu merupakan senjata.
“Kami belum tahu persis apa itu, dan tidak ada cara untuk memverifikasinya,” kata Yleem Poblete, asisten menlu bidang kontrol senjata, verifikasi dan kepatuhan di Kementerian Luar Negeri dalam sebuah konferensi di Jenewa, Swiss, seperti dilansir CNN pada Kamis, 16 Agustus 2018.
Informasi ini diungkap ke publik sekitar dua pekan setelah Wakil Presiden AS, Mike Pence, mengumumkan rencana pembentukan angkatan luar angkasa. Pence menyebut angkatan ini akan berdiri terpisah seperti angkatan laut, darat, udara, penjaga pantai dan marinir. Rencananya, angkatan luar angkasa ini bakal mulai beroperasi pada 2020.
Poblete tidak menyebut nama satelit yang dimaksud. Namun, satelit ini diluncurkan pada Oktober 2017. Menurut CNN, ada kemungkinan ini adalah satelit Cosmos 2523, yang memisahkan diri dari induk satelit pada 30 Oktober 2017.
Ilustrasi Satelit 'Melahirkan' Satelit.Daily Mail
Menurut Jonathan McDowell, yang merupakan seorang astronot di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, Rusia tidak meluncurkan satelit apapun pada Oktober 2017 selain Progress 68 ke Stasiun Antariksa Internasional. Ini merupakan misi pengiriman suplai dan sebuah satelit Eropa yaitu Sentinel-5P Earth, yang bertugas memantau Bumi.
Menurut McDowell ada kemungkinan satelit Rusia itu adalah Cosmos 2523.
Menurut dia dan rekannya Brian Weeden, satelit biasa melakukan manuver di luar angkasa, misalnya manuver jarak dan kemudian menempel ke satelit induk. Menurut McDowell, ada kemungkinan Rusia sedang mengecek kemampuan satelit militernya untuk meluncurkan satelit lebih kecil ke orbit yang lebih rendah.
McDowell mengatakan manuver ini sebagai hal biasa dan tidak ilegal atau berbahaya. Jadi dia mengaku tidak yakin dengan penyebab kekhawatiran Poblete.
Menurut media Quartz, militer AS memiliki sejumlah radar pelacak posisi satelit Rusia yang berbasis di darat. Satelit mata-mata atau kamera dari darat yang kuat bisa juga digunakan untuk mengintip satelit yang lewat.
Credit tempo.co